Salatiga Carnival Center

Salatiga Carnival Center
Sebuah event akbar tahunan WORLD CULTURE FASHION CARNIVAL..

Profil Saya

Foto saya
Salatiga, Jawa Tengah, Indonesia
I was born in Solo, December 25, 1987 from the father of Drs. Luke Suroso and Mrs. Sri Puji Lestari Hantokyudhaningsih. I grew up in a city full of culture that is the city of Solo. as the descendants of the solos even have blood from a stranger. I was born like a tiny man, weighing> 4 kg. the second child of three brothers that I tried to be a pioneer and a child who was always proud of my extended family. trained hard in terms of education and given the religious sciences until thick. I am standing upright in my life the 19th to voice the aspirations of the marginalized of LGBT in the city of Salatiga. as a new city that will be a starting point toward change and transformation that this country is a country truly democratic. soul, body and all of my life will always fight for rights of the marginalized is to get our citizen rights. Ladyboys no rights, no gay rights, no rights of lesbian, but there's only citizen rights regardless of sexual orientation and gender.

17 Februari 2010

Outreach Salatiga 2007 - 2010

SALATIGA CITY

Salatiga is a city in Central Java Province. The town is bordered entirely by Semarang District.

Salatiga is located 40 km south of Semarang, and on the road linking the country Semarang-Surakarta. Salatiga consists of 4 districts, namely Argomulyo, Tingkir, Sidomukti, and Sidorejo. Being on the eastern slope of Mount Merbabu, making this city a cool tube.

In this city there Satya Wacana Christian University, one of the prominent private universities in Indonesia, a once famous in the 80s because of criticism of the students and teachers of the New Order government. Secondary schools in Salatiga through the Internet connected in Salatiga Education Network. The secondary schools in Salatiga, among others: SMA Negeri 1 Salatiga, Salatiga 2 Senior High School, SMA Negeri 3 Salatiga and some private high school. There is also SMK Negeri 1 Salatiga, Salatiga SMK Negeri 2, 3 SMK Negeri Salatiga and several private vocational. There Salatiga 10 Junior High School and a few private junior high school.

Perkembangan Outreach dan Rujukan VCT/IMS

Pada tahun 2007 tepatnya bulan Agustus. Kota Salatiga mendapatkan petugas lapangan baru untuk melakukan penjangkauan di beberapa kota Salatiga.dengan data terbaru yang selalu meningkat yang dapat dikategorikan setiap bulannya mulai tahun 2007 hingga bulan Oktober 2009 akan ditemukan MSM baru berjumlah + 25 – 30 orang. INi disebabkan adanya Universitas Kristen Satya Wacana sebagai pemasok MSM tertinggi. Hampir 60 % lebih MSM berasal dari UKSW yang memilik tipe pekerjaan sebagai mahasiswa. Setiap tahunnya Saltiga akan didatangi oleh 200 orang baru dari berbagai daerah yang ingin melakukan studi di UKSW tersebut. Dari data dibawah ini dapat dikemukakan bahwa perkembangan dan berjalannya waktu MSM kota Salatiga selalu meningkat di setiap bulannya.






Hal lain juga berbeda pada hotspot atau lokasi berkumpul. Data tahun 2007 menunjukkan ada 5 lokasi hotspot yang dijadikan tempat kumpul-kawan-kawan MSM di Salatiga. Diantaranya :
• Lilik Salon (Salatiga)
Lilik Salon merupakan salon terkemuka yang berada ditengah kota Salatiga. Tepatnya di Jalan Diponegoro Shopping Center Salatiga. Salon ini juga merupakan salon yang dimiliki oleh Sdr. Lilik dengan, dua buah studio di dua lantai. Lantai 1 berukuran 4 x 8 meter, dan lantai 2 berukuran 5 x 8 meter. Salon ini banyak dikunjungi oleh MSM kota Salatiga tetapi jika dibandingkan dengan hotspot yang lain MSM yang berkunjung di Salon Lilik sangat rendah jumlahnya. Lilik Salon juga merupakan satu-satunya outlet kondom yang diperuntukkan oleh MSM di Salatiga secara gratis. Walaupun dengan dibukanya outlet kondom ini, MSM kota Salatiga masih dapat dibilang rendah kesadarannya untuk mencegah penanggulangan dan penyebaran virus HIV/AIDS.
Salon ini banyak dikunjungi oleh MSM kota Salatiga pada malam hari, setelah pukul 18.00 ke atas. Walaupun pada pagi hari juga ada beberapa MSM yang datang di situ. Jumlah MSM yang sering datang ke salon Lilik ini berjumlah 25 orang. Walaupun sangat jarang tetapi MSM sangat senang mengunjungi tempat itu dikarenakan Salon Lilik mempunyai pelanggan yang ramah-ramah.

• Cafetaria Kampus UKSW
Kota Salatiga patutlah bangga karena mempunyai sebuah Universitas Kristen yang sangatlah terkenal di antero jagad ini. Sebuah Universitas yang diberinama oleh UKSW (Universitas Kristen Satya Wacana) dibawah Yayasan Kristen di Salatiga. Yang mempunyai alamat di Jalan Diponegoro no. 52 – 60 Salatiga, mempunyai mahasiswa berjumlah lebih dari 12.000 orang.
Layaknya sebuah Universitas / Sekolah pastilah adanya sebuah café atau kantin yang bertujuan untuk me-refresh-kan pemikiran mahasiswa atau murid-muridnya dengan mencicipi makanan yang disediakan dan berkumpul dengan teman-temannya. Cafe yang berada di UKSW sekarang ini mempunyai dua cafe yang cukup besar dengan bantuan sebuah nama brand produk rokok yang terbesar di Indonesia.
Cafe sekarang ini bukan lagi sebagai tempat untuk makan tetapi juga sebagai tempat untuk melakukan kencan antara MSM dengan MSM yang lainnya. Dengan luas 8 x 10 meter dan 9 x 11 meter, banyak sekali makanan yang dijual. Cafe itu biasanya mahasiswa menyebutnya Café Rindang dan Café Atas. Tetapi menurut hasil penelitian, bahwa MSM paling banyak kumpul di Café Atas yang memang merupakan café yang besar dan mempunyai makanan yang lebih lengkap. Kalau bisa dibilang dalam bentuk jumlah. Untuk Cafe Atas mencapai 30 orang setiap harinya, di café Rindang mencapai 10 orang setiap harinya.

• Taman Seruni
Taman yang terletak sangat strategis di pinggir jalan Solo – Semarang dan berada di sisi kanan dari arah Solo. Taman ini biasanya digunakan untuk kumpul MSM, untuk berkumpul dan mencari pasangan. Taman ini berbentuk persegi dengan luas 49 m2. Taman Seruni digunakan MSM pada malam hari, hanya saja jumlah mereka sangatlah sedikit yang mengunjungi tempat itu. Kesadaran dari MSM kota Salatiga sudah tidak banyak mengunjungi tempat-tempat terbuka seperti di pingir jalan raya ini.
Taman Seruni mempunyai fasilitas taman yang bagus dan bermain, setiap sore kadang dipakai oleh anak-anak kecil untuk bermain. Taman ini dimiliki oleh Pemkot Salatiga. Di Taman Seruni tidak ada orang yang dianggap sebagai pemimpin atau mimpi karena setiap saat dan waktu MSM yang datang silih berganti.
Tetapi jika pagi hari banyak MSM yang berpindah ke Salon Han`s yang letaknya berdekatan dengan Taman Seruni tersebut. Jumlah pengunjungnya pun sangat bervariasi. Pada hari biasa jumlahnya +10 orang, tetapi pada malam Minggu sangat banyak MSM yang berkunjung di tempat itu. Jika malam Minggu mencapai 20 orang lebih.

• Kost-Kostan Belakang Kampus
Kost-kostan di kota Salatiga pun sangatlah banyak. Bisa mencapai ratusan. Kampus UKSW membuat suatu acara yang diperuntukkan ibu-ibu kost yang berbentuk perkumpulan kost Salatiga karena banyak mahasiswa UKSW yang berasal dari luar kota, pulau, bahkan juga ada mahasiswa yang berasal dari luar negeri.
Jadi semakin banyak juga MSM yang tinggal di kost-kostan. Paling banyak MSM tinggal di belakang kampus UKSW Salatiga. Jumlah yang sudah diketahui +15 orang. Tetapi karena banyak mahasiswa yang belum diketahui orientasi seksualnya maka banyak mahasiswa yang tertutup akan orientasi seksualnya.

• Mall Ramayana
Kawasan Jalan Jenderal Sudirman di Kota Salatiga merupakan pusat bisnis sekaligus pusat kesibukan ekonomi di kota kecil nan sejuk ini. Di ruas jalan yang terbagi dalam dua lajur ini terdapat Pasar Raya Salatiga dan berbagai pusat perbelanjaan modern sekala besar maupun kecil.

Ramayana adalah salah satu pusat perbelanjaan modern di kawasan pusat perekonomian di Jalan Jenderal Sudirman Salatiga. Jamaknya sebuah pusat perbelanjaan modern, Ramayana Salatiga juga menyajikan layanan one stop shopping and entertainment.

Konsep yang lumrah diterapkan di berbagai pusat perbelanjaan modern ini kemudian menumbuhkan magnet atau daya tarik tersendiri. Dan kini, Ramayana Salatiga menjadi salah satu tempat berkumpulnya warga Kota Salatiga dari berbagai latar belakang dengan aktivitas masing-masing di pusat perbelanjaan modern ini.

Tak ketinggalan komunitas laki-laki gay atau man who have sex with man (MSM) di Kota Salatiga, yang menurut publikasi dari majalah internal kampus UKSW Salatiga jumlahnya kini mencapai 400 orang. Ramayana menjadi salah satu pilihan tempat bagi kalangan MSM Salatiga untuk bertemu dengan sesama MSM, berkenalan dengan MSM lain yang belum pernah bertemu sebelumnya, bersosialisasi, berkomunikasi, menambah jejaring pertemanan sesama MSM dan juga untuk mencari pasangan sesuai hasrat homoseksualitasnya.

Adam, salah seorang MSM, ketika ditemui di Ramayana, saat itu dia bersama “pacarnya”, seorang MSM dari Kota Semarang, mengatakan sebagai tempat nongkrong di kawasan kota kecil seperti Salatiga, Ramayana memang cukup nyaman. Selain banyak sarana penunjang untuk nongkrong seperti foodcourt, juga nikmat untuk sekadar cuci mata.


Dari data terakhir tersebut pada Oktober 2010 ini telah mengalami banyak sekali perubahan diawali di pertengah tahun 2008 yang pada saat pemetaan terjadi banyak hal yang berubah di Salatiga. Mulai dari jumlah MSM hingga lokasi hotspot. Karena jumlah Lokasi Hotspot yang sangay banyak maka Petugas Lapangan berusaha mengklasifikasikan dalam 4 kecamatan yang berbeda.

Peningkatan pengetahuan MSM akan HIV/AIDS juga di dukung dengan perubahan perilaku seksual beresiko menjadi tidak beresiko. DItandai dengan peningkatan jumlah konsom di komunitas MSM. Hingga bulan Januari 2010 jumlah permintaan kondom mencapai 700 kondom per bulannya. Ini belum termasuk di 7 outlet kondom yang tersebar di 4 kecamatan yang berbeda.

Penyuluhan HIV dan Aids tidak hanya dilakukan pada komunitas saja. Petugas Lapangan juga secara khusus membantu jalannya program pemerintah mellui KPAD Kota Salatiga dengan mengadakan beberapa kegiatan penyuluhan.

VCT dan IMS kota Salatiga juga telah di dukung di lima lokasi klinik VCT dan satu lokasi klinik IMS. Pernah selama satu tahun MSM kota Salatiga tidak melakukan kunjungan ke klinik VCT dan IMS. Hal ini diakibatkan kesadaran dari komunitas saat itu masih lemah dan tak bias dipungkiri lagi karena adanya stigma negative dari masyarakat.

Tetapi berjalannya waktu pada beberapa bulan di akhir program banyak sekali MSM yang mau berkunjungi ke klinik VCT dan IMS walaupun bukan yang berasal dari kota Salatiga sendiri.