22 Juli 2008
Homoseks, Bisa Karena Lingkungan
Jumat, 28 Maret 2008 | 02:17 WIB
Seorang laki-laki usia 28 tahun, sebut saja X, bercerita kepada Prof. DR. Dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And.
Hampir empat tahun ini, X bekerja, dan sang bos sering mengajaknya keluar. Kebetulan sang bos singel. Awalnya biasa saja. Suatu hari, sang bos mengajaknya tidur di kediamannya yang kebetulan ditempatinya sendirian.
Awalnya, X tidak curiga, tetapi saat tidur, sang bos mulai berlaku lain. Dia memeluk X dan langsung memegang alat vitalnya serta ingin melakukan hubungan intim. Jelas, ini di luar dugaan X yang langsung ingin pulang karena kaget. X menolak meski terus dipaksa sang bos. Esok hari, sang bos minta maaf dan berjanji tidak akan berbuat lagi.
Namun, saat sang bos mengajak X ke kampungnya dengan alasan saudaranya sakit. Kejadian berulang. Sang bos melakukan hal yang sama di hotel dan memberi uang 2,5 juta rupiah untuk tutup mulut.
X heran, di hari kosong justru dirinya sampai sekarang masih tetap berhubungan sebagaimana layaknya suami istri. X merasa menjadi homoseksual. Bahkan sempat diputus pacar karena ketahuan begitu akrab dengan bosnya.
X yang gusar bertanya: Apakah Saya tidak normal lagi sebagai laki-laki sejati? Kadang di saat dia ada di luar kota saya merasa kangen dan sering melakukan masturbasi sendiri. Apa yang harus dilakukan?
Empat Penyebab
Perilaku seksual dipengaruhi oleh empat faktor. Dorongan seksual, pengalaman seksual sebelumnya, lingkungan sosiokultural dan psikologis. Dalam kehidupan seksual Anda, faktor pengalaman seksual dengan pria itu tampaknya berpengaruh besar. Akibatnya X merasa sangat terkesan dan kemudian menjadi berperilaku homoseksual.
Keadaan seperti ini bukan hal yang aneh. Dalam teori penyebab homoseksual, ada empat faktor penyebabnya. Pertama, faktor biologis, berupa gangguan pada otak. Kedua, faktor psikodinamika yakni gangguan perkembangan psikoseksual pada masa kecil. Ketiga, faktor sosiokultural yakni keharusan atau kebiasaan budaya setempat dan keempat, faktor lingkungan yang mendorong melakukan hubungan homoseksual.
Tanpa melupakan kemungkinan adanya ketiga faktor lain, pria homoseksual (sang atasan) merupakan faktor lingkungan yang sangat berarti bagi X. Perjalanan kehidupan seksual X akan berbeda andai X berani menolak ajakan sehingga hubungan homoseksual tidak berlangsung.
Andai setelah hubungan pertama, x lebih berani menolak ajakan pulang kampung, hubungan berikut tidak akan terjadi. Namun, karena tidak berani tegas menolak, terjadilah hubungan yang tidak diinginkan.
Banyak
Yang dialami X juga dialami orang lainnya yang kemudian menjadi homoseksual. Seorang pria pernah datang kepada saya menyampaikan pengalaman seksual pertamanya saat masih usia sepuluh tahun. Pamannya membujuknya melakukan hubungan homoseksual. Akhirnya sang anak tumbuh sebagai homoseks karena itu pengalaman pertamanya.
Seorang wanita homoseksual ternyata juga mempunyai pengalaman pertama dengan teman wanitanya ketika sedang mengalami masalah keluarga. Demikian juga dengan beberapa pria homoseksual yang pada awalnya hanya berfungsi sebagai pekerja seks untuk tujuan materi. Ternyata mereka kemudian merasa menikmati dan sulit meninggalkan perilaku homoseksualnya.
Dengan orientasi seksual seperti ini, tentu saja dapat dimengerti kalau pacar X tidak mau melanjutkan hubungan, apalagi dia tidak mengerti kenapa X menjadi homoseksual.
Coba Keluar
Pada dasarnya, tidak ada perempuan heteroseksual mau bersuamikan homoseksual. Juga sebaliknya. Sesungguhnya perkawinan tidak boleh dilangsungkan antara seorang homoseksual dengan heteroseksual. Kalaupun perkawinan seperti ituada di masyarakat, itu terjadi karena pihak homoseksual tidak berterus terang kepada pasangannya.
Perkawinan semu seperti itu terpaksa dilakukan karena orang menganggap homoseksual sebagai sesuatu yang tidak baik atau terhormat. Padahal, sesungguhnya orientasi seksual seseorang tidak berkaitan dengan baik buruk atau kehormatan seseorang. Apalah artinya seseorang yang heteroseksual tetapi koruptor atau penipu?
Namun, karena kini X merasa terganggu dengan kehidupan homoseksualnya, lebih baik mencoba keluar dari situasi ini.Coba lupakan pengalaman dan kenangan bersama sang bos. Mulailah dengan tidak bertemu berdua,kemudian tidak bertemu sama sekali,meski kelihatannya tidak mungkin. Akan jauh lebih baik bila X keluar pekerjaan sehingga bisa keluar dari lingkungan penyebab munculnya homoseksual.
Saya yakin, X menjadi homoseksual karena faktor lingkungan. Sehingga dengan kemauan kuat, X bakal bisa keluar dari lingkungan penyebab dan menjadi heteroseksual kembali, meski tidak mudah. Apalagi bila ada faktor selain lingkungan sebagai penyebab, akan lebih sulit bahkan tidak mungkin menjadi heteroseksual.
KArena itu, ada sebagian orang yang berhasil meninggalkan perilaku homoseksual dan menjadi heteroseksual. Sebaliknya, banyak yang juga tetap hidup sebagai homoseksual.
Bagi yang berhasil menjadi heteroseksual, mereka dapat hidup normal dan biasa seperti manusia pada umumnya. Bagi mereka yang tetap hidup sebagai homoseksual, belum tentu dapat hidup tenang karena sangat tergantung pada lingkungan sosial tempatnya hidup.
Kalau mereka hidup dalam lingkungan sosial yang tidak mengerti tentang homoseksualitas, sangat mungkin sang homoseksual ditolak. Bahkan tidak sedikit orang yang mengutuknya sebagai pendosa.
Berbeda bila lingkungan sekitar bisa mengerti mengapa orang menjadi homoseksual. Mereka akan permisif bahkan membantu orang homoseksual agar hidup wajar seperti orang lain yang heteroseksual. Coba X lakukan upaya bila ingin menjadi heterokseksual.
* Prof. DR.Dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And adalah seorang pakar andrologi dan seksologi dari Universitas Udayana, Bali
Source: Gaya Hidup Sehat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar