Salatiga Carnival Center

Salatiga Carnival Center
Sebuah event akbar tahunan WORLD CULTURE FASHION CARNIVAL..

Profil Saya

Foto saya
Salatiga, Jawa Tengah, Indonesia
I was born in Solo, December 25, 1987 from the father of Drs. Luke Suroso and Mrs. Sri Puji Lestari Hantokyudhaningsih. I grew up in a city full of culture that is the city of Solo. as the descendants of the solos even have blood from a stranger. I was born like a tiny man, weighing> 4 kg. the second child of three brothers that I tried to be a pioneer and a child who was always proud of my extended family. trained hard in terms of education and given the religious sciences until thick. I am standing upright in my life the 19th to voice the aspirations of the marginalized of LGBT in the city of Salatiga. as a new city that will be a starting point toward change and transformation that this country is a country truly democratic. soul, body and all of my life will always fight for rights of the marginalized is to get our citizen rights. Ladyboys no rights, no gay rights, no rights of lesbian, but there's only citizen rights regardless of sexual orientation and gender.

22 Juli 2008

Pria Homoseksual Mudah Dikenali dari Wajahnya

MASSACHUSETTS, SELASA - Hanya dalam hitungan detik, hampir setiap orang dapat mengenali apakah seseorang di depannya homoseksual atau bukan hanya dari wajahnya. Temuan ini memperkuat pendapat bahwa pikiran bawah sadar manusia berperan penting dalam memandu perilakunya.

Manusia dikenal sebagai makhluk paling pintar dan cepat menilai sesamanya. Hal tersebut telah disimpulkan sebagai hasil penelitian yang dilakukan duo psikolog, Nalini Ambady dan Rovert Rosenthal, tahun 1994.

Saat itu, mereka menghadapkan orang-orang pada video seorang profesor yang sedang mengajar berdurasi dua detik saja kemudian diminta memberikan opini mengenai kemampuan mengajarnya. Hasil penilaian tersebut ternyata mirip benar dengan penilaian para mahasiswa profesor tersebut yang diajar selama satu semester.

Temuan ini tidak hanya mengejutkan tapi membuat pebasaran para pakar perilaku untuk meguak rahasia kemampuan manusia menilai sesamanya dalam waktu sangat singkat. Ambady kemudian bersama koleganya, Nicholas Rule, sama-sama dari Universitas Tufts, Massachusets, AS meneliti apakah hal tersebut juga berlaku untuk menilai orientasi seksual.

Sukarelawan pria maupun wanita dihadapkan 90 lembar foto wajah pria homoseksual dan pria normal secara acak, masing-masing antara 33 milidetik hingga 10 detik. Saat diberikan waktu 100 milidetik atau lebih, mereka dapat mendeteksi foto pria mana yang homoseksual dengan tingkat ketepatan 70 persen.

Jika waktunya kurang dari itu, mereka kesulitan. Namun, jika diberikan waktu lebih lama, peluangnya tidak semakain baik.

"Apa yang paling menarik adalah tambahan waktu tidak meningkatkan hasil," ujar Ambady yang melaporkan penelitian ini dalam Journal of Experimental Social Psychology edisi terbaru. Jadi, mungkin ada benarnya juga semboyan cinta pada pandangan pertama.(SCIENCE/WAH)

Tidak ada komentar: