Salatiga Carnival Center

Salatiga Carnival Center
Sebuah event akbar tahunan WORLD CULTURE FASHION CARNIVAL..

Profil Saya

Foto saya
Salatiga, Jawa Tengah, Indonesia
I was born in Solo, December 25, 1987 from the father of Drs. Luke Suroso and Mrs. Sri Puji Lestari Hantokyudhaningsih. I grew up in a city full of culture that is the city of Solo. as the descendants of the solos even have blood from a stranger. I was born like a tiny man, weighing> 4 kg. the second child of three brothers that I tried to be a pioneer and a child who was always proud of my extended family. trained hard in terms of education and given the religious sciences until thick. I am standing upright in my life the 19th to voice the aspirations of the marginalized of LGBT in the city of Salatiga. as a new city that will be a starting point toward change and transformation that this country is a country truly democratic. soul, body and all of my life will always fight for rights of the marginalized is to get our citizen rights. Ladyboys no rights, no gay rights, no rights of lesbian, but there's only citizen rights regardless of sexual orientation and gender.

04 Oktober 2009

Jogja Java Carnival

Keberadaan Kota Yogyakarta tidak dapat lepas dari keberadaan Kasultanan Yogyakarta yang secara de yure telah ada sejak tahun 1755 (ditandai dengan terjadinya Perjanjian Giyanti). Meskipun keberadaan Kasultanan Yogyakarta telah ada pada tahun 1755, namun keberadaan Yogyakarta sebagai sebuah kota belum terjadi pada saat yang sama.

Penanda keberadaan Yogyakarta sebagai sebuah kota terjadi pada bulan Oktober 1756, ketika terjadi perpindahan keluarga Sri Sultan Hamengku Buwana I dari Pesanggrahan Ambar Ketawang menuju ke istana yang baru, yaitu Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Peristiwa ini menjadi sebuah momentum bersejarah, yaitu kelahiran kota Yogyakarta baik secara fisik maupun sosiologis yang kemudian berkembang, menjadi salah satu kawasan budaya dan kawasan pendidikan.

Dalam perkembangannya, fungsi sebagai kawasan budaya dan pendidikan ini mempunyai dampak pada sektor kependudukan, dengan banyaknya masyarakat dari luar Yogyakarta yang tinggal untuk kepentingan pendidikan di kawasan Yogyakarta.

Dampak lain adalah menjadi potensialnya wilayah Yogyakarta sebagai kawasan pariwisata.

Perpindahan dari Ambarketawang ke Keraton ini sangat monumental, karena secara kasat mata merupakan barisan arak-arakan, lengkap dengan atribut dan ubarampenya.

Sejak tahun 2004, Pemerintah Kota telah menetapkan tanggal 7 Oktober sebagai hari ulang tahun Kota Yogyakarta dimana tanggal itu merupakan momentum perpindahan Sultan Yogyakarta ke istana barunya. Penetapan ini melalui Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 6 Tahun 2004.

Dalam proses perjalanannya, kirab budaya ini dicoba dikembangkan, agar mempunyai dampak positif bagi kehidupan masyarakat Yogyakarta, pada wilayah kegiatan seni, edukasi, ekonomi, pariwisata dan budaya.

Untuk itu, pemerintah kota merancang sebuah kegiatan yang selaras dengan zaman, tanpa kehilangan benang merah tradisinya.

Kota Yogyakarta sebagai kota wisata yang cukup dikenal di Indonesia dan dunia internasional memiliki beragam potensi yang belum dioptimalkan. Dasar pengembangan pariwisata berbasis budaya yang sudah diluncurkan pada tahun 2008 senantiasa diupayakan untuk selalu ditingkatkan. Tematik pembangunan Kota Yogyakarta pada tahun 2009 adalah, kota pendidikan yang berkualitas.

Berpijak dari dua hal tersebut di atas dengan keanekaragaman budaya yang ada, serta kegiatan kesenian reguler yang sudah mulai di gelar oleh Pemerintah Kota Yogyakarta; merupakan daya tarik bagi Kota Yogyakarta yang dapat mendatangkan dan meningkatkan kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara (‘Tontonan menjadi Tuntunan’), Sehingga menjadikan Kota Yogyakarta hidup sepanjang hari dan sepanjang tahun.

Tema Keseluruhan Kegiatan “ Dahulu – Sekarang – Yang Akan Datang“

Materi :

1. Pawai Budaya
Jogja java carnival 2008
* Pawai AlegorisPawai Adeging Kutho Ngayokarto Hadiningrat, akan diikuti oleh 20 kelompok Seni yang ditunjuk oleh panitia, dengan Rute dari Ambar Ketawang / Kali Bayem sampai Alun – alun utara yang akan masuk melalui depan Kantor Pos.
* Pawai Devile dan KeprajuritanBersamaan dengan pawai Alegoris peserta pawai Devile yang akan diikuti 20 kelompok dari intansi, sekolah, IKPM, kelompok kegiatan, lembaga, ABRI dsb. Dengan rute Balai Kota sampai Alun – alun yang akan melalui depan Kantor Pos.
* Pawai Budaya akan dimulai pukul 14.00 sampai 17.30 WIB dengan melibatkan 40 kelompok untuk 2 rute
* Peserta pawai akan melakukan display di titik – titik yang sudah ditentukan oleh panitia
2. Pentas Potensi 45 Kalurahan
* Pentas Potensi 45 Kalurahan akan dimulai tanggal 8 – 16 oktober 2009 ( 9 hari ).
* Panggung akan didirikan di 14 Kecamatan atau 9 titik penting ( strategis ) dengan pola dasar pemilihan tempat, materi berdasarkan potensi kelurahan melalui seleksi sehingga menghasilkan bentuk sajian yang berkualitas. Panggung akan didirikan di titik- titik penting pada setiap kecamatan dengan panggung utama di Pagelaran Kraton Yogyakarta.
3. Jogja Java Carnival
Jogja java carnival 2008
* Jogja Java Carnival akan menampilkan kelompok – kelompok seni dalam kemasan tarian jalanan dan arak-arakan kereta / mobil hias dengan pemain /peraga / penari diatas mobil maupun penari jalan kaki, berdasarkan tema masing-masing yang akan menempuh Rute dari Abu Bakar Ali – Malioboro – Alun – alun Utara .
* Peserta terdiri dari : 1 dari luar negeri , 1 Kelompok Mahasiswa Asing ,3 dari daerah / Propinsi lain dan 15 kelompok dari DIY
* Prosesi diawali Leong yang berperan sebagai pembuka jalan diikuti prajurit bergada sebagai Cucuk Lampah ( pengawal ) Raja dan Permaisuri diatas kereta yang dikemas dalam bentuk mobile stage diiringi dengan musik dan diikuti oleh kelompok penari Lawung. Peserta Carnival yang lain akan mengikuti di belakangnya.
* Di depan Pagelaran didirikan Panggung kehormatan bagi tamu undangan yang akan dipentaskan beberapa materi kesenian sebelum peserta carnival sampai di Alun – alun. Adapun materi tersebut adalah : Band Jikustik; Garapan tari masal; Tari Modern dan Liong .

PETA ACARA
Pawai Budaya (Tematik dan Deville keprajuritan). Rabu, 7 Oktober 2009
awai Budaya (Tumpengan)
Pawai Budaya (Tematik dan devile Keprajuritan)

Jogja Java Carnival. Sabtu, 17 Oktober 2009
JJC. Sabtu 17 oktober 2009
JJC S/D Stage Performance
JJC Stage Performance 2
JJC Over All

Pesona Batik Nusantara 2009 Se-Kaltim




Balikpapan, Kaltim - Menyambut hari kemerdekaan RI, Ulin Production menggelar “Pesona Batik Nusantara 2009 Se-Kalimantan Timur. Lomba fashion ini akan menampilkan busana pesta modifikasi berbahan dasar batik Nusantara atau batik dari seluruh daerah di Indonesia. Ketua panitia Said Ashari mengatakan, acara bertujuan mengangkat busana safari atau busana bermotif batik yang beragam dari daerah mana pun di Indonesia ke dalam busana pesta.

“Busana dengan bahan dasar batik seperti dari pulau Jawa ada batik solo, dari Kalimantan Timur ada batik ampiek, dan sebagainya yang pas untuk dipakai ke acara formal ataupun pesta namun dimodifikasi agar lebih menarik dan elegan,” ujar Said. Acara dilaksanakan di Hotel Sagita Balikpapan Senin (17/8) pukul 14.00 WITA. Peserta dibagi ke dalam 4 kategori putra dan putri. Kategori A usia 3–6 tahun, B 7–10 tahun, C 11–15 tahun, dan D 16–25 tahun. Pendaftaran sampai dengan technical meeting Jumat (14/8) di Hotel Sagita Balikpapan. (adv)

Presiden Akan Deklarasikan Pengukuhan Batik Oleh Unesco




Jakarta - Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, akan mendeklarasikan pengukuhan batik yang diharapkan masuk dalam daftar representatif budaya tak benda warisan manusia (Representative List of Intangible Cultural Heritage) UNESCO sekitar satu jam setelah pengumuman resminya di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Jumat esok (2/10).

"Sekitar sejam setelah diumumkan secara resmi oleh UNESCO, rencananya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan mendeklarasikan pengukuhan batik tersebut," kata Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menudpar) ad interim, Mohammad Nuh, di Jakarta, Kamis.

Pihaknya yakin batik Indonesia akan masuk dalam daftar representatif budaya tak benda warisan manusia di UNESCO, karena Indonesia telah memperjuangkannya melalui proses yang panjang dan hanya tinggal menunggu legitimasi dari hasil pembahasan kelayakan dalam sidang di Abu Dhabi yang berlangsung 28 September hingga 2 Oktober 2009.

Menurut Menteri, pengakuan batik Indonesia secara internasional tidak ada maknanya jika masyarakat Indonesia sendiri tidak mengapresiasi batik. Ia mengatakan, dengan adanya pengukuhan dunia pada batik Indonesia tidak perlu lagi ada keraguan dari masyarakat soal kepemilikan batik.

"Kita mengajukan batik ke UNESCO juga dalam rangka proses kepemilikan. Ini kewajiban moral untuk menyelamatkan warisan bangsa. Kita tidak melarang bangsa lain memakai produk budaya Indonesia, tetapi jika ada pengklaiman atau pengakuan sebagai hak milik oleh suatu bangsa lain, tentu kita tidak bisa tinggal diam," kata M. Nuh.

Ia mengajak masyarakat agar lebih mengapresiasi batik Indonesia dalam aktivitas sehari-hari.

"Setelah diakui sebagai Budaya Takbenda Warisan Manusia (Intangible Cultural Heritage of Humanity) oleh UNESCO, menjadi kewajiban bagi kita untuk lebih mengapresiasi batik Indonesia sebagai bagian dari aktivitas keseharian," kata Nuh.

Kepala Pusat Informasi dan Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Depbudpar), Surya Dharma, mengatakan, batik Indonesia diyakini akan masuk dalam representatif budaya tak benda warisan manusia UNESCO karena melihat pada nilai-nilai historis, filosofis, aspek-aspek religius yang melatarbelakangi pembuatan batik.

"Penilaian terhadap batik Indonesia tidak sekadar dari sisi motifnya saja, tetapi aspek lainnya seperti nilai historis dan filosofisnya," kata Surya.

Sementara itu, Dewan Pembina Yayasan Batik Indonesia, Doddy Soepardi, mengatakan, dari hasil pengumpulan data di lapangan oleh Yayasan Batik Indonesia bersama desainer batik Iwan Tirta di 19 provinsi di Indonesia terkumpul lebih dari 2.500 jenis batik dengan berbagai corak dan motif yang beragam.

"Jenis batik khas daerah yang berbeda-beda berkembang pesat terutama di sentra-sentra batik yang tersebesar di berbagai daerah di tanah air," katanya.( ANTARA News)

Solo Gelar Kirab Sambut Pengukuhan Batik




Solo - Sebanyak 10.000 orang yang megenakan pakaian batik akan melakukan kirab di Solo, Sabtu (3/10), untuk merayakan pengukuhan batik Indonesia sebagai warisan budaya dunia pada 2 Oktober 2009 oleh UNESCO.

"Kirab ini mengambil tema Solo Membatik Dunia, sehingga semua para pesertanya harus mengenakan baju batik, demikian juga penontonnya agar sepanjang Jalan Slamet Riyadi yang dijadikan ajang kirab itu bisa menjadi lautan manusia yang memakai baju batik," kata Kepala Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kota Surakarta Drs Purnomo Subagia di Solo, Kamis.

Kirab akan diikuti semua unsur pemerintah maupun swasta, dan bahkan dari perbankan baik milik pemerintah maupun swasta di Solo juga akan ikut, termasuk usaha kecil menengah (UKM) binaan mereka baik yang bergerak dalam sektor batik maupun sektor lain.

Kirab tidak hanya menampilkan atraksi budaya yang memakai kostum batik, tetapi juga akan diikuti pengusaha batik mulai dari UKM sampai industri besar, untuk menandai bahwa batik memang menjadi sumber ekonomi maupun budaya bagi bangsa Indonesia.

"Jadi batik tidak hanya sebagai sumber ekonomi tetapi corak yang ada dalam kain batik itu juga mengnadung filosofi hidup bagi bangsa Indonesia terutama orang-orang dari Jawa," kata Purnomo. Ia menambahkan wajar jika batik asal Indonesia diakui sebagai warisan budaya dunia. Di Solo batik ada sejak zaman kerajaan Mataram, dan sekarang telah berkembang dengan berbagai macam ragam dan corak sesuai perkembangan zaman.

Untuk memeriahkan acara ini, seluruh instansi pemerintah maupun swasta diminta memasang spanduk dan umbul-umbul yang dibuat dari kain batik di depan kantornya masing-masing. Sedangkan pohon-pohon besar yang ada di kiri kanan Jalan Slamet Riyadi juga akan di balut dengan kain motif batik.

Menyinggung baju batik yang dipakai para peserta kirab, ia mengatakan tidak hanya sekedar batik, tetapi dirancang oleh para perancang busana yang ada di kota ini sehingga bisa menimbulkan daya tarik tersendiri baik bagi pemakainya maupun para penonton.

"Kirab ini juga akan melibatkan peserta Carnival Batik beberapa waktu lalu dan mereka sekarang telah merancang busana khusus yang dibuat dari batik yang melibatkan para perancang busana batik di Solo," katanya.

Jalan Utama Slamet Riyadi mulai pukul 14:00 WIB akan ditutup, dan pengamanan kirab melibatkan sedikitnya 403 orang yang terdiri atas polisi, TNI, Satpol PP, dan Linmas. Para penonton diimbau tidak menginjak-injak taman yang ada di pinggir jalan tersebut.

SOLO GELAR KARNAVAL BATIK




SOLO -- Pemerintah Kota (Pemkot) Solo sepertinya tidak pernah berhenti mengangkat kembali citra produk batik. Ini dilakukan setelah diakui batik Indonesia sebagai warisan dunia (world heritttage) oleh lembaga internasional PBB, Unesco.

Solo Batik Carnival (SBC) sudah dua kali digelar, dan dijadikan kalender even tahunan. ''Kini, Pemkot Solo akan menggelar kegiatan karnaval batik kolosal -- sebagai bentuk apresiasi pengakuan Unesco atas produk budaya warisan leluhur,'' kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pawisata (Dishubpar), Purnomo Subagyo kepada Republika, Selasa.

Menurut Ipung -- panggilan akran Purnomo Subagyo,karnaval batik kolosal dijadwalkan Sabtu, 3 Oktober 2009. Even ini akan melibatkan seluruh elemen masyarakat. ''Siapapun yang ikut terlibat, silahkan bergabung ke Stadion Sriwedari. Tidak perlu mendaftar, langsung ikut bergabung saja''.

Karnaval batik kolosal diusung dengan tema Solo Membatik Dunia. Karnaval mengambil start dari Stadion Sriwedari pukul 15.00 WIB. Jam ini dipilih persis waktu pelaksanaan Solo Batik Carnival II, beberapa bulan lalu -- memanfaatklan waktu akhir pekan untuk menyedot perhatian publik.

Rute karnaval meneyusur jalan protokol Slamet Riyadi ke arah Tumur ke arah Pertigaan Gladag. Dan, berakhir di Halaman Balaikota Solo.

''Peserta yang ikut bisa melakukan penampilan dan berkreasi apapun. Atau sekedar ikut pawai saja. Tapi, harus mengenakan busana batik,'' tambah alumnusn Fisip UNS Jurusan Komunikasi ini.

Dishubpar Solo mengajak sejumlah asosiasi bergerak bidang industri pariwisata untuk memeriahkan even ini. Diantaranya, Asita (Asosiasi Tour dan Travel Pariwisata), PHRI (Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora), Dinas Koperasi dan UKM (Usaha Kecil dan Menengah), dan sejumlah elemen masyarakat lainnya'.

Dilibatkan Disdikpora agar setiap sekolah bisa mengirim peserta didik sebanyak-banyaknya untuk ikut berpartisipasi karnaval. Ini dilakukan sekaligus untuk menanamkan rasa cinta kalangan muda terhadap produk batik.

Ipung tak mentarget jumlah peserta yang ikut karnaval. Yang jelas, panitia berharap banyak pihak yang ikut terlibat. Mereka nanti ditata untuk dikirab secara rapi dan tertib sepanjang rute. Karnaval berjalan kaki menempuh jarak sekitar tiga kilometer.

Seperti SBC, karnaval batik kolosal ini sebagai bentuk perwujudkan kecintaan terhadap budaya batik sendiri. Ini sekaligus sebagai apresiasi atas pengakuan badan dunia, Unersco terhadap produk batik Indonesia sebagai warisan budaya dunia.

Even ini sekaligus sebagai ajang promosi produk batik Solo, utamanya industri pariwisata. Tekad mengangkat citra budaya batik Solo selaras dengan dihidupkan kembali Kampoeng Batik di kawasan Laweyan, Solo. Kini sudah puluhan industrin batik bangkit kembali di sana. eds/pur

KIRAB BATIK "SOLO MEMBATIK DUNIA"

’’SEBAGAI bentuk rasa syukur atas dikukuhkannya batik sebagai warisan budaya dunia asal Indonesia oleh Unesco, Sabtu (3/10) pukul 15.00 diadakan karnaval batik bnertajuk Solo Membatik Dunia di sepanjang Jl Slamet Riyadi. Silakan nonton, tapi harus berpakaian batik.’’

Kalimat tersebut ditulis Wali Kota Surakarta Joko Widodo dalam statusnya di facebook pada Kamis lalu. Sosialisasi lewat jejaring sosial itu ternyata ampuh. Tak berselang lama, ratusan orang menanggapi status tersebut di internet.

Bukti lain, yang lebih konkrit, kemarin, ribuan orang memadati jalan yang menghubungkan Stadion Sriwedari hingga Balai Kota Surakarta untuk menyaksikan event kirab batik itu.

’’Peserta kirab sesuai target yakni mencapai sekitar 10.000 orang,’’ kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta Drs Purnomo Subagyo.
Pada acara itu, dibuka oleh Sekda Budi Suharto di Stadion Sriwedari.

Meski demikian, antusiasme warga begitu kentara. Tak hanya mempertontonkan orang yang berjalan kaki mengenakan batik, kirab juga menampilkan beragam kreatifitas, seperti becak yang dihias dengan batik, kereta kuda berbatik.

Ada pula model dan peragawan yang mengenakan busana batik dengan menaiki kendaraan. Bahkan, melintas pula sepeda onthel, yang berasal dari kelompok Sepeda Onthel Lawas Solo, yang dicat dengan corak batik. Tampil pula, Solo Batik Carnival (SBC) dan puteri yang menaiki kereta yang dibalut dengan kain batik.

Tampil pula peserta dari pengusaha atau perajin batik, semisal batik Semar, Batik Danar Hadi, Batik Keris. Ada pula peserta dari Kampung batik Laweyan dan Kauman serta yang lain. Sembari mengikuti karnaval, mereka juga memperkenalkan merk dagang produknya.

Dari Kampung Batik Laweyan, misalnya ada Batik Mahkota dan Batik Putri Kencana. Pedagang dari Pasar Klewer pun tak kalah kreatif. Sambil mengikuti pawai, mereka mengusung spanduk bertuliskan ’’Terasa Belum ke Solo, Kalau Belum Berbelanja di Klewer.’’

Remaja Gaul

Tak kalah unik, pohon-pohon di sepanjang jalan Slamet Riyadi pun diselubungi kain jarik. Ajang semacam ini, selain melestarikan budaya juga untuk mengenalkan batik pada masyarakat secara luas. ’’Kami tampil untuk melestarikan batik. Generasi muda tak kalah gaul meski mengenakan batik,’’ kata Cecep dari Sepeda Onthel Lawas.

Menurut Purnomo, kirab tersebut tak hanya melibatkan Kampung Batik Laweyan dan Kauman. Tapi juga desainer, Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Asita, Dinas Koperasi dan UKM, Dinas Perindustrian, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga (Dikpora).

Salah satu warga, Ngatiman, mengatakan sangat senang dengan acara tersebut, terutama dengan partisipasi para pemuda. “Sekarang batik sudah tidak seperti zaman dulu. Coraknya sudah bermacam-macam dan bisa dipadu-padankan,” jelas warga Gentan, Sukoharjo ini.

Hal yang sama diutarakan Ragil. Menurutnya pemakaian batik tidak hanya dilakukan saat momen tertentu saja, tapi bisa sesering mungkin. “Kalau bisa seminggu dua kali dibudayakan memakai batik karena saat ini motif batik sudah tidak tradisional lagi,” ungkapnya.

Ya sore itu, Solo memang sedang membatik dunia. Yang menonton dan yang ditonton sama-sama mengenakan batik. Meski tak seragam, rasa batiknya terasa banget.(Widodo Prasetyo, Gading P, Anie R Rosyidah-39)

SOLO MEMBATIK DUNIA



Puluhan ribu warga Solo mengikuti kirab "Solo Membatik Dunia" di sepanjang jalan Stadion Sriwedari hingga Balaikota Solo, Sabtu (3/10). Kirab batik tersebut bertujuan untuk merayakan pengukuhan UNESCO atas batik Indonesia serta untuk mengukuhkan Solo sebagai kota Batik.