Salatiga Carnival Center

Salatiga Carnival Center
Sebuah event akbar tahunan WORLD CULTURE FASHION CARNIVAL..

Profil Saya

Foto saya
Salatiga, Jawa Tengah, Indonesia
I was born in Solo, December 25, 1987 from the father of Drs. Luke Suroso and Mrs. Sri Puji Lestari Hantokyudhaningsih. I grew up in a city full of culture that is the city of Solo. as the descendants of the solos even have blood from a stranger. I was born like a tiny man, weighing> 4 kg. the second child of three brothers that I tried to be a pioneer and a child who was always proud of my extended family. trained hard in terms of education and given the religious sciences until thick. I am standing upright in my life the 19th to voice the aspirations of the marginalized of LGBT in the city of Salatiga. as a new city that will be a starting point toward change and transformation that this country is a country truly democratic. soul, body and all of my life will always fight for rights of the marginalized is to get our citizen rights. Ladyboys no rights, no gay rights, no rights of lesbian, but there's only citizen rights regardless of sexual orientation and gender.

27 Juli 2008

KESUKAANKU -CMCB-

Pingin tahu cerita dan hasil reportasenya silahkan klik :

http://walkingwithaids.org/theo-hobiku-cmcb/

26 Juli 2008

AKU BUKAN BANCI

Sebuah frase diatas merupakan sebuah hal yang akan aku jelaskan dengan detail dan dengan sepengetahuanku. Dan ini adalah mula dan awal kenapa aku harus menulis buku. Karena ini adalah sebuah pengalaman pribadiku dan pengalaman yang selalu akan membuatku semakin mempercayai bahwa Tuhan mempunyai rencana yang lain untuk diriku.
Umurku 14 tahun sudah duduk di kelas 2 SMP. Aku merupakan orang yang dapat dibilang sebagai seorang yang selalu sensitive terhadap segala hal yang berhubungan dengan seni. Waktu itu aku membiarkan diriku untuk ditunjuk sebagai koreografer untuk sebuah pertunjukan perayaan natal di sekolah. Dan hari ini aku berusaha untuk bekerja secara maksimal karena aku orang yang selalu berusaha perfect dalam setiap pekerjaanku. Aku memulainya dengan segala konsekuensi yang harus aku tanggung.
Saat itu aku merasakan sebuah kenyamanan dalam diriku. Dan aku melihat adanya sebuah hal yang indah dari pekerjaanku tersebut. Singkat cerita, pertunjukkan yang aku berikan merupakan pertunjukkan terbaik. Aku tak mau mempertunjukkan sebuah karya yang biasa saja, tetapi perlu sebuah ledakan yang menggila.
Sebuah tarian modern dengan busana eropa. Memberikan sebuah hiburan dalam perayaan natal yang megah dan memukau. Kemilau lampu alam memberikan cahaya yang sangat berbeda. Tiga buah tarian medley ditambah solo dancer dan fashion memberikan sentuhan eksklusif di dalamnya. Tujuh orang penari dengan di balut busana karya desaigner muda kota Solo menambah nikmatnya perayaan pada siang hari itu. Cukup 30 menit. Selesai sudah pertunjukan hiburan itu.
Semuanya berjalan lancar dan aku mengemasi sesegera mungkin semua pakaian yang dipakai pada saat pentas di kamar ganti. Perasaanku saat itu membahana menyeruak tabir siang itu dengan senyum yang lebar. Semua memberikan salam sebagai tanda ucapan terima kasih dan kekaguman pada sebuah karya agung di perayaan natal tadi. Tidak seperti biasa dan tidak pernah ada. Seorang yang mampu mengemasnya sedemikian rupa dan seindah itu dalam perayaan natal di SMP di angakatan terdahulu.
Setelah semua pakaian tertata dengan rapi, aku menuju ke gerbang sekolah untuk menunggu orang tuaku menjemput diriku. Menunggu sendiri tanpa seorang teman, dan merupakan kesendirian dan kesepian untuk kesekian kalinya. Aku benci itu, menunggu. Tapi entah kenapa pada saat itu aku di jemput terlambat.
Aku biasa dijemput oleh papaku. Tetapi tidak hari itu. Entah kemana papaku. Hampir 3 jam aku menunggu dalam kesunyian sekolah.
Akhirnya dari jarak 50 meter aku melihat mama dengan memboncengkan adik laki-lakiku serta kantong belanjaan yang tergantung berat di motor itu. Memang mama mendapatkan bagian untuk menjemput adik dan papa menjemput diriku. Awan yang mengisi ruang atas sana hanya terlihat sedikit menutupi langit yang biru. Tetap saja buatku ini masalah pada waktu itu. Karena aku tak suka dengan panas dan keringat. Mama dan adik ada di depanku. Dengan kantong belanja yang menumpuk di depan membuatku urung untuk naik di motor itu. aku lebih baik pulang naik kendaraan umum saja. Aku tak mau merepotkan mama, karena aku juga membawa barang yang tak sedikit. Tetapi mama memaksaku untuk naik. Dengan penuh berat hati aku naik saja di belakang. Motor kami sangat kecil, bahkan aku merasa tidak nyaman di atas motor itu. Lagi pula yang mengemudikan motornya adalah mama. Sebenarnya aku tak rela. Adik lelakiku duduk di depan di antara kantong belanjaan dan aku di belakang dengan membawa tas ransel besar. Mudik. Kata yang pantas untuk kejadian itu.
Tak jauh dari tempat itu, tepat di perempatan. Gerombolan Aldila nongkrong yang notabene mereka adalah musuh besarku, terutama aldila. Tapi aku tak tahu apa yang harus aku lakukan. Karena mereka selalu memanggilku ‘banci’. Belum selesai aku memikirkan caranya, ternyata benar mereka semua melihatku dan menyapaku. ‘BANCI’. Tak ada motor dan becak bahkan aku tak melihat ada motor yang melintang di depan motor, ayam atau hewan kecil pun tak ada. Mama berhenti dan meminta aku untuk turun tak lupa adik lelakiku juga, tidak dengan cara yang halus melainkan dengan cara paksa. Berhenti tepat di depan gerombolan perlente itu. Aku bingung kenapa mama malah berhenti tepat di depan gerombolan perlente. Aku jadi tambah ikut emosi saat mama turun dari motor dan berjalan mendekati gerombolan itu. Mama langsung membantai sampai habis dan di babat habis.
Mama kembali lagi tanpa senyum dan langsung naik motor. Adik dan aku juga segera naik motor. Tanpa ada percakapan sedikit pun selama perjalanan. Hanya suara knalpot yang terdengar.
Sesampainya di rumah suasana sudah terasa berbeda. Emosi sudah ada di ujung rambut mama. Sangat terlihat. Mama melempar kantong milikku yang berisi pakaian yang di pakai saat perayaan.

Itu kisah yang paling menyedihkan untukku. Sebuah tangisan yang mendalam terasa di dalam dada. Isak tangis memecah, menyeruak, dan menyibak tabir kehidupan.
Sebenarnya aku disini ingin menjelaskan dan memberikan sebuah pernyataan dan menjawab segala komentar yang selalu masuk ke telinga ini. Terutama dalam sikap dan penampilan keseharianku. Judul cerita ini sangat jelas. Dan mengapa aku membuat buku ini merupakan sebuah karya agungku sebagai ucapan terima kasih dan selamat tinggalku untuk semua orang yang mengenal aku. Alasannya sangat jelas, bahwa aku memang dilahirkan sebagai laki-laki dan untuk mencintai laki-laki. Tetapi aku bukan Banci. Aku tidak berpenampilan layaknya seorang perempuan. Aku tak memakai bra, aku tak mempunyai rambut panjang, aku tak melakukan operasi kelamin, aku juga tak memakai sanggul, bahkan tak ada pra tanda fisikku seorang wanita. Dan saat di panggung, aku tak pernah memakai kosmetik yang tebal. Hanya seperlunya untuk menutup beberapa kekurangan yang ada di mukaku. Aku sangat benci jika di bilang banci. Karena kata banci mempunyai arti yang tidak ada dalam diriku. Menurut KBBI, Banci adalah seorang yang tidak laki-laki dan tidak perempuan, laki-laki yang bertingkah laku dan berpakaian sebagai perempuan, dan lemah zakar. Arti yang ada di situ sudah jelas. Hal yang ada di KBBI tidak tampak dari diriku. Aku masih menjadi lelaki dengan kelamin penis yang besar dan mulus. Bahkan aku tidak impotensi. Tingkah laku pada diriku sepertinya biasa saja. Memang untuk masalah hobi antara diriku sangat berbeda dengan lelaki yang lain. Karena aku lebih suka di kamar membaca buku, bermain computer, dan tidur. Tidak seperti lelaki yang lainnya bermain sepak bola, jalan-jalan, menggoda wanita, dan menjiplak tugas perempuan. Memang aku dilahirkan sebagai seorang yang lemah. Dari kecil aku sudah mengalami bronkitis bahkan aku kalau terlalu lelah sering mimisan. Aku sudah ditakdirkan sebagai lelaki yang lemah. Sampai pernah aku diikutkan taekwondo dan paskibra oleh papaku. Tapi setiap aku pulang latihan pasti aku mimisan. Pernah tanganku hampir patah terkilir dan hampir patah saat pertandingan ujian taekwondo.
Mengapa konstruksi gender itu selalu ada di negara ini? Aku sangat benci dan sangat menjemukan. Gender selalu membuatku susah bergerak. Konstruksi gender telah ada pada jaman kehidupan awal nenek moyang kita. Intinya aku hanya ingin mengatakan bahwa tidak ada banci di dunia ini. Hanya ada dua manusia secara kelamin mereka yaitu laki-laki dengan penisnya dan perempuan dengan vaginanya. Jika di bagi lebih dalam lagi secara orientasi seksual hanya ada heteroseksual, homoseksual ( Gay dan Lesbian ), dan transgender-transseksual. Dimana kata banci tinggal. Jika homoseksual dan transgender-transseksual yang memiliki kata banci. Lalu pada heteroseksual disebuat apa? Aku tak mau mendiskriminasikan hal ini, jawab dalam hati kalian yang paling dalam. Yang ada di bumi ini hanya ada laki-laki dan perempuan. Homoseksual pada gay adalah laki-laki bukan perempuan sebaliknya juga pada lesbian. Waria berdiri dan sudah berdandan layaknya perempuan, maka dia adalah perempuan. Walaupun ada juga waria yang belum berganti kelamin. Tetapi di sini aku mau katakana bahwa jangan melihat pada kelamin mereka. Tetapi hati dan perasaan yang nyaman pada mereka yang menjadi alasan kita untuk memanggil waria. Panggilan untuk gay adalah mas, lesbian adalah mbak, dan waria adalah mbak.
Aku sebagai seorang yang dilahirkan sebagai seorang laki-laki untuk mencintai laki-laki akan selalu melindungi siapapun, memperhatikan, menyayangi, menghargai, menerima, dan selalu membuka tangan untuk siapa saja. Aku tak pernah melihat cacat fisik ataupun mnetal mereka. Aku tak melihat ras. Tak melihat warna kulit. Semuanya tak pernah aku lihat. Yang aku lihat adalah hati setiap orang yang mau datang pada diriku untuk mencurahkan segala hal dan menerima aku apa adanya. Komunitasku sudah terdiskriminasi, tidak selayaknya diriku juga mendiskriminasi. Tak akan ada dendam dihatiku. Tapi hanya sebuah keikhlasan, keberanian, dan keadilan yang selalu aku rindukan. Aku rindu suatu hari semua akan menerimaku. Aku juga tak akan memaksa setiap orang agar menerima kehadiranku. Yang aku rindukan adalah bergunanya hidupku dan berartinya kehadiranku di muka bumi ini. Hidup sebagai manusia yang diciptakan serupa dan segambar dengan Allah.

Akhir semuanya hanya satu yang aku mau. Untuk mama, papa, kakak, adik, saudaraku, dan semua yang pernah mengenal diriku : Aku akan berusaha membuat hidupku berarti dan berguna untuk kalian semua. TERIMA KASIH…

23 Juli 2008

TERBUKALAH AKU


Ini adalah pengalaman yang membuat aku semakin yakin untuk melangkahkan kakiku meniti jalan kehidupan ini. Di hari itu aku masih ingat hari itu adalah hari minggu, karena pada siang hari aku bersama keluargaku menemani dan melihat adikku main band di salah satu mall terbesar di kotaku. Disana aku bersama papa dan mamaku tak lupa kakak perempuanku juga ikut bersama melihat penampilan adikku saat itu. Hari itu sepertinya biasa saja. Tidak ada hal yang special. Tetapi setelah selesai melihat penampilan adikku, kami pulang ke rumah dan beristirahat bersama. Tetapi entah kenapa orang tuaku membahas tingkah lakuku dan membahas semuanya.

Saat itu aku memberanikan diri untuk berkata bahwa aku adalah seorang gay. Pertama kali mereka shock dan tidak mau menerima. Banyak hal yang mereka lakukan untuk perubahanku. Padahal mungkin yang mereka rasakan tidak sama dengan yang aku rasakan. Mungkin mama dan papa saat itu membaca diary ini, aku hanya ingin bilang. Mama dan papa saat itu aku sangat terpukul sekali saat papa menanyakan hal yang sangat bodoh sekali pada diriku. Saat itu papaku hanya bertanya secara 4 mata. “Apa kamu kalau bangun tidur, juga bisa ‘tegang’?”. Hal yang sangat aneh aku rasakan, sebuah pertanyaan yang dilontarkan oleh papaku untuk aku. Mungkin hanya satu hal saat itu dalam benakku. Yang salah aku, atau pikiran papaku.

Aku bingung banget menjawabnya. Mungkin disinilah aku ingin menjawab pertanyaan itu untuk papaku. Sebuah jawaban dari seorang anak yang paling bandel ini. ‘papa, aku adalah seorang lelaki. Walaupun secara orientasi seksual aku adalah gay. Semua secara alat vital, semua milikku itu masih normal. Tidak ada yang salah dari pertanyaan papa saat itu. Tapi yang salah saat itu adalah pemikiran papa yang sempit dan tidak bisa membedakan antara gay dan waria. Papa, theo hanya ingin bilang. Kalau apa yang ditanyakan oleh papa saat itu adalah hal yang membuatku bingung untuk menjawabnya. Semoga dengan membaca diary anakmu ini. Papa, semakin yakin bahwa aku adalah lelaki, walaupun aku seorang gay bukan waria dan bukan banci.’

Mungkin kalian juga memikirkan apa yang aku pikirkan saat itu. Hanya dengan sebuah pertanyaan kecil tapi aneh, yang membuat kita bisa tertawa.

Setelah beberapa hari kejadian itu berlangsung mamaku mulai mem’protect’ aku dengan segala jurus dan ilmu yang dia punya. Mulai menyingkirkan make-up ku, dan segala foto mantan-mantanku. Hal itu sangatlah aneh dan membuat aku semakin berontak. Aku hanya berdoa saja saat itu. Mama dan papa terimalah aku dan aku akan selalu membahagiakan papa dan mama. I Love You….

MRAN 2008, NEVER GIVE UP, NEVER FORGET


19 Mei 2008, sebuah sejarah baru aku torehkan kembali. Talenta yang lama aku tingglalkan kini kembali dan menghasilkan sebuah literatur kehidupan baru untuk diriku dan orang-orang di sekitar aku.
Di awali dengan segala yang aku miliki dan dengan perjuangan yang indah. Akhirnya aku temukan sebuah pancaran sinar dari sebuah permata yang dulu pernah jatuh dalam api. Sebuah sinar yang langsung keluar dan menerjang ribuan nyala lilin di malam penuh kebanggaan.
19 mei 2008. Sebuah acara di gelar di joglo sriwedari. Dengan pelataran yang luas dan segala dekorasi nyala lilin menghiasi seluruh ruangan itu. Yayasan GESSANG kembali membuat acara yang cukup spektakuler. Agenda acara malam itu yang bertajuk Malam Renungan AIDS Nusantara 2008, menampilkan beberapa talenta-talenta anak muda yang berani menunjukkan segala kemampuannya untuk menghibur kegiatan tersebut.
Aku disini hanya ingin bicara. Bahwa aku bangga untuk dapat menjadi bagian dari pengisi acara tersebut. Bangga dalam segala hal. Bangga karena aku sudah berani kembali untuk menampilkan segala talentaku. Aku bernyanyi secara live akustik bersama teman lamaku seorang lelaki gitaris dan seorang penyanyi perempuan yang langsung aku bawa dari sebuah desa terpencil di tengah padang gurun afrika ( he…. Maaf ya juenk`s ayu. Aku Cuma becanda kok. Ok !! ).
Membawakan beberapa lagu ciptn komponis besar ( cie… WNI doing kok !! ). Lagu dalam Album Terbang One Way dengan judul Setia, menjadi pembuka penampilanku. Setia, sebuah lagu yang selalu mengingatkan setiap kita untuk selalu menjaga kesetiaan kita. STOP HIV/AIDS, Keep The Promise. Sebuah tema tahunan untuk membuka mata, hati dan telinga dari jutaan rakyat dan anteg-antegnya yang dibilang duduk di pemerintahan. Sebuah persembahan lagu yang indah dilantunkan kembali dinyanyikan oleh penyanyi wanita, setelah lagu pembuka selesai dinyanyikan. Selesailah babak atau sesi pertama.
Penampilanku ditutuppada saat sesi terakhir sebagai penutup dan menyelesaikan rangkaian agenda acara Malam Renungan AIDS Nusantara 2008. Never Give Up, Never Forget merupakan tema yang telah ditentukan di seluruh dunia untuk mendukung terbentuknya jejaring di seluruh dunia. Bangganya diriku bisa menjadi seorang yang bisa mendukung hal tersebut. Mencegah dan menanggulangi penyebaran HIV/AIDS sebagai seorang relawan yang siap untuk maju selangkah menjadi lebih baik lagi.
Aku senang sekali, karena Tuhan memberikan aku talenta yang sangat indah. Sebuah suara yang indah tapi kurang di asah saja sich. Kenapa aku bisa bilang bangga banget? Karena dengan segala kesibukanku sepanjang hari di tanggal itu. Aku masih diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk dapat menghibur penonton yang dating dimalam itu.. Tahukah kau, notabene penonton yang dating hampir 70% adalah teman-teman komunitasku saat di Solo. Bangganya diriku bisa tampil dan menjadi bagian dari acara itu. Terima kasih aku ucapkan untuk nduts Yuyu. Yang saat itu benar-benar tanggung jawab karena sanggup dan siap untuk mengemban tugas dari miss perfect yang bisa di bilang berat.

DISKUSI TENTANG KOMUNITASIKU


Suatu hal yang bukan baru dalam diriku menjadi pembicara sebuah diskusi, seminar, ataupun speak out forum. Hari itu aku dihubungi oleh ketua Yayasanku untuk menemaninya menjadi pembicara pada sebuah fiksi ( nonton film dan diskusi ) yang diselenggarakan oleh bidang I HIMASOS ( Himpunan Mahasiswa Sosiologi ) UNS. Dengan sebuah tema Gay dalam Menanggulangi HIV/AIDS. Memang saat itu aku tidak membicarakan tentang HIV/AIDS, melainkan tentang kehidupan seorang gay yang aktif dalam program penanggulangan HIV/AIDS. Saat itu aku diboombardir banyak sekali pertanyaan-pertanyaan tentang siapa aku dan bagaimanakah aku sebagai seorang gay yang bergerak dan hidup dalam keadaanku sekarang ini. Sebuah pertanyaan diberikan kepada diriku tentang pandangan agama dan keluargaku tentang keadaanku sebagai seorang gay. Aku memang saat itu belum mempersiapkan materi yang baik dan pas untuk diskusi itu. Tetapi hal yang baru aku dapatkan bahwa aku bisa menjadi bagian dari mereka. Aku bersyukur bisa mengenal mereka semua tanpa terkecuali, walaupun aku sudah lupa nama mereka.

---------------------

Hidup sebagai pemimpin gay membuatku semakin harus mengisi kegiatan sebagai public speaker di beberapa radio. Dan hal itu aku lakukan di radio komunitas mahasiswa UKSW. Saat itu memang temanya tentang HIV/AIDS, IMS, dan Budaya Penggunaan Kondom di kalangan mahasiswa. Tetapi dikarenakan saat itu, mahasiswa sebagai pendengarnya sudah banyak tahu tentang aku maka banyak pertanyaan yang melalui sms tentang statusku sebagai seorang gay. Banyak hal baru yang harus aku jawab dan aku kemukaan tentang pendapatku sebagai seorang akademisi.

-------------------------

Beritaku untuk kesekian kalinya dimuat dalam sebuah Koran local tentang statusku sebagai seorang gay yang memperjuangkan hak-hak dasar seorang gay. Seorang wartawan siang itu menghubungiku untuk melakukan wawancara tentang perjuanganku dan komunitasku. Saat itu aku sedang berada di luar kota. Dan akhirnya aku melakukan wawancara pada minggu berikutnya. Dan akhirnya pada hari berikutnya beritaku masuk dalam Koran local. Dan banyak hal yang aku dapatkan. Banyak yang masuk untuk berkenalan dan sempat juga ada seorang lelaki yang menghubungiku untuk kencan bersama dan ada juga yang minta ML bareng bahkan ada juga yang melakukan perdebatan dengan dalil-dalil agamanya. Mungkin seperti apa sich tulisan beritanya, bacalah di Berita dan Pro Kontra LGBT-Q. Bahkan Koran local itu tidak hanya satu kali melakukan wawancara dengan aku untuk aktivitasku. Setiap pertemuan yang aku buat, Koran local ini melakukan pemberitaan yang selalu memihak pada komunitasku.

---------------------------

Berita pro kontra diriku dan komunitasku termuat dalam Koran kampus yang juga diterbitkan dalam dua versi, yaitu di media cetak dan media online. Di media online diberikan sebuah wadah untuk menjawab dan memberikan komentar atas pernyataanku yaitu gay bukan penyakit dan gay bukan dosa. Memang apa yang di muat di situ adalah benar tentang pernyataan yang aku buat bukan untuk popularitas diriku ataupun komunitasku tetapi tentang apa yang aku pikir dan sudah aku lakukan untuk orang lain. Untuk menjawab semua hal yang aku buat dalam berita itu aku akan tuliskan semua.
Apa yang anda baca dan anda komentari tentang gay bukan penyakit dan gay bukan dosa adalah benar itu adalah pernyataan yang aku buat saat wawancara dengan seorang coordinator liputan dari Koran kampus tersebut. Mengapa dan kenapa aku membuat pernyataan yang mungkin akan membuat orang semakin melakukan diskriminasi terhadap diriku dan komunitasku. Karena aku dan komunitasku lahir di dubia ini bukanlah sebuah pilihan, melainkan titah Tuhan. Terlahir sebagai laki-laki atau perempuan, adalah semata-mata kehendak-Nya. Demikian jugaa halnya dengan ke`gay`anku. Ini adalah kodrat dan sebuah garis yang harus aku jalani dari Tuhan. Tetapi kenapa aku dan komunitasku selalu dilecehkan dan dianggap nista bahkan perlu dimusnahkan?

22 Juli 2008

Di California Gay Boleh Kawin


SAN FRANCISCO, JUMAT - Ratusan pasang kaum homoseksual California berpelukan, berciuman, dan berurai air mata begitu mendengar pengadilan tinggi negara bagian terbesar di AS itu mengesahkan UU perkawinan sejenis.

Tetapi, kemenangan para pejuang hak kaum homoseksual, Kamis (15/5) atau Jumat (16/5) waktu Indonesia, itu tampaknya tak akan berlangsung lama. November depan, California akan menggelar pemungutan suara atas usulan amandemen UU oleh kelompok agama dan konservatif. Amandemen ini, kalau disetujui, akan menganulir keputusan pengadilan itu dan selanjutnya melarang perkawinan sejenis.

"Yang penting ini mengubah kemarahan menjadi cinta. Kami saling cinta. Kami sekarang punya hak yang sama di bawah UU. Kami akan segera menikah," kata Robin Tyler yang bersama pasangan perempuannya menjadi penggugat dalam kasus itu.

Begitu palu diketukkan, kerumunan orang di dalam Balai Kota langsung mengepalkan tinju ke atas. Begitu juga dengan orang-orang yang menyelimutkan bendera pelangi, bendera kebanggaan kaum gay.

Sementara itu di Castro, distrik pusat gay di San Francisco, Tim Oviatt menangis saat menyaksikan berita itu di televisi. "Saya telah menunggu ini selama hidup. Ini sebuah momen yang menegaskan sebuah kehidupan," kata Oviatt.

Sejak siang, pasangan-pasangan gay dan lesbian telah berbaris di depan Balai Kota untuk mendaftarkan diri untuk mendapatkan akta nikah. Di West Hollywood, para pendukung kaum ini berencana menyajikan kue perkawinan dalam sebuah perayaan malam harinya.

James Dobson, ketua kelompok Kristen konservatif, Focus on the Family, menyebut kerumunan itu biadab. Kelompoknya telah menghabiskan dana ribuan dolar untuk mengegolkan pemungutan suara November itu.
"Terserah rakyat California saja, apakah mereka akan mempertahankan perkawinan tradisional dengan menyetujui sebuah amandemen konstitusional. Hanya dengan itu mereka bisa melindungi diri dari tirani yudisial, seperti contoh terakhir," kata Dobson lewat surat elektronik.

Putusan ini diambil oleh majelis hakim yang didominasi kaum Republik dengan komposisi 4-3. Putusan ini menjatuhkan UU negara bagian yang melarang perkawinan sejenis dan menganggap hubungan semacam itu, meski disertai keuntungan finansial seperti layaknya perkawinan, tidak cukup.

SAS
Sumber : AP

Cenderung Homoseksual, Gimana Dong?

Ada seorang pria mengaku dirinya memiliki kecenderungan homoseksual Ia merasa senang bila melihat kelamin teman sejenis dan bahkan muncul keinginan untuk memegangnya. Apakah ini normal?

Berikut adalah ulasan lengkapnya dalam rubrik konsultasi seks asuhan Prof. Wimpie Pangkahila yang dimuat dalam Tabloid Gaya Hidup Sehat .

Saya seorang pemuda berusia 29 tahun. Saya punya kebiasaan buruk dari kecil, yaitu suka melakukan onani. Hampir setiap hari saya melakukan itu, kira-kira 5 menit langsung mencapai klimaks, keluar sperma.

Saya merasa ragu karena saya mau menikah pada awal tahun depan. Keraguan yang saya maksud, selain cepat keluar sperma, juga karena saya suka melihat kelamin teman sejenis. Bahkan, kalau diizinkan saya mau memegangnya.

Saya sudah pacaran dengan calon istri sejak setahun yang lalu. Selama itu saya tidak pernah terangsang kalau misalnya berciuman dan berpelukan dengan pacar saya. Padahal, semua teman mengatakan terangsang kalau berciuman dengan pacar mereka. Saya jadi merasa takut membina rumah tangga, takut istri merasa tidak puas.

Apakah saya homoseks? Apakah saya mengalami ejakulasi dini karena hanya sebentar onani, saya langsung mencapai klimaks? Apakah saya tidak akan kehabisan cairan sperma karena mulai umur empat tahun sudah melakukan onani tersebut?

Rd., Jakarta

Kehabisan Sperma?
Banyak informasi yang salah tentang masturbasi, bahkan telah menjadi mitos yang menyesatkan. Padahal, sebenarnya masturbasi, yang populer disebut onani, bukanlah suatu perbuatan yang aneh atau dapat menimbulkan akibat buruk.

Dalam perkembangan psikoseksual anak, masturbasi juga sudah dilakukan, yaitu dalam bentuk memegang-megang kelamin, baik pada anak pria maupun wanita. Sebagian anak bahkan dapat mencapai orgasme melalui perbuatannya itu.

Jadi, perbuatan yang Anda lakukan sejak kecil itu sebenarnya bukan sesuatu yang luar biasa. Hanya pada waktu itu tentu saja tidak ada sperma yang keluar ketika Anda melakukan masturbasi karena pada usia itu sperma belum diproduksi.

Anda tidak perlu takut kehabisan sperma. Sebab, sperma diproduksi terus-menerus selama buah pelir sehat dan normal dengan kesehatan tubuh yang baik. Namun, perlu diketahui bahwa masturbasi yang dilakukan dengan tergesa-gesa agar cepat selesai dikhawatirkan dapat melatarbelakangi terjadinya ejakulasi dini.

Mengenai ketakutan bahwa istri tidak puas kelak karena ejakulasi dini, sebaiknya hilangkan dulu perasaan itu. Apalagi Anda belum pernah melakukan hubungan seksual. Kelak, bila setelah menikah Anda masih mengalami ejakulasi yang terlampau cepat, tentu harus diatasi agar dapat terbina kehidupan seksual yang harmonis dengan istri. Ejakulasi dini dapat diatasi dengan baik.

Kini justru lebih penting Anda perhatikan kesukaan melihat kelamin sesama jenis. Kalau benar Anda lebih suka melihat kelamin pria daripada wanita, apalagi kalau Anda menjadi terangsang terhadap pria, sedangkan terhadap wanita tidak, itu petunjuk bahwa Anda punya kecenderungan homoseksual.

Sayangnya Anda tidak menjelaskan sejauh mana ketertarikan Anda terhadap sesama jenis. Saya sarankan jangan sampai kesukaan itu Anda ekspresikan dalam bentuk perilaku, yaitu melakukan kontak seksual dengan sesama jenis. Kalau sampai Anda melakukan itu, mungkin akan semakin sulit Anda menghentikannya. Saya pikir Anda memerlukan konsultasi lebih jauh mengenai kecenderungan homoseksual ini.

Homoseks, Bisa Karena Lingkungan



Jumat, 28 Maret 2008 | 02:17 WIB

Seorang laki-laki usia 28 tahun, sebut saja X, bercerita kepada Prof. DR. Dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And.

Hampir empat tahun ini, X bekerja, dan sang bos sering mengajaknya keluar. Kebetulan sang bos singel. Awalnya biasa saja. Suatu hari, sang bos mengajaknya tidur di kediamannya yang kebetulan ditempatinya sendirian.

Awalnya, X tidak curiga, tetapi saat tidur, sang bos mulai berlaku lain. Dia memeluk X dan langsung memegang alat vitalnya serta ingin melakukan hubungan intim. Jelas, ini di luar dugaan X yang langsung ingin pulang karena kaget. X menolak meski terus dipaksa sang bos. Esok hari, sang bos minta maaf dan berjanji tidak akan berbuat lagi.

Namun, saat sang bos mengajak X ke kampungnya dengan alasan saudaranya sakit. Kejadian berulang. Sang bos melakukan hal yang sama di hotel dan memberi uang 2,5 juta rupiah untuk tutup mulut.

X heran, di hari kosong justru dirinya sampai sekarang masih tetap berhubungan sebagaimana layaknya suami istri. X merasa menjadi homoseksual. Bahkan sempat diputus pacar karena ketahuan begitu akrab dengan bosnya.

X yang gusar bertanya: Apakah Saya tidak normal lagi sebagai laki-laki sejati? Kadang di saat dia ada di luar kota saya merasa kangen dan sering melakukan masturbasi sendiri. Apa yang harus dilakukan?

Empat Penyebab
Perilaku seksual dipengaruhi oleh empat faktor. Dorongan seksual, pengalaman seksual sebelumnya, lingkungan sosiokultural dan psikologis. Dalam kehidupan seksual Anda, faktor pengalaman seksual dengan pria itu tampaknya berpengaruh besar. Akibatnya X merasa sangat terkesan dan kemudian menjadi berperilaku homoseksual.

Keadaan seperti ini bukan hal yang aneh. Dalam teori penyebab homoseksual, ada empat faktor penyebabnya. Pertama, faktor biologis, berupa gangguan pada otak. Kedua, faktor psikodinamika yakni gangguan perkembangan psikoseksual pada masa kecil. Ketiga, faktor sosiokultural yakni keharusan atau kebiasaan budaya setempat dan keempat, faktor lingkungan yang mendorong melakukan hubungan homoseksual.

Tanpa melupakan kemungkinan adanya ketiga faktor lain, pria homoseksual (sang atasan) merupakan faktor lingkungan yang sangat berarti bagi X. Perjalanan kehidupan seksual X akan berbeda andai X berani menolak ajakan sehingga hubungan homoseksual tidak berlangsung.

Andai setelah hubungan pertama, x lebih berani menolak ajakan pulang kampung, hubungan berikut tidak akan terjadi. Namun, karena tidak berani tegas menolak, terjadilah hubungan yang tidak diinginkan.

Banyak
Yang dialami X juga dialami orang lainnya yang kemudian menjadi homoseksual. Seorang pria pernah datang kepada saya menyampaikan pengalaman seksual pertamanya saat masih usia sepuluh tahun. Pamannya membujuknya melakukan hubungan homoseksual. Akhirnya sang anak tumbuh sebagai homoseks karena itu pengalaman pertamanya.

Seorang wanita homoseksual ternyata juga mempunyai pengalaman pertama dengan teman wanitanya ketika sedang mengalami masalah keluarga. Demikian juga dengan beberapa pria homoseksual yang pada awalnya hanya berfungsi sebagai pekerja seks untuk tujuan materi. Ternyata mereka kemudian merasa menikmati dan sulit meninggalkan perilaku homoseksualnya.

Dengan orientasi seksual seperti ini, tentu saja dapat dimengerti kalau pacar X tidak mau melanjutkan hubungan, apalagi dia tidak mengerti kenapa X menjadi homoseksual.

Coba Keluar
Pada dasarnya, tidak ada perempuan heteroseksual mau bersuamikan homoseksual. Juga sebaliknya. Sesungguhnya perkawinan tidak boleh dilangsungkan antara seorang homoseksual dengan heteroseksual. Kalaupun perkawinan seperti ituada di masyarakat, itu terjadi karena pihak homoseksual tidak berterus terang kepada pasangannya.

Perkawinan semu seperti itu terpaksa dilakukan karena orang menganggap homoseksual sebagai sesuatu yang tidak baik atau terhormat. Padahal, sesungguhnya orientasi seksual seseorang tidak berkaitan dengan baik buruk atau kehormatan seseorang. Apalah artinya seseorang yang heteroseksual tetapi koruptor atau penipu?

Namun, karena kini X merasa terganggu dengan kehidupan homoseksualnya, lebih baik mencoba keluar dari situasi ini.Coba lupakan pengalaman dan kenangan bersama sang bos. Mulailah dengan tidak bertemu berdua,kemudian tidak bertemu sama sekali,meski kelihatannya tidak mungkin. Akan jauh lebih baik bila X keluar pekerjaan sehingga bisa keluar dari lingkungan penyebab munculnya homoseksual.

Saya yakin, X menjadi homoseksual karena faktor lingkungan. Sehingga dengan kemauan kuat, X bakal bisa keluar dari lingkungan penyebab dan menjadi heteroseksual kembali, meski tidak mudah. Apalagi bila ada faktor selain lingkungan sebagai penyebab, akan lebih sulit bahkan tidak mungkin menjadi heteroseksual.

KArena itu, ada sebagian orang yang berhasil meninggalkan perilaku homoseksual dan menjadi heteroseksual. Sebaliknya, banyak yang juga tetap hidup sebagai homoseksual.

Bagi yang berhasil menjadi heteroseksual, mereka dapat hidup normal dan biasa seperti manusia pada umumnya. Bagi mereka yang tetap hidup sebagai homoseksual, belum tentu dapat hidup tenang karena sangat tergantung pada lingkungan sosial tempatnya hidup.

Kalau mereka hidup dalam lingkungan sosial yang tidak mengerti tentang homoseksualitas, sangat mungkin sang homoseksual ditolak. Bahkan tidak sedikit orang yang mengutuknya sebagai pendosa.

Berbeda bila lingkungan sekitar bisa mengerti mengapa orang menjadi homoseksual. Mereka akan permisif bahkan membantu orang homoseksual agar hidup wajar seperti orang lain yang heteroseksual. Coba X lakukan upaya bila ingin menjadi heterokseksual.

* Prof. DR.Dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And adalah seorang pakar andrologi dan seksologi dari Universitas Udayana, Bali

Source: Gaya Hidup Sehat

Anakku Lesbi, Bisa Normalkah?


IBU Leila yang baik, barangkali inilah kemalangan terberat dalam hidup saya. Sebuah surat datang ke anak gadis saya dari seorang cewek. Karena curiga atas seringnya inlok cewek tersebut yang sampai lebih dari satu jam, maka surat tersebut saya buka. Ternyata cewek tersebut menganggap anak saya istrinya dan rupanya mereka sudah berasyik-masyuk sekitar tiga bulan lewat internet.

Setelah itu langsung saya mendatangi seorang psikiater. Psikiater tersebut menyarankan agar hormon anak saya diperiksa. Dokter ahli kelainan seksual memeriksa prolaktin dan testosteron anak saya. Hasilnya baik, tidak ada tanda-tanda ketidaknormalan. Testosteron menunjukkan ia wanita dan mensnya juga teratur.

Oleh dokter tersebut saya dirujuk ke psikiater yang lebih andal. Kata beliau, gadis saya sebenarnya kidal, tetapi tangan kiri tidak pernah digunakan sehingga bingung pada jati dirinya. Padahal, dalam mendidik kami tidak pernah memaksakan agar anak kami menggunakan tangan kanan dan dalam keluarga besar kami turun-temurun tidak ada yang kidal.

Hingga sekarang saya belum berhasil membawa anak saya ke psikolog karena ia menolak. Ke dokter-dokter sebelumnya kami menggunakan alasan tersamar. Sekarang kami sudah tidak dapat menggunakan cara itu lagi karena ia sudah tahu dan rupanya bahagia dengan kelesbianannya.

Apa yang harus saya lakukan, Bu? Dapatkah lesbian disembuhkan tanpa yang bersangkutan ingin sembuh? Dengan suratnya kepada gadis temannya itu, anak saya mengatakan bahwa ia trauma dengan pria. Ya, ia dulu pernah pacaran dengan pria dua kali dan keduanya gagal. Tolong saya, Bu.

Ibu X yang baik, Berat sungguh ”pukulan” yang menimpa Anda sampai disebut kemalangan terberat dalam hidup Anda. Tetapi, saya juga dapat mengerti ”pukulan” berat patah hati yang diderita putri Anda. Mungkin cintanya begitu besar sampai mentalnya ”babak belur” alias trauma. Keinginan menjadi istri yang dicintai suami dan mencintai suaminya hancur luluh.

Pas dalam keadaan parah itu ada yang menawarkan persahabatan dan kasih sayang. Bahkan, lebih dari itu (dan sudah) menjadikan dia ”istri” tersayang oleh seorang perempuan yang mungkin merasa dirinya ”cowok”. ”Pucuk dicita ulam tiba”, atau lebih tepat ”tak ada umbi akar pun jadilah”, hingga berasyik-masyuklah mereka berdua.

Dalam keadaan demikian, memang sukar untuk banting setir jadi heteroseks kembali. Namun, lambat atau cepat ia akan menyadari, masyarakat kita (juga di negara yang sudah maju seperti Amerika) banyak yang masih bersikap negatif kepada kaum homoseksual. Mereka sering menjadi korban diskriminasi dan hate crimes.

Penelitian menunjukkan, mereka 92 persen mendapat verbal abuse, sering kali dari keluarga sendiri dan 24 persen diserang secara fisik. Selain itu, 50 persen dari gelandangan muda di New York adalah homoseksual, juga bunuh diri dan percobaan bunuh diri lebih banyak di antara homoseksual daripada heterokseksual (Davison, G & Neale, J. Abnormal Psychology, 2004)

Apakah ia dapat berubah jika dia sendiri tidak ingin?

Tidak, kendala utamanya karena ia tidak mau. Bahkan, yang mau jadi heteroseks pun sukar kalau sudah lama jadi homoseks.

Putri Anda baru tiga bulan berkenalan dengan gadis lesbian itu, juga semoga baru di internet saja. Jika kelak ia mengalami sikap diskriminatif dan dikucilkan sebagai lesbian, baik secara terus terang maupun tersembunyi, melihat penderitaan orangtua, dan juga takut kepada Tuhan, mungkin ia akan sadar dan kembali jadi heteroseksual.

Yang dapat Anda lakukan adalah mengingatkannya dengan lembut, tetapi tegas sambil tetap mendukung prestasinya dalam berbagai bidangnya lain (studi, pekerjaan, aktivitas sosial). Obat paling manjur bagi putri Anda adalah jika ia ”jatuh cinta” lagi kepada seorang pria dan cintanya disambut baik. Semoga benar terjadi, saya ikut mendoakan.


Sumber : KOMPAS

Pria Homoseksual Mudah Dikenali dari Wajahnya

MASSACHUSETTS, SELASA - Hanya dalam hitungan detik, hampir setiap orang dapat mengenali apakah seseorang di depannya homoseksual atau bukan hanya dari wajahnya. Temuan ini memperkuat pendapat bahwa pikiran bawah sadar manusia berperan penting dalam memandu perilakunya.

Manusia dikenal sebagai makhluk paling pintar dan cepat menilai sesamanya. Hal tersebut telah disimpulkan sebagai hasil penelitian yang dilakukan duo psikolog, Nalini Ambady dan Rovert Rosenthal, tahun 1994.

Saat itu, mereka menghadapkan orang-orang pada video seorang profesor yang sedang mengajar berdurasi dua detik saja kemudian diminta memberikan opini mengenai kemampuan mengajarnya. Hasil penilaian tersebut ternyata mirip benar dengan penilaian para mahasiswa profesor tersebut yang diajar selama satu semester.

Temuan ini tidak hanya mengejutkan tapi membuat pebasaran para pakar perilaku untuk meguak rahasia kemampuan manusia menilai sesamanya dalam waktu sangat singkat. Ambady kemudian bersama koleganya, Nicholas Rule, sama-sama dari Universitas Tufts, Massachusets, AS meneliti apakah hal tersebut juga berlaku untuk menilai orientasi seksual.

Sukarelawan pria maupun wanita dihadapkan 90 lembar foto wajah pria homoseksual dan pria normal secara acak, masing-masing antara 33 milidetik hingga 10 detik. Saat diberikan waktu 100 milidetik atau lebih, mereka dapat mendeteksi foto pria mana yang homoseksual dengan tingkat ketepatan 70 persen.

Jika waktunya kurang dari itu, mereka kesulitan. Namun, jika diberikan waktu lebih lama, peluangnya tidak semakain baik.

"Apa yang paling menarik adalah tambahan waktu tidak meningkatkan hasil," ujar Ambady yang melaporkan penelitian ini dalam Journal of Experimental Social Psychology edisi terbaru. Jadi, mungkin ada benarnya juga semboyan cinta pada pandangan pertama.(SCIENCE/WAH)

Pria Pendiam Itu Ternyata Bertangan Dingin


KASUS mutilasi (pembunuhan dengan korban dipotong-potong) yang dilakukan tersangka Very Idam Henyansyah (sesuai KK di desa asalnya) alias Ryan (30) mengagetkan penduduk Desa Jatiwates, Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Ryan yang lahir di Jombang, 1 Februari 1978, dikenal para ibu di desa itu sebagai guru mengaji di TPQ di Desa Jatiwates.

Suharti (34) yang pada hari Minggu (20/7) malam ditemui di belakang rumah orangtua Ryan mengaku kaget dengan apa yang terjadi terhadap Ryan tentang kasus mutiliasi terhadap Heri Santoso di Depok, dan selanjutnya masih diduga melakukan pembunuhan juga terhadap Ariel Somba Sitanggang (34). Belakangan bahkan diketahui selain Heri dan Ariel masih ada tiga korban lain yang juga dibunuh dan dikubur di belakang rumah orangtua Ryan.

Sebab, selama 10 tahun menjadi guru mengaji, Ryan justru kerap menjadi penggiat berbagai lomba yang bernuansa keagamaan di desa itu. Di kampungnya, Ryan tenar dengan nama Yansyah.

Nama itu diambil dari nama belakangnya, Henyansyah. Sepanjang ingatan warga, Yansyah adalah sosok pemuda yang gemar merias anak-anak asuhannya. Yansyah juga suka melatih anak-anak muridnya menari dengan gerakannya yang gemulai.

”Ya, memang gayanya Yansyah kemayu. Gaya jalan, gaya ngomong-nya lembut dan kalem,” kata Zainal (38) yang putranya (umur 10 tahun) pernah menjadi murid Yansyah.

Tarubi (55), seorang tetangga Yansyah, mengatakan, sosok tersangka pelaku mutilasi itu sebagai orang yang pendiam. Hanya saja, kemudian entah kenapa, Yansyah dan keluarganya memiliki tabiat yang tidak disukai warga desa. Akibat perilaku itulah akhirnya warga desa mengucilkannya.

Yansyah pun berubah menjadi penyendiri, pendiam, dan jarang bertegur sapa dengan para tetangga. Perubahan terjadi ketika Yansyah mulai menginjak usia 20 tahun. Sejak saat itu Yansyah mulai aktif sebagai instruktur senam dan pegawai salon di Surabaya, sebelum akhirnya merantau ke Jakarta.

Salah seorang kerabat Yansyah, Solikan (38), mengakui bahwa Yansyah sudah menunjukkan perilaku yang berbeda dibandingkan dengan rekan-rekan sebayanya ketika usianya mulai dewasa. ”Laki-laki, tetapi suka merias,” kata Solikan.

Pada sebagian besar keluarga, teman, dan tetangganya, Yansyah mengaku belum pernah menikah. Namun, menurut seorang tokoh masyarakat bernama A Rohman, yang merupakan imam di masjid desa, lelaki itu mengaku pernah menikah. ”Yansyah mengaku pernah menikah kepada saya. Ia menunjukkan foto (istrinya) itu,” kata A Rohman.

Tampaknya, perubahan mulai terjadi ketika Ryan merantau ke kota dan bertemu dengan komunitasnya sesama kaum homoseksual di mana di komunitas itu Ryan berperan sebagai wanita.

Seperti banyak diulas para ahli, terbatasnya komunitas homoseksual membuat seseorang yang terlanjur menemukan pasangannya bisa berperilaku di luar dugaan --bahkan menjadi sangat keji-- jika merasa dirinya akan kehilangan pasangannya.

Dalam kasus Ryan, ia menjadi sangat tersinggung ketika Heri Santoso yang juga berperan sebagai perempuan "naksir" Noval yang menjadi pasangan Ryan. Ia tersinggung dan sekaligus terancam akan kehilangan Noval kalau sampai Noval "diselingkuhi" Heri.

Pertanyaan yang belum terjawab, benarkah semua korban yang dibunuh Ryan semata-mata karena alasan kehilangan pasangan seksual? Dari empat jenasah korban yang ditemukan, misalnya, tak satu pun dimutilasi seperti Heri. Bahkan orangtua Ariel menampik dugaan motif seksual dalam kasus kematian anaknya. Mereka menduga motif utama Ryan membunuh Ariel adalah penguasaan harta benda seperti telepon seluler dan sebagainya.

Lalu, masih ada lagi dua orang korban yang juga diduga korban Ryan yang saat ini masih dicari. Keduanya adalah Nani Kristanti (35) dan anaknya yang berusia tiga tahun. Nani adalah rekan Ryan mengajar senam di Jombang yang sebelum hilang diketahui bersama Ryan.

Pertanyaan lain yang juga belum terjawab adalah benarkah orangtua Ryan atau keluarga lain sama sekali tidak mengetahui kasus pembunuhan yang dilakukan Ryan? Sebab, Ryan mengubur jenasah korban-korbannya di belakang rumah yang tak begitu luas juga.

Karena itu, meski berhasil dengan cepat mengungkap kasus mutilasi atas Heri Santoso, polisi kini masih punya banyak pekerjaan rumah (PR) baru menyusul temuan empat jenasah yang dikubur di belakang rumah orangtua Ryan itu. Dalam hal ini, jajaran Kepolisian Resor Jombang dan Kepolisian Daerah Jawa Timur masih harus bekerja keras....

Ingki Rinaldi,M Suprihadi
Sent from my BlackBerry © Wireless device from XL GPRS/EDGE/3G Network

Tentara Gay Tak Ganggu Daya Tempur

WASHINGTON - Gay masuk militer? Tidak umum memang. Meski begitu, sebuah studi menemukan, kehadiran gay di ketentaraan tidak mengurangi kemampuan tempur dan kesempatan memenangi perang.

"Studi ini menunjukkan, mengizinkan gay dan lesbian masuk militer tidak akan menimbulkan risiko apa pun atas moral, kepatuhan pada perintah, disiplin, dan kekompakan," begitu bunyi laporan penelitian yang dirilis pusat riset di California kemarin (8/7).

Penelitian tersebut dilakukan empat pensiunan pejabat militer. Salah satunya adalah seorang letnan jenderal angkatan udara yang pernah mempertanyakan kebijakan baru yang dibuat Presiden Bill Clinton pada 2003. Saat itu Clinton meminta agar orientasi seksual calon anggota militer tidak lagi ditanyakan.

Mengganggu kekompakan kesatuan memang menjadi kekhawatiran utama saat Kongres meloloskan kebijakan itu lima tahun lalu. Padahal, mereka tidak bisa begitu saja mengatakan mereka gay atau biseks.

"Dalam hal ini, yang menjadi masalah adalah keyakinan dan kepercayaan diri di antara anggota kesatuan," kata Letnan Kolonel Robert Maginnis yang pensiun pada 1993. Saat itu mereka yang punya orientasi seksual berbeda ditempatkan di lingkungan yang lebih tertutup. (AP/dia/soe)

( sumber : www.batampos.co.id )

Studi Gay/Lesbian

Oleh NURAINI JULIASTUTI



Sejak peristiwa Stonewall tahun 1969 (pembangkangan kaum homoseksual untuk memperjuangkan hak-haknya) dan bersamaan dengan gelombang kedua gerakan perempuan, homoseksualitas segera menjadi gerakan yang nyata. Tidak lagi takut-takut, tidak lagi tersembunyi. Sekaligus ia mulai dipertimbangkan sebagai bahan kajian studi.

Pada tahun 1950-an dan 1960-an, homoseksual dipelajari dari jarak yang objektif, tepatnya selalu dilihat dari perspektif heteroseksual. Sampai kemudian muncul generasi baru akademikus homoseksual muda yang mulai ambil peranan dalam studi ini. Mereka mempelajari homoseksualitas dengan penuh semangat empati.

Ken Plummer dalam kata pengantarnya untuk buku Modern Homosexualities (1992) mengatakan bahwa tulisan-tulisan tentang gay dan lesbian yang muncul sebelum tahun 1970-an tampak seperti sedang mencari pengertian diri. Beberapa bahkan bernada destruktif dan bersikap negatif terhadap hidup. Singkatnya, ia menyebabkan orang-orang benar-benar percaya bahwa mereka (gay dan lesbian) adalah termasuk golongan orang-orang sinting dan kesepian di dunia ini.

Tapi keadaan kemudian berubah dengan cepat. Sekarang tidak hanya jumlah buku tentang gay dan lesbian yang berlipat ganda (pada tahun 1969 tercatat hanya 500 judul buku, tapi pada tahun 1989 sudah melonjak menjadi 9000 judul buku), tapi juga jangkauan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang lebih luas, penerapan berbagai disiplin ilmu yang semakin beraneka ragam, dan tentu saja jumlah pembaca yang semakin luas.

Bersamaan dengan lahirnya publikasi-publikasi awal yang radikal tentang gay dan lesbian, berlangsung pula perkembangan-perkembangan penting yaitu pelembagaan studi gay dan lesbian sebagai lapangan akademik profesional. Lambat laun bidang studi ini sudah mempunyai PhD-PhD sendiri, bahan-bahan bacaan khusus, profesor-profesor, pusat-pusat studi, konferensi-konferensi, dan mulai dijadikan mata kuliah di universitas.

Pada tahun 1970-an, bidang studi ini secara internasional dikenal luas dan mulai bisa dibandingkan dengan perkembangan studi perempuan atau studi etnisitas atau ras, meskipun tentu saja ukurannya masih lebih kecil karena lebih banyak stigma-stigma yang dikenakan di situ.

Universitas-universitas dan college-college terkemuka seperti Harvard, Princeton, Yale, Berkeley, MIT, Duke, Nottingham Trente University, mengadakan kuliah-kuliah tentang gay dan lesbian secara tetap. Universitas Utrecht bahkan mempunyai Pusat Studi Gay dan Lesbian. Konferensi-konferensi internasional tentang gay dan lesbian telah diadakan di Toronto, Denmark, London, New York, dan Amsterdam.

Di beberapa negara bahkan ada usaha-usaha yang lebih awal untuk memantapkan kajian studi ini. Beberapa yang bisa disebut disini adalah: Hirshfeld's Institute di Jerman pada tahun 1920-an, beberapa pusat-pusat studi di Belanda, juga Institute for Homophile studies di Amerika, sebuah universitas alternatif yang pernah menerima lebih dari 1000 mahasiswa pada tahun akademik 1957-1958.

Kemapanan kajian studi gay dan lesbian juga ditandai dengan kelahiran jurnal-jurnal ilmiah bidang ini. Journal of Homosexuality pertama kali dipublikasikan pada tahun 1974 dan mengupas berbagai isu seperti remaja-remaja gay, orang-orang tua gay, dan lain-lain. Jurnal-jurnal lain yang banyak mengupas persoalan-persoalan gay dan lesbian adalah Journal of Gay and Lesbian Psychotheraphy, Journal of The History of Sexuality, European Gay Review, Lesbian Ethics, Signs, Feminists review, TRIVIA: A Journal of Ideas, atau Sexualities .

Tulisan-tulisan pertama yang muncul di luar universitas seringkali berupa artikel-artikel pendek di koran tentang kehidupan gay dan lesbian atau pamflet-pamflet kampanye. Buku-buku kumpulan artikel tersebut misalnya The Homosexual Dialectic, The Gay Liberation Book, The Lesbian Reader, atau A Lesbian Feminist Anthology. Kondisi di Indonesia sekarang mungkin bisa disamakan dengan keadaan diatas. Sampai saat ini di Indonesia belum banyak muncul literatur-literatur kajian studi tentang gay dan lesbian. Wacana tentang gay dan lesbian di negara ini hanya muncul secara rutin misalnya lewat majalah atau media-media intern perkumpulan-perkumpulan gay dan lesbian semacam Gaya Nusantara. Belum ada kaum akademikus di Indonesia yang mengkhususkan diri menulis tentan fenomena gay dan lesbian. Salah satu usaha penting untuk membawa wacana homoseksualitas di Indonesia ke tingkat yang lebih akademis adalah tulisan Dede Oetomo "Homoseksualitas di Indonesia" di Prisma (Juli 1991). Setelah itu belum ada lagi sesuatu yang penting dalam perkembangan studi gay dan lesbian di Indonesia.

* * *

Ada dua term utama dalam wacana homoseksualitas modern, yaitu: 'closet' (kloset) dan 'coming out' (keluar). Term 'kloset' digunakan sebagai metafor untuk menyatakan ruang privat atau ruang subkultur dimana seseorang dapat mendiaminya secara jujur, lengkap dengan keseluruhan identitasnya yang utuh. Sedangkan term 'coming out' digunakan untuk menyatakan ekspresi dramatis dari 'kedatangan' yang bersifat privat atau publik. Pemakaian term 'closet' dan 'coming out' disini bermakna sangat politis. Narasi 'coming out of the closet' menciptakan pemisahan antara individu-individu yang berada didalam dan diluar kloset. Kategori yang pertama diberi makna sebagai orang-orang yang menjalani hidupnya dengan kepalsuan, tidak bahagia, dan tertekan oleh posisi sosial yang diterima dari masyarakat. 'Kloset' kemudian bermakna strategi akomodasi dan pertahanan yang diproduksi untuk menghadapi norma-norma masyarakat heteroseksual di sekitarnya.

'Closet Practice' adalah respon terhadap strategi represif yang diterapkan oleh masyarakat heteroseksual untuk mengeluarkan homoseksual dari kehidupan masyarakat. Strategi ini mulai dilakukan pada tahun 1940-an, tapi kemudian mulai diintensifkan pada tahun 1950-an dan 1960-an. Hal ini memantapkan posisi 'kloset' sebagai konsep identitas seksual yang berbeda dan sebagai sebuah simbol kehidupan ganda.

Para teorisi di bidang ini misalnya adalah Dennis Altman, Ken Plummer, Mary McIntosh, Gayle Rubin, dan Jefrey Weeks. Dennis Altman menulis Homosexual: Liberation/Oppression (1971) yang lantas menjadi bahan perdebatan sampai 20 tahun berikutnya. Ia menyoroti penciptaan identitas baru dengan kelahiran gerakan lesbian dan gay, perbedaannya dengan masa lalu dan identitas politik mereka.

Studi ini lantas berkembang lebih jauh dengan penggabungan-penggabungan atau persilangan antara studi gay dan lesbian dengan berbagai disiplin ilmu yang lain. Pada tahun 1970-an, psikologi, sosiologi, dan sejarah menjadi kajian yang berpengaruh. Di bidang psikologi, Freedman menulis Homosexuals May Be Healthier Than Straights (1975). Ia menyatakan bahwa homoseksual adalah sesuatu yang normal, sama seperti orang-orang lain, dan mungkin bahkan lebih sehat dari kaum heteroseksual. Freedman kemudian juga memperkenalkan konsep utama 'homophobia' yang kemudian dilanjutkan dalam karya-karya Lesbian Psychologies (Boston Lesbian Psychologies Collective, 1987) dan Lesbianism:Affirming Non Traditional Roles (Rothblum & Cole, 1989). Topik penting yang dibahas dalam sosiologi adalah mengubah fokus dari memandang homoseksual sebagai salah satu tipe individu ke respon sosial terhadap homoseksualitas, yaitu perubahan konstruksi sosial homoseksualitas secara radikal. Karya-karya penting yang membahas topik ini misalnya: Sexual Stigma: An Interactionist Account (Ken Plummer, 1975), The Construction of Homosexuality (Greenberg, 1988), atau Forms of Desire:Sexual Orientation and The Social Constructionist Controversy (Stein, 1990). Perdebatan tentang tema ini terutama dipercepat oleh terbitnya seri History of Sexuality yang sangat berpengaruh karya Michel Foucault.

Dalam bidang sejarah bisa disebut buku karya Herdt yang berjudul Ritualized Homosexuality in Melanesia (1984), Passions Between Women (1993) karya Emma Donoghue yang membahas kebudayaan lesbian di Inggris tahun 1668-1801, atau The Wilde Century (1994) karya Alan Sinfield yang membahas tentang kehidupan gay Oscar Wilde yang hidup di masa Victorian di Inggris.

Mulai sepanjang tahun 1980-an ada perubahan tren dalam studi gay dan lesbian, yaitu perhatian yang besar kepada cultural studies dan persoalan AIDS. Persoalan AIDS dalam studi gay dan lesbian menjadi penting karena penyakit ini seringkali digunakan sebagai alat politis untuk menempatkan gay dan lesbian dalam posisi yang merugikan. Dan dalam beberapa hal terbukti bahwa menyerang kaum gay dan lesbian lewat isu kesehatan cukup ampuh, karena masyarakat biasanya dengan mudah membenarkan kekhawatiran terhadap penyakit serius semacam AIDS ini.

Perhatian yang besar terhadap cultural studies bisa terlihat dari berkembangbiaknya studi-studi kebudayaan gay dan lesbian dalam segala bentuk: film, TV, novel, karya-karya fiksi, biografi, musik, karya-karya seni, dan bentuk-bentuk kebudayaan populer lainnya. Bonnie Zimmerman misalnya menganalisa 200 karya fiksi lesbian yang dipublikasikan mulai tahun 1969-1989 dalam karyanya yang berjudul The Safe Sea of Women . Dengan perspektif yang sama Richard Dyer berusaha melacak perkembangan genre film-film gay dan lesbian dalam Now You See It (1991).

Bidang-bidang klasik lain dalam studi-studi lesbian dan gay modern adalah tentang komunitas dan persoalan identitas gay, seksualitas, pornografi, juga perubahan dan pergeseran konsep keluarga heteroseksual dengan adanya fenomena gay dan lesbian yang memelihara anak-anak mereka sendiri.



Termuat di Newsletter KUNCI No. 5, April 2000

Alamat halaman ini: http://kunci.or.id/esai/nws/05/gay.htm

Garin Nugroho: Pro Kontra FFI Wajar

Pro kontra dalam sebuah perhelatan adalah suatu kewajaran. Apalagi dengan event seakbar Festival Film Indonesia . "Dan sejak dulu selalu ada pro kontra di festival. Sebenarnya FFI juga merupakan kompetisi di tengah-tengah ragam penghargaan, ada MTV Movie, misalnya dan yang lain-lain. Semakin banyak festival dalam satu negara semakin bagus, karena tiap ajang akan mempunyai kriteria yang berbeda," papar Garin Nugroho dalam acara Diskusi Film "Jadikan FFI Milik Kita Bersama" di Gedung Film, (24/9).

Namun sebagai sebuah kegiatan yang diidam-idamkan oleh pelaku film tiap tahunnya untuk mendapatkan satu referensi karya, FFI diharap bukan hanya menjadi kegiatan ngobrol dan temu tahunan untuk orang-orang film tertentu. "Kerap kali yang membuat saya kecewa adalah ketentuan-ketentuan yang seringkali berubah yang akhirnya tidak memberikan konsistensi dalam pemikiran antara pelaku dan pembina, di mana pemikiran pihak pembina ingin diterapkan untuk menilai baik dan buruk tanpa memikirkan bahwa pelaku film dan juga masyarakat penonton film nasional mempunyai tanggung jawab untuk menciptakan produk yang baik, bermoral tinggi, mendidik, dan juga memiliki nilai hiburan yang sehat," ujar Garin panjang.

Garin menunjuk piala ANTEMAS, di tahun-tahun sebelumnya diberikan sebagai penghargaan untuk film yang menghasilkan penonton terbanyak. Namun sistem tersebut diubah menjadi film yang layak untuk memperoleh penghargaan adalah film yang masuk dalam nominasi. Hal ini membuktikan bahwa pembina membenarkan bahwa pemikiran merekalah paling tepat.

Hal paling fatal dalam pandangan Garin, bahwa yang selalu dinilai dalam FFI adalah the Singer Not the Song – pembuat yang dinilai, bukan hasil karya. Seolah-olah golongan tertentulah yang paling berhak mendapatkan penilaian dewan juri sehingga pelaku film dari awal sudah bisa menebak film apa yang akan diperhitungkan.

"Kontroversi atau pro kontra yang terjadi di dalam setiap festival film adalah sah-sah saja. Bahkan di festival film bergengsi seperti Cannes, Oscar, Venice, dan lain sebagainya pun terjadi atas hasil keputusan dewan juri yang dianggap salah. Namun setahu saya, tidak pernah terjadi sebuah masalah yang menurut saya sangat dasyat seperti yang terjadi atas hasil keputusan dewan juri FFI 2006, sehingga menimbulkan polemik berkepanjangan dan memicu amarah sebagian besar pelaku film," ungkap Garin.

Itu merupakan bagian dari masa lalu, sudah selayaknya kita memandang ke depan bukan ke belakang, sehingga kita harus menciptakan iklim kondusif untuk dapat diwariskan pada generasi mendatang yang akan meneruskan industri ini untuk dapat dihadirkan ke dunia internasional.

Menurut Garin ada beberapa masukan untuk menuju ke arah sana, yaitu film yang dihasilkan diawali dengan idealisme sehingga tidak bisa digolongkan, dewan juri dan pelaku film harus berdampingan, hilangkan penilaian berdasarkan mitos "the Singer Not the Song". (kpl/wwn)

( sumber : www.kapanlagi.com )

Pro Kontra Seputar Gay


Perjuangan Stevanus Theodurus, dalam memperjuangkan hak lesbian, gay, biseks, transgender dan transseksual (LGBT) menuai pro dan kontra. Terbukti, sejak pengakuan tentang jati dirinya di situs web Scientiarum, timbul komentar dari berbagai kalangan mengenai kaum LGBT. Tak jarang komentar pedas ia terima. Tapi ada pula sebagian yang memahami dan menerima dirinya.

Theo, demikian ia biasa disapa, merupakan Petugas Lapangan Yayasan Gessang untuk Kota Salatiga. Gessang adalah yayasan yang bergerak di bidang sosial, advokasi, dan HAM untuk kaum gay. Theo juga tercatat sebagai mahasiswa aktif Program Studi Komunikasi FISIPOL UKSW angkatan 2006.

Theo memandang, LGBT bukanlah penyakit dan bukan dosa. “Kalo gay adalah penyakit menular, saya cuma mau ngomong, ‘Tolong carikan obatnya dong.’ Kalau tidak ada obatnya, berarti ada dua penyakit yang belum bisa diobati di Indonesia, yaitu gay dan AIDS. Gay bukan penyakit, tapi itu hanyalah suatu perbedaan orientasi seksual,” kata Theo.

”Di Salatiga, yang saya ketahui, ada 200 gay dan 50 persen adalah anak UKSW. Namun mereka masih tertutup dan belum mau mengaku. Sebenarnya, orang-orang yang berjalan dengan maskulin tidak menjamin bahwa ia bukan gay,” papar Theo.

Apakah LGBT itu bukan dosa dan bukan penyakit? Pertanyaan inilah yang akan digali lebih dalam melalui perspektif teologi, sosiologi, psikologi, dan biologi.

Menurut Dien, Dosen Fakultas Teologi yang mengampu matakuliah Feminisme dan matakuliah Gender (Program Pascasarjana), LGBT masih diperdebatkan “kedosaannya,” karena ada pihak yang menentang dan menganggap LGBT sebagai dosa dan harus dikembalikan ke jalan yang benar. Namun ada juga yang mengatakan bahwa LGBT bukan dosa, karena mereka juga mahluk ciptaan Tuhan, dan Tuhan juga mempunyai kuasa yang sama besarnya untuk “mengubah” ciptaannya.

“LGBT tidak dapat dikatakan sebagai dosa. Sejauh bukan sebagai ‘tren,’ karena dewasa ini banyak yang ‘tiba-tiba’ menjadi gay (karena) sekadar tuntutan dunia hiburan,” kata Dien.

Jika seseorang tiba-tiba “menyimpang” dari jalan yang sudah digariskan oleh Tuhan, hanya demi tuntutan duniawi, maka hal tersebut dapat dikatakan sebagai “dosa.” Selain itu, Dien juga menegaskan, bahwa “kelainan” seksual ini dapat terjadi karena berbagai faktor, misalnya saja faktor lingkungan; karena memiliki banyak saudara perempuan, atau terbiasa diberi mainan atau pakaian yang tidak sesuai dengan jenis kelaminnya.

Hal senada juga diamini Dosen Fakultas Biologi, Ferry Karwur. Menurut Ferry, ketertarikan seksual dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor genetik dan faktor lingkungan. Sistem ketertarikan seksual manusia berada di antara lalat buah dan reptil (buaya). Lalat buah, bagaimanapun kondisi lingkungan, tidak akan mengubah orientasi seksualnya. Genetik memegang peranan 100 persen. Sedangkan buaya terpengaruhi oleh suhu (lingkungan).

Manusia dapat mengalami kebocoran genetik. Hormon sebagai penentu organ seks sekunder (payudara, jakun, dan sebagainya) dalam perkembangannya menjadi perantara situasi lingkungan dan genetik. Lingkungan dapat mengendalikan kita untuk mengubah orientasi seksual.

Neural pada manusia sangat kompleks. Hal ini menyebabkan neural kita berkembang lebih terdiferensiasi, tidak terprogram seperti robot. Sistem manusia yang unik ini membuat perbedaan orientasi seksual bagi tiap-tiap individu.

Ilmu psikologi sudah menyatakan bahwa homoseksual bukanlah penyakit ataupun kelainan. Perlu dibiasakan untuk mengatakan dan meyakinkan diri sendiri bahwa “saya adalah normal.” Penting untuk menghilangkan sifat apatis dan menutup diri dengan perasaan bersalah. Masalahnya, banyak lesbian yang merasa berdosa, sehingga makin menjauhkan diri dari aktivitas ibadah. Kalau perasaan negatif terus menggeluti pikiran, hal itu justru bisa menimbulkan rasa lemah. Nomor satu yang paling penting adalah menerima diri sendiri terlebih dahulu.

Berbeda dengan tiga perspektif yang lain, sisi sosial lebih menekankan bagaimana hubungan interaksi antara kaum LGBT dan masyarakat. Maksudnya, bagaimana cara kaum LGBT dapat masuk dan bergaul dengan masyarakat.

“Untuk urusan dia gay atau nggak sih nggak masalah. Yang penting jangan mengganggu aja,” ujar Rido, mahasiswa UKSW. “Yang penting, kita yang normal ini nggak merasa keselamatan kita terancam. Saya punya teman gay dan dia seringnya ya bergaul cuma dengan teman-teman cewek. Mungkin teman-teman cowok termasuk saya agak jaga jarak aja ya … tanpa bermaksud mengucilkan.”

Kontributor: AQIRANA A. TARUPAY, MUHAMMAD Y. F. NASUTION

( sumber : www.scientiarum.com )

Seminar jurnalistik di UKSW, “Obyektivitas harus dikedepankan”


Salatiga (Espos) Puluhan mahasiswa Jurusan Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga mengikuti Seminar & Lomba Jurnalistik di Ruang Probowinoto, kampus setempat, Rabu (16/7).

Tampil sebagai pembicara dalam kegiatan tersebut dua wartawan Harian Umum SOLOPOS, yaitu Rahmat Wibisono yang menyampaikan materi seputar pemberitaan, dan Fadjar Roosdianto yang membahas tentang fotografi jurnalistik. Acara dilaksanakan hampir enam jam mulai pukul 09.00 WIB.

Ditegaskan Rahmat dalam kesempatan itu tentang pentingnya obyektivitas dalam penyampaian fakta dalam wujud berita.

Sementara itu, Fadjar dalam kesempatan tersebut menjelaskan bahwa foto jurnalistik merupakan foto yang mengandung suatu nilai berita dan pemuatannya harus disertai keterangan atau caption. Dikatakan dia, ada beberapa jenis foto yang dikenal dalam dunia jurnalistik , di antaranya yaitu spot news, general news, dan sport news.

“Spot news adalah rekaman peristiwa yang terjadi secara tak terduga, misalnya kecelakaan, bencana alam, dan kerusuhan, sedangkan general news lebih sebagai foto kegiatan harian yang sifatnya terencana atau teragendakan. Kategori terakhir, yaitu sport news, adalah tentang foto-foto olahraga,” sambungnya.

Dekan FISIP UKSW Ir John R Lahade Msoc Si saat membuka secara resmi acara itu menjelaskan bahwa seminar dan lomba karya jurnalistik semacam itu rutin dilaksanakan mahasiswa fakultasnya.

Sementara itu ketua panitia, Tabita Handayani, menjelaskan, bahwa seusai digelarnya seminar yang menghadirkan praktisi, peserta berlomba menerapkan apa yang telah mereka dapatkan selama seminar. “Lulut dari angkatan 2007 dan Theodorus dari angkatan 2006 dinobatkan sebagai pemenang sehingga berhak mendapatkan uang tunai dan sertifikat,” terangnya. – Oleh: try.

(Foto: saam fredy_BPHL).

( sumber : www.uksw.edu )

21 Juli 2008

PRESIDEN RI dan WALIKOTA SALATIGA HIV +


Menjadi bagian sebuah proyek raksasa, adalah sebuah hal yang tak pernah aku pikirkan. Aku bangga pada diriku bisa menjadi bagian dari sebuah usaha pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS. Memang aku sadar bukan perkara mudah untuk menyelesaikan kasus ini. Aku juga tahu Salatiga bukan tempat yang baik. Tetapi aku yakin bahwa dari kota kecil inilah akan lahirnya pemimpin-pemimpin muda yang siap tampil mengguncangkan tanah di kancah dunia. Sedikit terbesit di pikiranku saat aku sedang mengalami depresi berat karena tidak adanya reaksi dampingan untuk melakukan gerakan yang cepat. Tetapi aku terlahirkan sebagai seorang lelaki. Yang tak mau menyerah begitu saja. Sebagai seorang lelaki, aku tahu bahwa ketangguhan, kesabaran, kegigihan, dan keberanian sebagai modalku untuk tetap memberikan dan mendorong dampinganku untuk menjadi lebih maju walaupun selangkah saja.
Hari ini, di malam hari yang dingin. 30 Mei 2008. Aku seperti dilahirkan kembali. Sebagai manusia baru yang mempunyai visi dan misi baru untuk merubah kota ini yang mempunyai kasus HIV/AIDS yang cukup tinggi di Jawa Tengah.
30 Mei 2008. Sebuah hari yang akan menjadi hari baru untuk diriku dan kotaku. Di halaman Dinas Kesehatan Kota Salatiga digelar sebuah acara yang menjadi agenda dunia. MRAN 2008 – Never Give Up, Never Forget. Sebuah kajian baru dan sebuah peluang yang baik untuk mengajak seluruh lapisan masyarakat mendukung dan peduli akan segala kasus HIV/AIDS dan medoakan saudara-saudara kami yang telah meninggal dunia karena HIV/AIDS. Sebuah hal yang baru dan baik untuk kota ini.
Di hari itu, pukul 10.00 wib. Aku dihubungi oleh KPAD dan di daulat untuk menjadi pembawa acara tersebut. Bukan popularitas yang ingin aku tunjukkan. Tetapi inilah momentum yang baik untuk mendukung dan berbagi kepada sesama. Dan menunjukkan segala kemampuan dan talenta yang Tuhan berikan untuk diriku. Sebagai bagian dalam program tersebut terbesit dalam otakku. Dengan kasus HIV/AIDS yang cukup tinggi, tetapi kesadaran dan dukungan dari masyarakat sangatlah sedikit bahkan bisa dibilang tidak ada. Apakah harus melalui cara kekerasan? Apakah orang-orang yang berada di LSM-lah yang harus selalu mendobrak kolonialisme yang terjadi?
Aku tahu era globalisasi sudah di depan mata. Penyandang dana selalu mendukung dengan memberikan segala dana agar berlangsungnya program ini berjalan dengan lancer. Tetapi apakah kita sebagai bangsa yang merdeka akan selalu meminta? Mengemis? Bahkan dana yang diberikan dari Negara-negara tetangga sudah banyak. Sebenarnya pemerintah dan orang-orang yang duduk di kursi korupsi melihatnya sebagai sebuah hal yang baik untuk membuat sebuah persiapan awal dalam tercapainya program. Era globalisasi bukan era gombalisasisme. Era yang akan menjadi ladang pembohongan public. Tidaklah rumit sebenarnya. Tetapi hanya butuh kepedulian dan butuh kesadaran yang lebih.
Saat aku menjadi pembawa acara tersebut, jujur itu waktu yang tepat untuk diriku menyadarkan pemerintah dan orang-orang yang hanya duduk dalam tatanan kepengurusan saja tetapi tidak pernah ada perhatian yang lebih.
Pukul 20.00. Acara dimulai dengan pembacaan puisi dari LSM Peduli AIDS. Lalu aku masuk untuk membuka acara tersebut. Menyibak remang-remangnya malam itu. Hanya nyala api lilin yang mengitari diriku yang ada. Bukan hal yang baru buat aku melihat keadaan seperti itu. Tetapi yang menjadi hal yang baru dan luar biasa. Dari pemerintah dan segala lapisannya serta kepengurusan KPAD bisa di bilang hampir semua datang. Apa karena ada wartawan atau sudah ada surat tugas dari walikota yang sedianya selesai acara, surat tugas itu akan menghasilkan amplop-amplop baru lagi. Idealismeku mencuat saat itu. Sambutan dari Ketua KPAD yang diwakili Assisten II Pembangunan Ekonomi dan Kesra sudah memberikan tanda rewel dan manjanya pemerintah. Kenapa bisa? Sambutan dan siapapun yang akan masuk sebagai pengisi acarapun sebagai bentuk dukungannya harus berdiri di sebuah lingkaran api yang berbentuk pita kepedulian HIV/AIDS. Bilang sudah tua dan tak mampu berdiri disitu. Itu sebuah alasan yang umum banget. Tak mampu berdiri tetapi mampu untuk meminta amplop. Cuma disuruh untuk berdiri di lingkaran api pita saja sudah rewel, banyak alasan. Hal itu semua aku patahkan dengan sebuah statement bahwa HIV/AIDS bisa menular kepada siapa saja. Bayi, anak-anak, remaja, dewasa, ibu, tua, bahkan kakek dan nenek kita pun bisa tertular virus HIV/AIDS. Dalam benakku saat itu hanya sedikit terbesit, mungkin tak mampu berdiri disitu bukan karena apa-apa, tapi mungkin sudah HIV+. Berjalan aja masih bisa kok, disuruh berdiri diam di tengah-tengah lingkaran api saja rewel.
Aku bahkan saat itu berhenti sejenak dalam perbincangan dengan peserta yang banyak. Aku mengambil sebuah nyala api yang diletakkan dalam botol berisikan minyak tanah. Aku mengambilnya lalu seraya berkata, bahwa nyala lilin adalah kehidupan untuk kita. ODHA mempunyai perbedaan yang sangat nyata dengan orang-orang yang biasa saja. Tahu atau tidak tahu, virus HIV/AIDS menyerang langsung pada system kekebalan tubuh kita. Jadi ODHA sangatlah rentan sekali. Penyakit-penyakit baru bermunculan dan kebanyakan sulit di obati. Yang mengakibatkan meninggalnya ODHA bukan karena hal yang serius. Penyakit-penyakit yang masuk itulah sangatlah jelas sedikit mendukung ODHA semakin turun pada sistem kekebalan tubuhnya. Tetapi satu hal yang paling mendasar bahwa diskriminasi dan ketidakpedulian orang-orang disekitarnyalah yang membuat ODHA semakin memburuk. Seperti nyala api saat itu, aku angkat. Dari sebuah nyala api ini bisa menerangi segala kegelapan yang ada. Tetapi nyala api ini akan selalu menyala, jika ada minyak tanah yang digunakannya. Sebuah nyawa bagi kehidupan nyala lilin itu. Saat kita tahu kalau minyak sebagai nyawanya sudah mendekati habis pastilah akan di isi kembali minyak agar nyala apinya tetap menerangi kegelapan. Aku saat itu langsung bertanya kepada semua orang yang hadir di situ. Siapkah kita menjadi minyak tanah ini, sebagai bentuk kepedulian kita untuk memberikan sedikit dari tenaga kita dalam mendukung P2 Aids dalam menyelesaikan programnya? Ada yang menjawab bisa dan ada juga yang menjawab Insya Allah. Dan inilah waktu yang tepat. Tahukah kita, yang menjawab dengan kata Insya Allah adalah orang-orang yang duduk dengan segala jabatannya yaitu dibarisan pemerintahan. Sebagai seorang yang idealis dan kukuh dalam penegakan kebenaran, walaupun kebenaran itu relative sich kata seorang filsuf. Tetapi saat itu aku membantah dan menentang bahkan bisa dibilang memberontak. Aku menjawab dengan lantang untuk meluruskan jalan pikir mereka. Aku hanya berkata, seorang pemimpin kita Bapak Susilo Bambang Yudhoyono dalam sambutan pada hari Kebangkitan Nasional, beliau memberikan mandat dan sebagai catatan yang perlu digaris bawahi. Presiden RI – Bapak SBY berkata bangkit, Indonesia bisa. Dan sangatlah jelas, tidak ada kata yang terucap dari mulut Presiden SBY yang menyatakan Indonesia Insya Allah. Jadi jika saat acara itu dengan mudah aku hanya bilang. Bangkit, Kita Bisa. Sadar atau tidak sadar, sebenarnya aku mengharapkan adanya sebuah media yang mengekspos hal tersebut. Hanya satu hal yang perlu kita tahu, BURUK.
Dilanjutkan dengan sebuah testimony dari seorang ODHA yang merupakan perwakilan dari KDS Untitled hadir dan memberikan kesaksian yang cukup luar biasa. Testimoni ODHA ditutup oleh pembacaan puisi dari Pramuka Saka Bhakti Husada. Untuk kedua kalinya aku maju dan berbicara sebagai masyarakat yang peduli HIV/AIDS. Aku mengambil sebuah ilustrasi yang aku buat dan termuat di website pribadiku. Kepedulian kita awal dari segala perubahan. Hidup mempunyai harapan dan cita-cita. Tentu seperti juga dengan KPA, mempunyai harapan dan cita-cita yang tinggi. Pencegahan dan Penanggulangan penyebaran virus HIV/AIDS di masyarakat. Suatu harapan yang baik dan mulia. Tetapi sebagai ladang untuk korupsi yang tinggi. Penyandang dana masuk, program berjalan tetapi tidak adanya perubahan yang bagus. Kasus HIV/AIDS meningkat, Budaya Penggunaan Kondom kurang diperhatikan dan Penyakit Menular Seksual menghinggapi setiap masyarakat di sekitarnya. Lalu, dimanakah dana dari penyandang dana tersebut? Ya, jawabannya adalah BH. Lalu, dimanakah kondom itu? Ya, jawabannya adalah dipakai sendiri. Sebuah pemikiran prakmatis dari seorang pejabat yang selalu UUD-Ujung-Ujungnya Duit. Lalu saat penyandang dana bersiap mengemasi barangnya dalam koper untuk kembali ke negaranya. Klinik VCT bentukan dari penyandang dana hanya bubar begitu saja. Tanpa ada kejelasan. Kami punya hak atas kesehatan, hak atas pelayanan kesehatan, dan hak atas mendapatkan perlindungan. Tetapi saat program itu dibantu oleh LSM-LSM terkait, banyak masyarakat semakin tahu adanya virus itu disekitar kita. Masyarakat ingin test HIV/AIDS, tetapi klinik tidak ada, karena penyandang dana sudaah pulang kampong. Lalu bagaimana sikap pemerintah sebagai bentuk dukungan dalam menjalankan programnya? LSM hanya membantu tidak untuk menurunkan dana. LSM untuk terus mendukung dan memberikan pilihan-pilhan jika jawaban X salah, maka LSM akan mempersiapkan jawaban Y, jika penyelesaiannya di luar dugaan atau meleset. Bagaimanakah tindakan dan reaksi dari masyarakat atas permasalahan ini? Dalam ilustrasi waktu itu aku hanya memberikan sedikit tentang bagaimana cara agar pemerintah peduli dan mendukung berjalannya program tersebut? Tanpa adanya kekacauan, seperti demo mahasiswa, pembakaran gedung-gedung pemerintahan, dan lain sebagainya. Karena masyarakat kota Salatiga ingin mempunyai kota yang kondusif dan aman.
Lalu apa yang harus kita buat agar mereka peduli? Apa kita akan menunggu Presiden RI – Bapak SBY dan Walikota Salatiga – Bapak John Manoppo dinyatakan HIV + oleh konselor? Setelah pemimpin dan atasan mereka terkena, baru dipikirkan bagaimana menanggulanginya. Dana dikeluarkan untuk pengobatan dan bahkan dana yang ada untuk mendukung 100% berjalannya program ini. Pembangunan dan pendirian kembali Klinik VCT. Tenaga sudah ada, bahkan perlengkapan sudah siap hanya secara maintance kurang atau belum memadai. Sebuah ilustrasi yang bagus untuk kita tahu. Inilah Indonesia yang dibilangingin ngeyel, alot, mentel, kemaki, kemiter, lan kementos.
Semoga sebuah ilustrasi yang aku sampaikan saat acara itu berlangsung dan aku tuliskan kembali dalam bukuku ini. Bukan sebagai tidak menghrgainya diriku pada pemerintah, tetapi sebuah hal agar pemerintah terbuka mata, telinga dan mulut untuk berlangsungnya program tersebut. Aku sebagai Warga Negara Indonesia akan selalu mencintai Negara ini walaupun Negara ini penuh dosa dan penuh kenikmatan yang tak akan tertandingi dengan Negara lain. Salutlah..
Acara tidak berhenti di situ saja. Tetapi ada testimony kedua yaitu sebuah testimoni dari OHIDA-Orang yang hidup bersama ODHA. Testimoni OHIDA ini sangat membuatku menangis. Ketegaran dan penerimaan orang tua atas anaknya yang dinyatakan HIV+. Tegar, sabar, kelembutan, kasih sayang dan kepedulian terpancar dari raut wajah OHIDA itu. penutupan yang indah dengan pembacaan puisi Dari Sebuah Harapan. Yang dibawakan dari perwakilan pelajar dan mahasiswa. Memberikan sebuah penutupan testimony yang indah.
Aku masuk untuk ketiga kalinya dan yang terakhirnya diriku menjadi bagian dalam acara tersebut. Diiringi sebuah lantunan lembut dari gitaris dan penyanyi yang membawakan lagu lilin-lilin kecil. Memberikan suasana yang hening dan damai sekali. Aku mengambil sebuah ilutrasi dalam sebuah renungan yang indah. Dari deretan nyala api berbentuk pita saat itu telah mati 13 nyala api. Aku bertanya kepada peserta yang hadir saat itu. Siap atau tidak siap, kita harus siap. Melihat 13 nyala api yang telah padam, kita sebagai nyala api yang masih hidup dan mampu untuk berjuang, haruskah kita mengikuti mereka yang telah meninggal? HIV/AIDS diketahui untuk dicegah. Sebuah awal yang indah di malam itu. Hadirlah disamping aku seorang OHIDA sebagai tanda kepeduliannya menyalakan satu lilin kehidupan dengan membawa ribuan harapan. Menyampaikannya segala harapannya sebagai dukungannya terhadap program P2 AIDS. Bergerak merembet lebih dalam lagi. Perwakilan pemerintahan dan warga sekitar. Membawakan satu lilin kehidupan dan menyampaikannya. Membawakan nyala api kehidupannya kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Salatiga. Ibu Kepala DinKes Kota Salatiga menyampaikan harapannya untuk menggugah jiwa sosial dan kepedulian setiap masyarakat. Sebuah hal yang selalu diharapkan oleh siapapun. Bergerak merembet nyala api kehidupan ini di akhiri oleh perwakilan dari LSM Peduli AIDS seperti, LSM Tegar untuk WPS, LSM Graha Mitra untuk Waria, LSM Mitra Alam untuk IDU`s, LSM GESSANG untuk Men Who Have Sex with Men-Gay, PPS, dan Biseksual, WCTU-I untuk rehabilitasi pengguna dan pencandu serta bekas pengguna narkoba (absen), KDS Untitled untuk Kelompok Dampingan Sebaya ODHA & OHIDA, Klinik VCT-Puskes Sidorejo Lor, RSUD Kota Salatiga (absen), RSU Dr. Asmir (absen), RS Paru-paru ( BP4 ) (absen), disertakan juga perwakilan dari pelajar dan mahasiswa seperti BEM UKSW (Bolos dan Absen), BEM STAIN, BEM STIE AMA, BEM STIBA, PSBH, PMI Kota Salatiga.
Sungguh hari yang indah dan mengharukan. Apalagi saat menyanyikan lagu lilin kecil bersama-sama dari LSM Peduli AIDS, Mahasiswa, Pemerintah, dan Warga Salatiga secara bersamaan membuat suasana hening itu terpecah dan terkuak hebat dalam isak tangis para peserta dalam mengenang saudaranya yang telah meninggal karena HIV/AIDS. Sebuah doa sebagai penutup acara tersebut, memberikan sebuah pencerahan baru dan jiwa baru pada diri setiap orang yang hadir saat itu. Jadi, berjuanglah tak kenal lelah dan tidak pernah lupa. Kita adalah bagian dari kehidupan ini. Saatnya kita sadar dan terus bergerak menuju perkembangan dan kemajuan yang baik.
Never Give Up, Never Forget……!!!!!!

AKU KEHILANGAN SEORANG PEMIMPIN


Mungkin ini tidak pertama kalinya aku menangis. Tetapi inilah kesedihanku yang ga mungkin akan aku lupakan. Sebuah kesedihan yang membuat aku salut pada dirinya. Nenekku alm. Suwei. Adalah seorang yang mempunyai jiwa pemimpin dan jiwa seorang pahlawan. Aku masih ingat dimasa aku masih kecil mempunyai sebuah kesalahan yang amat buruk dengannya. Aku memang tidak mau melihat keluargaku bersedih. Saat itu adikku yang paling kecil mungkin masih berumur di bawah 3 tahun. Adikku sakit, lalu almarhum nenekku memberikan sebuah saran kepada orang tuaku yang membuat aku sedih melihat kalau adikku nantinya akan kesakitan. Hanya sebuah ‘kerokan’ saja yang menjadi saran nenekku. Tapi itu memang hal yang tidak disuka oleh adikku. Saat itu adikku dipaksa abis-abisan oleh almarhum nenekku. Setelah itu, adikku nangis bukan kepalang. Aku memang orangnya melankolis banget. Jadi aku merasakan apa yang dirasakan oleh adikku saat itu. Kesakitan dan sebuah rintihan yang amat bagi seorang anak kecil. Lalu disebuah sudut ruangan dimana adikku di’kerokin’, aku menangis. Sampai akhirnya aku keluar dan mengambil sebuah pisau dan lari ke kamar mandi. Aneh banget. Aku bisa menangis sampai aku ga isa bilang apa-apa. Saat itu seluruh keluargaku mencari aku kemana-mana. Sampai ke tetangga dan ampe jalan raya. Mereka mungkin kebingungan banget saat itu. Tapi apa boleh ternyata aku ketahuan bersembunyi oleh pakdheku sendiri. Saat dia mau masuk ke kemar mandi, nemuin aku sedang nangis. Aku ditanya saat itu lagi ngapa. Lalu aku cuma bilang, mau bunuh nenek. Aneh banget ya. Memang saat itu, adikku masih kecil, jadi aku sayang banget ma adikku. Kalo sekarang amit-amit dech, sayang aja kagak. Malah perang kaliex…he…
Itu sebuah kesanku melihat almarhum nenekku saat itu. Nyeremin, jahat dan pembunuh. Aneh banget ya..
Tapi semakin beranjaknya aku dewasa semakin aku menyayangi orang yang aku benci waktu kecil mungkin pepatah pernah berkata, bahwa kebencian awal dari percintaan. He… ya udahlah, itu masa lalu aku saat masih ada almarhum nenekku.
Aku masih ingat di saat sebelum almarhum nenekku meninggal, almarhum Cuma bilang ke aku, ‘jangan nakal dan nurut ma orang tua’. Mungkin saat itu aku pikir adalah hal yang biasa. Tetapi itu adalah kalimat terakhirnya buat aku. Saat meninggalnya nenekku, aku masih di sekolah. Aku ga dikasih kabar ma keluargaku saat aku di sekolah. Tetapi sepulang sekolah aku di beritahu ma tetanggaku bahwa nenenkku sudah meninggal. Sedihnya aku saat itu, aku sudah kehilangan orang yang paling aku sayang saat itu. Setelah meletakkan tas sekolahku, aku langsung lari dan jalan kaki ke rumah nenekku. Padahal buzet jaraknya 10 kiloan. Tapi saat itu dibenakku ga ada kata lelah, yang penting aku isa ketemu ma nenek itu aja.
Dihari berikutnya, di saat pemakaman nenekku. Aku merasakan kehilangan banget, tapi aku berusaha tegar dan ga mau terlihat sedih banget. Di saat detik-detik keberangkatan jenasah nenekku, aku punya satu permintaan ke papaku. Bahwa aku harus mengangkat peti nenekku sampai ke dalam ambulance. Ya, perasaab kehilangan dan kesedihanku dan juga pecahan suara tangisan dari keluarga serta kerabat nenekku mulai memuncak saat itu. Aku hanya bisa terdiam dan hanya bisa berkata, ‘Tuhan tegarkan aku dan aku ingin dengan aku memikul peti jenasah nenekku, aku punya satu keinginan. Tuhan terimalah nenekku di sisi-Mu’. Mungkin itu hal yang aku pikir saat itu. Aku hanya bisa membungkam mulutku dan biarlah hatiku ini berkata.
Saat perjalanan menuju ke peristirahat terakhir nenekku, aku membawakan sebuah karangan bunga di dalam sebuah bis. Aku padahal saat itu ingin sekali di dalam ambulance itu bersama nenekku yang terakhir kalinya. Tapi mungkin saat itu aku tidak beruntung. Tetapi aku naik bus yang sudah disiapkan oleh keluarga besar. Dan di dalam bus itu, semua kenangan bersama almarhum nenekku mulai terbuk. Aku menangis dan sangat merasakan kehilangan yang begitu sangat menusuk jiwaku.
Di luncurkan buku ini, aku persembahkan untuk almarhum nenek tercinta. Nenek yang memberikan sebuah penghiburan dan nenek yang menjadi pemimpin atas keluarganya.
‘nenek ini theo, aku bersyukur banget karena kau telah tiada, karena aku juga merasakan apa yang nenek rasakan dalam kesakitan nenek semasa akhir hidupmu. Nenek, kau tlah berjuan sendiri selama hampir 15 tahun tanpa ditemani oleh kakek. Untuk membesarkan satu putra dan tiga putri yang sangat berat. Aku tahu kaulah seorang wanita yang gigih dan terhormat. Aku salut kepadamu. Salut atas kegigihanmu dan salut atas keberanianmu untuk hidup dalam penderitaan ini. Kebahagian di dunia telah kau ukir. Saatnya aku mengukir kebahagiaanmu bersama Tuhan Yesus di surga. Aku akan selalu mencontoh berjuangnya hidup, seperti berjuangnya nenek menghadapi kerasnya kehidupan ini. I Love You nek, I Miss you…Muach….”.

DIBALIK KETEGARANMU, KAU MENYIMPAN BERJUTA KESEDIHAN


Seorang wanita lahir dengan tubuh yang tidak selalu lemah. Wanita juga bukan sebuah yang selalu harus kalah. Bukan untuk di bagian dapur saja, tetapi juga bisa untuk memasang genteng dan menggali tanah. Sosok wanita bukan kuli. Wanita diciptakan bukan hanya untuk menjadi pendamping atau perhiasan untuk laki-laki. Wanita diberikan kekuatan yang bisa merubah dunia. Wanita adalah kehidupan ini. Tanpa wanita hidup tak akan pernah ada. Wanita mampu menjadi presiden. Wanita mampu menjadi pemimpin. Laki-laki selalu berpikir menggunakan logika. Tetapi tidak untuk wanita. Diciptakan dalam kesempurnaan. Memiliki hati dan pikiran. Berjalan bersama tak melihat waktu dan tak melihat uang. Wanita melahirkan kehidupan baru. Dan wanita adalah segalanya.
Sedikit aku tuliskan, tentang pandanganku bagaimana sebenarnya seorang wanita. Aku memang seorang gay. Tetapi aku sangat mencintai wanita. Mengharginya dan selalu berusaha melindunginya. Bukan hanya untuk dihamili dan bukan hanya untuk melahirkan. Pengorbanan seorang wanita tak terhitung dalam hitungan jari. Berjuang dan memberikan nyawanya untuk kehidupan.
Hari ini tepat dimana seorang wanita cantik dan tangguh melahirkan seorang anak laki-laki tampan dengan berat lebih dari empat kilo. Dengan pengorbanan nyawanya memberikan sebuah perlindungan yang tak akan pernah lapuk. Perlindungan dari segala mara bahaya. Wanita yang dengan susah payah membesarkan aku. Dan melahirkan aku dengan berat yang tidak normal. Dilahirkan dengan fisik dan raga seorang laki-laki. Tetapi mempunyai hati bak seorang sang putri. Ini bukan salah wanita itu. Wanita itu selalu berbagi untuk aku.
Masa kecilku aku lewati dengan susah payah. Masa kecilku penuh dengan penderitaan. Tetapi wanita itu berdiri kokoh untuk menjadi bagian dari pelindung itu. Wanita itu dilahirkan menjdai malaikat untuk siapapun. Kesusahanku tak pernah aku rasakan. Kesusahanku selalu dibuatnya tersenyum. Kesusahanku tak pernah aku rasakan lagi saat aku berada di samping seorang wanita itu.
Aku bangga dan sangat mencintai wanita itu. Aku tak boleh membuatnya sakit. Aku harus membuatnya bahagia. Dan aku harus berusaha supaya wanita itu bangga pada diriku.
Hal terindah yang selalu aku ingat. Wanita itu melindungiku dari segala mara bahaya. Tetapi sebuah kenyataan berkata lain. Di masa kecilku aku selalu bersama wanita itu. Di siang hari dengan panasnya terik matahari yang menyengat. Wanita itu melindungiku supaya aku terbebas dari sebuah kecelakaan. Dalam satu sepeda federal keluaran tahun nenek moyang, karena memang sepeda federal itu adalah satu-satunya alat transportasi yang keluargaku miliki. Itupun dengan hasil kerja yang pantang menyerah lelaki tua. Wanita itu memang dengan sekuat tenaga, tak takut pada kerasnya kehidupan ini, yang tak takut pada panasnya terik sinar matahari. Berusaha untuk membuat aku tenang dan selamat.
Andaikan waktu bisa berulang dan dapat kembali lagi. Aku tidak akan membiarkan wanita itu seperti itu. Aku tak akan pernah ijinkan wanita itu menjadi terluka dan tersiksa.
Kecelakaan maut itu telah merenggut dan melukai bagian paling vital dari tangan wanita itu. Aku tak mampu membayangkan bagaimana mungkin ini terjadi. Hanya satu yang aku tahu, tanganku berdarah dan berlubang masuk ke dalam. Sakit rasanya dan inginku menjerit untuk kesekian kali saat aku mengingat kejadian yang hampir menewaskan wanita itu.
Wanita itu tangguh dan berdiri tegap dengan segala kelemahannya. Kapanpun dan dimanapun aku sebagai seorang lelaki walaupun mencintai lelaki akan selalu mencintai wanita itu sampai akhirnya Tuhan dating kedua kalinya ke muka bumi ini. Aku masih percaya bahwa surga di bawah telapak kaki wanita tangguh ini.
Sebuah kisah yang tak akan pernah aku lupakan. Kisah terindah bersama dengan seorang wanita dalam hati, tubuh dan jiwaku.
IBU….
Wanita yang sangat perkasa, walaupun dia bukan lelaki.
Ibu hari ini aku persembahkan sebuah karya maha agung untuk seorang ibu dimanapun kau berada, satu hal yang selalu aku ingat. Sebuah ingatan yang akan selalu tertanam dalam hidup seluruh anakmu. Peristiwa terindah dalam hidup kami sebagai lelaki dan wanita yang pernah kau lahirkan dengan taruhan nyawamu. Peristiwa maha karya terbesar yang akan menjadi pelajaran untuk setiap anak yang kau lahirkan.
Dan satu kalimat untukmu dari dulu, sekarang dan selamanya yang tidak akan pernah di makan oleh zaman. Aku Mencintaimu dan terima kasih…
Walaupun aku pernah berbuat salah, seorang ibu tidak akan pernah marah samapai mentari menutupkan matanya di ufuk barat.
Hari ini, aku berdiri dengan kegagahan dan keperkasaanku sebagai seorang lelaki yang walaupun aku tahu di balik hati kecilmu masih tersimpan keinginan yang berbeda dari apa yang kau ucapkan untukku. Aku memang seorang lelaki dan bukan seorang wanita. Tetapi perlukah kau tahu ibu. Di sini, aku jauh dari dirimu dan aku harus mengurus diriku sendiri. Masih merindukan kau datang untuk menjengukku. Melihatku dan merawatku. Kesakitanku, penderitaanku, dan bahkan kelumpuhanku memang aku buat sengaja. Bukan supaya ibu datang kemari melihat dan merawatku, tetapi aku berusaha untuk membahagiakanmu. Tidak mau menyusahkan dirimu terus. Aku sudah dewasa. Aku bukan lagi anak kecil dan bukan lagi seorang bocah kecil yang selalu kamu gendong. Tetapi aku hanya mempunyai satu permintaan, jaga dirimu dan kesehatanmu. Jangan pikirkan aku disini yang berjuang mati-matian untuk hidup. Tetapi rawatlah dirimu dahulu. Sebentar aku akan segera pulang, untuk membayar hutang-hutang jasamu. Untuk merawatmu, membasuhmu, menyikam rambutmu, bahkan untuk membersihkan kotoranmu. Tetapi saat aku tidak ada, ibu jaga diri dan kesehatanmu. Aku akan pulang dengan membawakan segenggam berlian dan setumpuk lembaran tanda kelulusan atas segala pengetahuan yang telah aku serap. Bukan hanya strata satu, tetapi gelar kedoktoranku. Hanya akan aku persembahkan untuk dirimu.
Ibu, yang telah melahirkan aku, menyusuiku, dan membesarkanku. Aku tak mungkin melawanmu dan memarahimu.
Sekarang aku sudah jauh dari dirimu biarkan aku menjadi seekor elang yang siap terbang membentang melawan kerasnya kehidupan dan saatnya kau tidur dan menikmati semua hasil keringatmu. Jangan kau menambah beban pikiranmu sendiri, karena aku adalah pencinta lelaki.
Terima kasih ibu, atas segala hal yang telah kau berikan buatku.

10 Tips Supaya Website Anda Banyak Dikunjungi

Anda mempunyai website, tapi kurang pengunjung. Mungkin anda membutuhkan tips-tips berikut ini supaya website anda mendapatkan banyak pengunjung.
Anda tawarkan content orisinil. Sangat penting untuk memberikan informasi yang tidak tersedia di website lain kepada pengunjung website anda.
Anda tawarkan software gratis. Banyak orang yang mengakses internet ingin mencari-cari software-software GRATIS yang dapat digunakan di komputer pribadinya. Misalnya: kalender, game-game ringan, organizer, reminder, dll.
Anda tawarkan Quiz atau Polling. Sudah menjadi karakter seseorang yang ingin memenangkan sesuatu. Coba anda buat quiz atau contest sederhana untuk membuat seseorang berhenti di website anda. Misalnya: Polling mengenai kebijakan pemerintah, atau quiz menebak gambar seseorang dll.
Anda buat directory yang menampung daftar alamat atau daftar mailing list, yang kira-kira dibutuhkan oleh seseorang di internet.
Anda tawarkan kepada pengunjung anda E-zine GRATIS. Seseorang kadang membutuhkan informasi secara reguler yang masuk ke INBOX emailnya, karena hal ini dapat menghemat banyak hal, misalnya waktu.
Anda bangun komunitas melalui website anda. Misalnya anda menggalang orang-orang yang punya hobby mengkoleksi perangko, anda buatkan forum diskusi untuk wadah para kolektor perangko tersebut.
Anda tawarkan program afiliasi kepada pengunjung website anda. Seseorang membutuhkan uang, mungkin untuk menutup biaya operasional selama dia mengakses internet. Dengan anda membuat program afiliasi, maka pengunjung akan lebih sering mengakses website anda.l
Anda sediakan di website utilitas yang mungkin bermanfaat untuk pengunjung website anda. Misalnya: email gratis, free auto-responder, search engine, dll.
Dan tidak kalah penting, anda dapat menyediakan berita yang terkini. Bisa anda batasi, misalnya berita khusus kriminal, atau berita khusus ekonomi, dll.
Anda punya produk yang ingin ditawarkan? Sediakan free sample di website anda.

Bursa Panitia Pesparawi

Rabu, 16 Juli 2008 - 5:24:32 PM

Diberikan kesempatan kepada seluruh mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) yang ingin terlibat di kepanitiaan Pesparawi Mahasiswa Nasional Ke-10, yang akan berlangsung pada tanggal 26 Oktober hingga 2 November 2008. Berikut daftar posisi dan persyaratan yang dibutuhkan:
Liaison Officer (LO), sebanyak 150 orang.
Syarat khusus: berpenampilan menarik, ramah, murah senyum, memiliki kendaraan bermotor, memiliki SIM C, mengerti daerah Salatiga.
Jurnalis, 5 orang.
Syarat khusus: suka menulis, menyerahkan 1 contoh tulisan tentang profil seorang tokoh (diserahkan pada saat pendaftaran), diutamakan bisa berbahasa Inggris.
Fashion Desainer, 1 orang.
Syarat khusus: menyerahkan 1 contoh gambar/desain fashion pada saat pendaftaran.
Acara (nonlomba), 25 orang.
Perlengkapan, 16 orang.
Syarat khusus: berpengalaman di perlengkapan.
Kesekretariatan, 6 orang.
Syarat khusus: berpenampilan menarik, ramah, murah senyum, detail oriented, mahir komputer (office).
Grafis Desainer, 3 orang.
Syarat khusus: dapat menggunakan salah satu aplikasi desain grafis (coreldraw, photoshop, Indesign), menyerahkan portofolio (desain yang pernah dibuat).
Fotografer, 2 orang.
Syarat khusus: memiliki kamera digital.
Merchandising, 3 orang.
Akomodasi, 4 orang.

Syarat umum bagi seluruh posisi di atas: mahasiswa UKSW aktif (angkatan 2007 dan sebelumnya), smart, cekatan, cepat tanggap, memiliki telepon selular, bertanggungjawab, bersahabat, tegas, bersedia bekerja di waktu yang fleksibel, dapat bekerja dalam tim, mampu bekerja dibawah tekanan.

Pendaftaran dimulai pada tanggal 14 Juli hingga 10 September 2008, di gedung D (Tata Usaha Fakultas Seni Pertunjukan).

Seleksi akan dilaksanakan pada tanggal 11, 12, 13 September 2008, di gedung D, pukul 09.00-selesai. Seleksi dilakukan dalam 2 tahap, psikotes dan wawancara. Khusus LO, bersedia mengikuti pelatihan.

info lrbih lanjut : www.uksw.edu

16 Juli 2008

Berarti dan Berguna

Hari ini aku tuliskan sebuah hal yang membuatku bangga bahwa aku satu-satunya gay yang berani mengatakan bahwa aku Gay di kalangan akademisi UKSW. aku pagi tadi mengikuti seminar dan lomba jurnalistik. aku tahu, kalau keberangkatanku memang bukan karena acaranya tetapi aku sungkan dengan sahabatku Ridho dan Agung yang mati-matian mengajakku untuk ikut bersamanya. akhirnya aku mengikuti semua prosesi acara dengan baik. dan pada saat lomba aku mendapatkan tongkat estafet kemenangan JUARA II adalah sebuah kebanggaan untuk diriky. lalu aku sejenak melepaskan ketegangan rutinitas kerjaku untuk mengajak makan sore dua orang sahabatku ke sebuah Cafe terkemuka untuk kalangan mahasiswa di Kota Dingin 'mini Indonesia'. semua berlalu dan aku berkata, Tuhan Makasaih isa bertemau dan berbuat untuk berarti dan berguna bagi semua orang.
sore hari aku mendapatkan jadwal pelayanan paduan suara di GBI Bethany Salatiga. aku dengan tenang mempersiapkannya tanpa keburu-buru dengan make-up minimalis. aku menuju ke depan kampus dan akhirnya aku ikut rombongan ke GBI Bethany. 12 orang yang ada dalam angkot itu. semua sibuk dan semua gugup. 15 menit berlalu dan akhirnya semua turun tepat di depan GBI Bethany.
Pemanasa n suara dan segala persiapan dilakukan didampingi oleh gemuruh suara kunyahan makanan dari mulut semua anggota voice. tepat pukul 6 memasuki Gedung gereja. langsung meluncur dengan cepat dan pasti memasuki ruang VVIP untuk persiapan akhir dan penataan bloking panggung. akhirnya pelayanan dan segalanya dilakukan dengan penuh antusias. saat mengangkat pujian dan tanganku. aku meneteskan air mataku sebagai tanda kerinduanku memuji Tuhan seperti saat iru. aku sangat rindu Tuhan...
sebelum gembala sidang memberian kotbah yang baindstorming. paduan suaraku maju dan menyanyikan 2 lagu dalam bahasa Inggris. All Things Brights and Beautiful & Make Some Noise ( yang terakhir aku lupoa judulnya yang pentng make-make dah ). semua berakhir dan selesai. aku pamitan dengan Tuhan dan aku langsung pulang menunggu sahabatku Ridhjo menjemputku, walaupun aku tahu aku tidak isa mengikuti ibadah samai selesai. tetapi aku bersyukur banget dach...
aku menunggu jemputan dari Ridho. senang dan happy bangets. aku mengajak ridho makan malam dan dia memilih Sate Kambing (wakaka...nafsu lagi tinggi nieh...Tatut nieh ). tapi aku suka dan senang bangets selama perjalanan aku dan ridho isa bercanda dan bergurau bahkan dia rela melewatkan kost Mario ( Si Banci Semarang itu ), walaupun melewatkan saja...tapi aku senang bangets...
AKU HANYA PINGIN BILANG AKU SENANG ISA BERARTI DAN BERGUNA UNTUK SEMUA ORANG...