Salatiga Carnival Center

Salatiga Carnival Center
Sebuah event akbar tahunan WORLD CULTURE FASHION CARNIVAL..

Profil Saya

Foto saya
Salatiga, Jawa Tengah, Indonesia
I was born in Solo, December 25, 1987 from the father of Drs. Luke Suroso and Mrs. Sri Puji Lestari Hantokyudhaningsih. I grew up in a city full of culture that is the city of Solo. as the descendants of the solos even have blood from a stranger. I was born like a tiny man, weighing> 4 kg. the second child of three brothers that I tried to be a pioneer and a child who was always proud of my extended family. trained hard in terms of education and given the religious sciences until thick. I am standing upright in my life the 19th to voice the aspirations of the marginalized of LGBT in the city of Salatiga. as a new city that will be a starting point toward change and transformation that this country is a country truly democratic. soul, body and all of my life will always fight for rights of the marginalized is to get our citizen rights. Ladyboys no rights, no gay rights, no rights of lesbian, but there's only citizen rights regardless of sexual orientation and gender.

11 Oktober 2009

"Runner up" Ratu Waria Kembali Jadi Juragan Salon

MENGHIRUP udara bebas setelah setahun lebih meringkuk di balik terali besi tanpa kesalahan apa pun tentu membahagiakan. Demikian pula yang dirasakan Imam Hambali alias Kemat (31), warga Desa Kalangsemanding, Kecamatan Perak Jombang, dan Devid Eko Priyanto (17), warga Desa Pagerowojo, Kecamatan Perak, Jombang.

Keduanya adalah korban salah tangkap yang dibebaskan dari LP Jombang, Kamis (4/12), setelah dibui sejak 30 Oktober 2007. Upaya hukum peninjauan kembali (PK)-nya dikabulkan Mahkamah Agung (MA), Rabu (3/12). Lantas, apa yang bakal dikerjakan keduanya setelah bebas serta bagaimana rencana keluarganya?

Di sela-sela kesibukan prosesi penyambutan pembebasan oleh kerabat dan warga setempat, Kemat mengungkapkan, untuk beberapa hari ke depan ini masih ingin berkumpul kerabat serta bersilaturahim ke tetangga dan warga sedesanya.

“Sudah lama tidak berkumpul, kangen juga rasanya,” kata Kemat yang kemarin tampil lumayan macho dengan rambut dipotong pendek.

Di desa setempat, Kemat dikenal berperilaku perempuan (waria). Bahkan, pada 2005 pernah menyandang predikat runner up ratu waria yang digelar Ikatan Waria Jombang (Iwajo).

Untuk selanjutnya, Kemat berencana menghidupkan kembali usaha salon kecantikannya. Usaha salon Ayu miliknya sebelum terkena musibah menjadi korban salah tangkap cukup laris, terutama jika banyak orang punya hajatan menikahkan anak karena Kemat termasuk piawai merias pengantin.

Praktis, selama setahun lebih salon miliknya tidak jalan. Bahkan, beberapa peralatan sempat terjual saat keluarganya butuh dana proses hukum ketika Kemat masih dalam proses persidangan, awal 2008.

Salon Ayu milik Kemat menempati semacam bangunan kecil di jalan masuk Desa Kalangsemanding, bersebelahan dengan gerai ponsel milik Asrori. Kini, kondisi tempat Salon Ayu rusak karena kacanya pecah dilempar batu oleh beberapa gelintir warga yang meyakini Kemat pembunuh Asrori.

“Saya hanya punya keterampilan merias serta perawatan kecantikan dan rambut. Jadi, itu yang akan saya tekuni lagi. Kalau lagi ramai lumayan penghasilannya,” imbuh Kemat.

Untuk menghidupkan kembali salon itu tentu tak gampang karena setidaknya perlu modal awal, misalnya untuk memperbaiki bangunan yang rusak dan pembelian peralatan yang terlanjur terjual.

Namun, beruntung, kemarin pengacara OC Kaligis memberikan bantuan Rp 5 juta untuk Kemat. Bantuan dalam jumlah yang sama juga diberikan kepada Devid dan Sugik. OC Kaligis menyerahkan bantuan saat acara syukuran sederhana di rumah Kepala Desa Kalangsemanding Imam Sugiarto, kakak ipar Sugik, Kamis malam.

“Uang itu akan saya gunakan sebagai modal menghidupkan kembali salon saya,” kata Kemat.

Jika Kemat sudah punya rencana menghidupkan kembali salonnya, Devid sebaliknya, belum punya rencana apa-apa setelah bebas dari belenggu LP. Didampingi ibundanya, Rohana, Devid mengaku akan menenangkan diri lebih dulu di rumah.

“Kersane wonten dalem mawon rumiyin (biar di rumah saja dulu),” kata Rohana.
Devid mengaku masih agak trauma dengan personel ataupun institusi penegak hukum, terutama polisi. Sebab, mereka pernah menyiksa Devid agar mengakui sebagai pembunuh Asrori.

Devid ataupun Rohana juga belum tahu mau digunakan untuk apa uang Rp 5 juta yang diberikan OC Kaligis. “Nanti kami pikirkan belakangan, apakah untuk usaha atau lainnya. Yang penting bermanfaat dan barokah. Untuk sementara ini saya mau menenangkan diri dulu,” kata lulusan SMK Kertosono itu.

Sementara itu, Maman Sugianto alias Sugik berencana menggunakan uang bantuan dari OC Kaligis itu untuk membesarkan toko yang dikelola istrinya, Ratna Kulsum, yang lokasinya menyatu dengan rumah orangtua Ratna. “Semuanya akan saya serahkan untuk tambahan modal,” imbuh Sugih.

Sugik mengaku akan tetap melakoni pekerjaan lamanya sebagai pengemudi angkutan barang milik orangtuanya. “Kalau angkutan sepi, paling-paling menggarap sawah,” imbuhnya.

Untuk sementara, sambil menunggu putusan PN dan tetap harus hadir mengikuti sidang, Sugik akan memperbanyak doa. “Seperti di LP, di rumah saya juga akan terus berdoa agar jaksa menuntut bebas dan hakim memutus bebas,” tutur Sugik. (st8)

Tidak ada komentar: