Keberadaan Kota Yogyakarta tidak dapat lepas dari keberadaan Kasultanan Yogyakarta yang secara de yure telah ada sejak tahun 1755 (ditandai dengan terjadinya Perjanjian Giyanti). Meskipun keberadaan Kasultanan Yogyakarta telah ada pada tahun 1755, namun keberadaan Yogyakarta sebagai sebuah kota belum terjadi pada saat yang sama.
Penanda keberadaan Yogyakarta sebagai sebuah kota terjadi pada bulan Oktober 1756, ketika terjadi perpindahan keluarga Sri Sultan Hamengku Buwana I dari Pesanggrahan Ambar Ketawang menuju ke istana yang baru, yaitu Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Peristiwa ini menjadi sebuah momentum bersejarah, yaitu kelahiran kota Yogyakarta baik secara fisik maupun sosiologis yang kemudian berkembang, menjadi salah satu kawasan budaya dan kawasan pendidikan.
Dalam perkembangannya, fungsi sebagai kawasan budaya dan pendidikan ini mempunyai dampak pada sektor kependudukan, dengan banyaknya masyarakat dari luar Yogyakarta yang tinggal untuk kepentingan pendidikan di kawasan Yogyakarta.
Dampak lain adalah menjadi potensialnya wilayah Yogyakarta sebagai kawasan pariwisata.
Perpindahan dari Ambarketawang ke Keraton ini sangat monumental, karena secara kasat mata merupakan barisan arak-arakan, lengkap dengan atribut dan ubarampenya.
Sejak tahun 2004, Pemerintah Kota telah menetapkan tanggal 7 Oktober sebagai hari ulang tahun Kota Yogyakarta dimana tanggal itu merupakan momentum perpindahan Sultan Yogyakarta ke istana barunya. Penetapan ini melalui Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 6 Tahun 2004.
Dalam proses perjalanannya, kirab budaya ini dicoba dikembangkan, agar mempunyai dampak positif bagi kehidupan masyarakat Yogyakarta, pada wilayah kegiatan seni, edukasi, ekonomi, pariwisata dan budaya.
Untuk itu, pemerintah kota merancang sebuah kegiatan yang selaras dengan zaman, tanpa kehilangan benang merah tradisinya.
Kota Yogyakarta sebagai kota wisata yang cukup dikenal di Indonesia dan dunia internasional memiliki beragam potensi yang belum dioptimalkan. Dasar pengembangan pariwisata berbasis budaya yang sudah diluncurkan pada tahun 2008 senantiasa diupayakan untuk selalu ditingkatkan. Tematik pembangunan Kota Yogyakarta pada tahun 2009 adalah, kota pendidikan yang berkualitas.
Berpijak dari dua hal tersebut di atas dengan keanekaragaman budaya yang ada, serta kegiatan kesenian reguler yang sudah mulai di gelar oleh Pemerintah Kota Yogyakarta; merupakan daya tarik bagi Kota Yogyakarta yang dapat mendatangkan dan meningkatkan kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara (‘Tontonan menjadi Tuntunan’), Sehingga menjadikan Kota Yogyakarta hidup sepanjang hari dan sepanjang tahun.
Tema Keseluruhan Kegiatan “ Dahulu – Sekarang – Yang Akan Datang“
Materi :
1. Pawai Budaya
Jogja java carnival 2008
* Pawai AlegorisPawai Adeging Kutho Ngayokarto Hadiningrat, akan diikuti oleh 20 kelompok Seni yang ditunjuk oleh panitia, dengan Rute dari Ambar Ketawang / Kali Bayem sampai Alun – alun utara yang akan masuk melalui depan Kantor Pos.
* Pawai Devile dan KeprajuritanBersamaan dengan pawai Alegoris peserta pawai Devile yang akan diikuti 20 kelompok dari intansi, sekolah, IKPM, kelompok kegiatan, lembaga, ABRI dsb. Dengan rute Balai Kota sampai Alun – alun yang akan melalui depan Kantor Pos.
* Pawai Budaya akan dimulai pukul 14.00 sampai 17.30 WIB dengan melibatkan 40 kelompok untuk 2 rute
* Peserta pawai akan melakukan display di titik – titik yang sudah ditentukan oleh panitia
2. Pentas Potensi 45 Kalurahan
* Pentas Potensi 45 Kalurahan akan dimulai tanggal 8 – 16 oktober 2009 ( 9 hari ).
* Panggung akan didirikan di 14 Kecamatan atau 9 titik penting ( strategis ) dengan pola dasar pemilihan tempat, materi berdasarkan potensi kelurahan melalui seleksi sehingga menghasilkan bentuk sajian yang berkualitas. Panggung akan didirikan di titik- titik penting pada setiap kecamatan dengan panggung utama di Pagelaran Kraton Yogyakarta.
3. Jogja Java Carnival
Jogja java carnival 2008
* Jogja Java Carnival akan menampilkan kelompok – kelompok seni dalam kemasan tarian jalanan dan arak-arakan kereta / mobil hias dengan pemain /peraga / penari diatas mobil maupun penari jalan kaki, berdasarkan tema masing-masing yang akan menempuh Rute dari Abu Bakar Ali – Malioboro – Alun – alun Utara .
* Peserta terdiri dari : 1 dari luar negeri , 1 Kelompok Mahasiswa Asing ,3 dari daerah / Propinsi lain dan 15 kelompok dari DIY
* Prosesi diawali Leong yang berperan sebagai pembuka jalan diikuti prajurit bergada sebagai Cucuk Lampah ( pengawal ) Raja dan Permaisuri diatas kereta yang dikemas dalam bentuk mobile stage diiringi dengan musik dan diikuti oleh kelompok penari Lawung. Peserta Carnival yang lain akan mengikuti di belakangnya.
* Di depan Pagelaran didirikan Panggung kehormatan bagi tamu undangan yang akan dipentaskan beberapa materi kesenian sebelum peserta carnival sampai di Alun – alun. Adapun materi tersebut adalah : Band Jikustik; Garapan tari masal; Tari Modern dan Liong .
PETA ACARA
Pawai Budaya (Tematik dan Deville keprajuritan). Rabu, 7 Oktober 2009
awai Budaya (Tumpengan)
Pawai Budaya (Tematik dan devile Keprajuritan)
Jogja Java Carnival. Sabtu, 17 Oktober 2009
JJC. Sabtu 17 oktober 2009
JJC S/D Stage Performance
JJC Stage Performance 2
JJC Over All
04 Oktober 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
show your photo colection by photo-tag widget please create at my page.
Posting Komentar