Salatiga Carnival Center

Salatiga Carnival Center
Sebuah event akbar tahunan WORLD CULTURE FASHION CARNIVAL..

Profil Saya

Foto saya
Salatiga, Jawa Tengah, Indonesia
I was born in Solo, December 25, 1987 from the father of Drs. Luke Suroso and Mrs. Sri Puji Lestari Hantokyudhaningsih. I grew up in a city full of culture that is the city of Solo. as the descendants of the solos even have blood from a stranger. I was born like a tiny man, weighing> 4 kg. the second child of three brothers that I tried to be a pioneer and a child who was always proud of my extended family. trained hard in terms of education and given the religious sciences until thick. I am standing upright in my life the 19th to voice the aspirations of the marginalized of LGBT in the city of Salatiga. as a new city that will be a starting point toward change and transformation that this country is a country truly democratic. soul, body and all of my life will always fight for rights of the marginalized is to get our citizen rights. Ladyboys no rights, no gay rights, no rights of lesbian, but there's only citizen rights regardless of sexual orientation and gender.

21 Juli 2008

DIBALIK KETEGARANMU, KAU MENYIMPAN BERJUTA KESEDIHAN


Seorang wanita lahir dengan tubuh yang tidak selalu lemah. Wanita juga bukan sebuah yang selalu harus kalah. Bukan untuk di bagian dapur saja, tetapi juga bisa untuk memasang genteng dan menggali tanah. Sosok wanita bukan kuli. Wanita diciptakan bukan hanya untuk menjadi pendamping atau perhiasan untuk laki-laki. Wanita diberikan kekuatan yang bisa merubah dunia. Wanita adalah kehidupan ini. Tanpa wanita hidup tak akan pernah ada. Wanita mampu menjadi presiden. Wanita mampu menjadi pemimpin. Laki-laki selalu berpikir menggunakan logika. Tetapi tidak untuk wanita. Diciptakan dalam kesempurnaan. Memiliki hati dan pikiran. Berjalan bersama tak melihat waktu dan tak melihat uang. Wanita melahirkan kehidupan baru. Dan wanita adalah segalanya.
Sedikit aku tuliskan, tentang pandanganku bagaimana sebenarnya seorang wanita. Aku memang seorang gay. Tetapi aku sangat mencintai wanita. Mengharginya dan selalu berusaha melindunginya. Bukan hanya untuk dihamili dan bukan hanya untuk melahirkan. Pengorbanan seorang wanita tak terhitung dalam hitungan jari. Berjuang dan memberikan nyawanya untuk kehidupan.
Hari ini tepat dimana seorang wanita cantik dan tangguh melahirkan seorang anak laki-laki tampan dengan berat lebih dari empat kilo. Dengan pengorbanan nyawanya memberikan sebuah perlindungan yang tak akan pernah lapuk. Perlindungan dari segala mara bahaya. Wanita yang dengan susah payah membesarkan aku. Dan melahirkan aku dengan berat yang tidak normal. Dilahirkan dengan fisik dan raga seorang laki-laki. Tetapi mempunyai hati bak seorang sang putri. Ini bukan salah wanita itu. Wanita itu selalu berbagi untuk aku.
Masa kecilku aku lewati dengan susah payah. Masa kecilku penuh dengan penderitaan. Tetapi wanita itu berdiri kokoh untuk menjadi bagian dari pelindung itu. Wanita itu dilahirkan menjdai malaikat untuk siapapun. Kesusahanku tak pernah aku rasakan. Kesusahanku selalu dibuatnya tersenyum. Kesusahanku tak pernah aku rasakan lagi saat aku berada di samping seorang wanita itu.
Aku bangga dan sangat mencintai wanita itu. Aku tak boleh membuatnya sakit. Aku harus membuatnya bahagia. Dan aku harus berusaha supaya wanita itu bangga pada diriku.
Hal terindah yang selalu aku ingat. Wanita itu melindungiku dari segala mara bahaya. Tetapi sebuah kenyataan berkata lain. Di masa kecilku aku selalu bersama wanita itu. Di siang hari dengan panasnya terik matahari yang menyengat. Wanita itu melindungiku supaya aku terbebas dari sebuah kecelakaan. Dalam satu sepeda federal keluaran tahun nenek moyang, karena memang sepeda federal itu adalah satu-satunya alat transportasi yang keluargaku miliki. Itupun dengan hasil kerja yang pantang menyerah lelaki tua. Wanita itu memang dengan sekuat tenaga, tak takut pada kerasnya kehidupan ini, yang tak takut pada panasnya terik sinar matahari. Berusaha untuk membuat aku tenang dan selamat.
Andaikan waktu bisa berulang dan dapat kembali lagi. Aku tidak akan membiarkan wanita itu seperti itu. Aku tak akan pernah ijinkan wanita itu menjadi terluka dan tersiksa.
Kecelakaan maut itu telah merenggut dan melukai bagian paling vital dari tangan wanita itu. Aku tak mampu membayangkan bagaimana mungkin ini terjadi. Hanya satu yang aku tahu, tanganku berdarah dan berlubang masuk ke dalam. Sakit rasanya dan inginku menjerit untuk kesekian kali saat aku mengingat kejadian yang hampir menewaskan wanita itu.
Wanita itu tangguh dan berdiri tegap dengan segala kelemahannya. Kapanpun dan dimanapun aku sebagai seorang lelaki walaupun mencintai lelaki akan selalu mencintai wanita itu sampai akhirnya Tuhan dating kedua kalinya ke muka bumi ini. Aku masih percaya bahwa surga di bawah telapak kaki wanita tangguh ini.
Sebuah kisah yang tak akan pernah aku lupakan. Kisah terindah bersama dengan seorang wanita dalam hati, tubuh dan jiwaku.
IBU….
Wanita yang sangat perkasa, walaupun dia bukan lelaki.
Ibu hari ini aku persembahkan sebuah karya maha agung untuk seorang ibu dimanapun kau berada, satu hal yang selalu aku ingat. Sebuah ingatan yang akan selalu tertanam dalam hidup seluruh anakmu. Peristiwa terindah dalam hidup kami sebagai lelaki dan wanita yang pernah kau lahirkan dengan taruhan nyawamu. Peristiwa maha karya terbesar yang akan menjadi pelajaran untuk setiap anak yang kau lahirkan.
Dan satu kalimat untukmu dari dulu, sekarang dan selamanya yang tidak akan pernah di makan oleh zaman. Aku Mencintaimu dan terima kasih…
Walaupun aku pernah berbuat salah, seorang ibu tidak akan pernah marah samapai mentari menutupkan matanya di ufuk barat.
Hari ini, aku berdiri dengan kegagahan dan keperkasaanku sebagai seorang lelaki yang walaupun aku tahu di balik hati kecilmu masih tersimpan keinginan yang berbeda dari apa yang kau ucapkan untukku. Aku memang seorang lelaki dan bukan seorang wanita. Tetapi perlukah kau tahu ibu. Di sini, aku jauh dari dirimu dan aku harus mengurus diriku sendiri. Masih merindukan kau datang untuk menjengukku. Melihatku dan merawatku. Kesakitanku, penderitaanku, dan bahkan kelumpuhanku memang aku buat sengaja. Bukan supaya ibu datang kemari melihat dan merawatku, tetapi aku berusaha untuk membahagiakanmu. Tidak mau menyusahkan dirimu terus. Aku sudah dewasa. Aku bukan lagi anak kecil dan bukan lagi seorang bocah kecil yang selalu kamu gendong. Tetapi aku hanya mempunyai satu permintaan, jaga dirimu dan kesehatanmu. Jangan pikirkan aku disini yang berjuang mati-matian untuk hidup. Tetapi rawatlah dirimu dahulu. Sebentar aku akan segera pulang, untuk membayar hutang-hutang jasamu. Untuk merawatmu, membasuhmu, menyikam rambutmu, bahkan untuk membersihkan kotoranmu. Tetapi saat aku tidak ada, ibu jaga diri dan kesehatanmu. Aku akan pulang dengan membawakan segenggam berlian dan setumpuk lembaran tanda kelulusan atas segala pengetahuan yang telah aku serap. Bukan hanya strata satu, tetapi gelar kedoktoranku. Hanya akan aku persembahkan untuk dirimu.
Ibu, yang telah melahirkan aku, menyusuiku, dan membesarkanku. Aku tak mungkin melawanmu dan memarahimu.
Sekarang aku sudah jauh dari dirimu biarkan aku menjadi seekor elang yang siap terbang membentang melawan kerasnya kehidupan dan saatnya kau tidur dan menikmati semua hasil keringatmu. Jangan kau menambah beban pikiranmu sendiri, karena aku adalah pencinta lelaki.
Terima kasih ibu, atas segala hal yang telah kau berikan buatku.

Tidak ada komentar: