Homoseksualitas adalah suatu naluri dasar yang terbawa sejak lahir, walaupun pada umumnya kesadaran akan hal itu baru dirasakan dalam usia remaja atau dewasa. Perlu dibedakan antara orientasi homoseksual sebagai suatu naluri yang bersifat netral, dengan perilaku homoseksual yang berkaitan erat dengan nilai (value).
Ciri-ciri Remaja Bergejala Homo
Homoseksual.Kelainan seksual ini telah melanda lapisan masyarakat. Bahkan teroganisir dengan kuat dan rapi. Jutaan masyarakat maju seperti di Amerika, Eropa sampai masyarakat miskin di berbagai kawasan kumuh terkena kelainan seksual ini.
Kelainan seksual ini bercirikan masing-masing jenis merasa cukup dengan jenisnya sendiri. Maksudnya laki-laki senang mengadakan hubungan dengan laki-laki. Perempuan puas dengan perempuan lain.
Ciri-ciri Remaja Bergejala Homo
1. Remaja ini lebih senang bergaul dengan anak-anak berjenis kelamin sama dan berusia di bawahnya.
2. Biasanya anak ini takut berbicara dengan lawan jenisnya
3. Sebagian besar remaja pria senang memakai anting pada satu telinga atau dua. Memakai pakaian yang feminin, dan kurang menyukai kegiatan-kegiatan kelelaki-lakian
4. Remaja putri berpakaian seperti atau menyenangi kegiatan yang biasa dikerjakan laki-laki.
Kenapa anak bisa menjadi homoseksual?
Kelainan seksual yang sudah berumur tua ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya:
1. Anak-anak, khususnya remaja homo biasanya memiliki ayah yang dingin. Ayah secara fisik dan kejiwaan biasanya kaku dalam mengungkapkan perasaannya. Jarang terlibat dalam kehidupan anaknya.
2. Remajanya ini biasanya memiliki ibu yang terlalu besar pengaruhnya dalam keluarga. Dalam keseharian terlalu mengingat dan pengambilan segala keputusan. lbu sering tidur dengan anak laki-lakinya dan mengabaikan ayah.
3. Ibu atau kakak parempuan biasanya tidak malu-malu mengganti pakaian/buka baju di depan anak atau adiknya. Mareka menganggap anak laki-laki seperti anak perempuan.
4. Baik ayah atau ibu jarang mendorong anak laki-lakinya untuk melakukan kegiatan kelaki-lakian atau sikap kelaki-lakian dalam diri anak.
5. Bagaimana perasaan ayah atau ibu terhadap jenis kelaminnya sendiri akan mempengaruhi identitas seksual anak. Misalnya jika ibu merasa bangga menjadi wanita, maka demikian anak perempuan kita.
6. Perlakuan dan sikap masing-masing orang tua pada jenis kelamin anak. Misalnya ada ayah yang lebih sayang pada anak perempuannya dan keras pada anak laki-lakinya. Remaja akan menangkap kesan bahwa jenis kelamin wanita lebih disukai di rumah ini dibanding laki-laki. Hal ini membuat anak akan berpikir ingin menjadi anak perempuan supaya disayang ayah.
Yang Sudah Terlanjur
Meski tedambat, bagi orang tua yang mempunyai anak homo jangan putus asa. Lebih baik berbuat daripada tidak sama sekali. Berikut ini beberapa kiat :
1. Ayah harus lebih banyak bergaul dengan anak laki-laki. Pengalaman menunjukkan jika anak belum terlibat jauh kegiatan homo seksual, masih bisa disembuhkan.
2. Berikan dan lakukan kegiatan kelaki-lakian. Ini bukan berarti anak-anak tidak boleh bermain dengan kegiatan kewanitaan.
3. Batasi pengaruh ibu dalam kegiatan sehari-hari. Ingatkan pada ibu bahwa dia tidak harus memonopoli pongambil keputusan dan kebijakan keluarga.
4. Bicaralah secara terbuka dan terarah dengan anak-anak. Kita harus mempersiapkan anak menghadapi masa depannya. Kita harus kompak dan mau mendengar anak. Jangan hentikan pembicaraan anak dengan titik tapi koma. Maksudnya, tutuplah pembicaraan dergan "Ingatlah nak, ayah dan ibu senang sekali jika kamu mau meneruskan pembicaraan kita. Ayah dan ibu akan memberikan jawaban yang sejujurnya.” Pendeketan ini menunjukan orang tua peduli pada anaknya.
5. Gunakanlah pendekatan agama. Artinya, secara dini anak sudah ditanamkan nilai-nilai dasar keagamaan. Sehingga ketika tumbuh besar, nilai-nilai agama masih menjadi pegangannya.
Ciri-ciri Remaja Bergejala Homo
1. Remaja ini lebih senang bergaul dengan anak-anak berjenis kelamin sama dan berusia di bawahnya. uhhhhhhhhhhhmmmm tujuan apa neh bergaul ama anak yang berusia dibawahnya ?
2. Biasanya anak ini takut berbicara dengan lawan jenisnya. Ya elaaaaah....gak banget ni, malah kadang mereka lebih nyaman bicara dengan lawan jenis
3. Sebagian besar remaja pria senang memakai anting pada satu telinga atau dua. Memakai pakaian yang feminin, dan kurang menyukai kegiatan-kegiatan kelelaki-lakian. Uhmmmm...emang seh pake anting salah 1 pertanda mereka homo, malah ada ketentuannya ditelinga sebelah mana, makanya hati2 buat cowok2 kalo mo pake anting, jgn sampe orang salah persepsi, kalo masalah pakaian feminin ya itu tergantung homonya, dan gak semua homo feminin, kalo gak suka kegiatan kelaki-lakian itu kyknya mengada2 deh, secara banyak dari mereka yang suka bola, nongkrong, etc.
4. Remaja putri berpakaian seperti atau menyenangi kegiatan yang biasa dikerjakan laki-laki. weeeeeeeee......kalo lesbi mah terbagi-bagi lagi...so gak semua lesbi menyenangi kegiatan laki2.
Uhhhhhhhhmmm...dari beberapa cerita yang saya tau, kadang orang tua terlalu over protect ma anaknya, sedikit luka aja paniknya bukan main, jadi si anak gak dikasi kebebasan dalam ngelakuin kegiatan yang mereka sukai, karena kadang kegiatan yang mereka sukai itu membahayakan mereka, kalo anaknya anak cowok kyknya gak perlu over protect gini deh, yang namanya jatuh pasti sakit, emang sampe kapan orang tua bisa lindungi anak dari rasa sakit, dan gak selamanya sakit itu bisa diobati oleh orang tua
Homoseksual .Kelainan seksual ini telah melanda lapisan masyarakat. Bahkan teroganisir dengan kuat dan rapi. Jutaan masyarakat maju seperti di Amerika, Eropa sampai masyarakat miskin di berbagai kawasan kumuh terkena kelainan seksual ini.
Kelainan seksual ini bercirikan masing-masing jenis merasa cukup dengan jenisnya sendiri. Maksudnya laki-laki senang mengadakan hubungan dengan laki-laki. Perempuan puas dengan perempuan lain.
HOMOSEKSUALITAS
Beberapa perspektif baru tentang etiologi, permasalahan dan penatalaksanaan.
dr. Lukas Mangindaan DSJ, dr. Syailendra W. DSJ
Homoseksualitas adalah suatu naluri dasar yang terbawa sejak lahir, walaupun pada umumnya kesadaran akan hal itu baru dirasakan dalam usia remaja atau dewasa. Perlu dibedakan antara orientasi homoseksual sebagai suatu naluri yang bersifat netral, dengan perilaku homoseksual yang berkaitan erat dengan nilai (value).
Penelitian mutakhir memberi petunjuk bahwa orientasi (naluri) homoseksual pada pria erat kaitannya dengan faktor biologik, yaitu:
Faktor genetik, kemungkinan besar pada segmen kromosom X yang diturunkan pihak ibu.
Bagian hipotalamus yang pada pria homoseksual berbeda secara struktural dari pria heteroseksual.
Orientasi homoseksual pada wanita besar kemungkinannya dipengaruhi oleh hormon androgen yang berlebihan terhadap otak janin selama dalam kandungan.
Faktor pengaruh lingkungan, pendidikan serta sosial budaya yang tadinya dianggap sebagai faktor penyebab primer, kini besar petunjuknya bahwa hal itu berperan dalam terjadinya:
Kondisi homoseksualitas yang egodistonik atau yang egosintonik, tergantung dari seberapa jauh individu homoseksual itu menginternalisasi sikap homofobik dari masyarakat, sehingga menimbulkan ada atau tidaknya konflik dalam dirinya.
Manifetasi dari perilaku homoseksual.
Faktor-faktor inilah yang sering menjadi sumber masalah.
Penatalaksanaan kini tidak ditujukan terhadap upaya mengubah orientasi homoseksual menjadi heteroseksual, melainkan:
Membantu mengubah kondisi egodistonik menjadi egosintonik.
Membantu mengubah (apabila ada) perilaku yang membahayakan kesehatan (misalnya penularan AIDS) menjadi perilaku yang lebih aman, bertanggung jawab bagi diri sendiri dan (kalau ada) terhadap pasangannya, serta (bila perlu) disesuaikan dengan nilai pribadi dari pasien, bukan berdasarkan nilai pribadi terapis.
Dalam skala luas, mengubah persepsi dan sikap homofobik dalam masyarakat (termasuk dalam sebagian kalangan terapis).
Penatalaksanaan kini tidak ditujukan terhadap upaya mengubah orientasi homoseksual menjadi heteroseksual, melainkan:
Membantu mengubah kondisi egodistonik menjadi egosintonik.
Membantu mengubah (apabila ada) perilaku yang membahayakan kesehatan (misalnya penularan AIDS) menjadi perilaku yang lebih aman, bertanggung jawab bagi diri sendiri dan (kalau ada) terhadap pasangannya, serta (bila perlu) disesuaikan dengan nilai pribadi dari pasien, bukan berdasarkan nilai pribadi terapis.
Dalam skala luas, mengubah persepsi dan sikap homofobik dalam masyarakat (termasuk dalam sebagian kalangan terapis).
Apakah homoseksual itu " suatu penyakit " ??
Dalam kehidupan masyarakat kita, heterosexual telah dinyatakan sebagi tingkah laku sosial yang direstui. Sedangkan homoseksual itu telah dinobatkan sebagi tingkah laku seksual yang menyimpang (mental disorder). Homoseksual dapat digolongkan dalam tiga kategori, yakni:
Golongan yang secara aktif mencari pasangan ditempat-tempat tertentu, seperti di bar, disko atau sauna homoseksual. Golongan pasif (bottom), artinya yang menunggu.
Golongan situasional yang mungkin bersikap pasif atau melakukan tindakan tertentu.
“Azab yang dijatuhkan oleh Allah pada kaum Luth sungguh hebat. Karena sesungguhnya hubungan sejenis itu adalah dosa besar.”
Penjelasan secara sosiologi mengenai homosexualiti bertitik tolak pada tanggapan, bahwa tidak ada pembawaan lain pada dorongan seksual, selain keperluan untuk menyalurkan ketegangan. Oleh karena itu, maka baik tujuan maupun objek dorongan seksual diarahkan oleh faktor sosial. Artinya , arah penyaluran ketegangan dipelajari dari pengalaman-pengalaman sosial.
Dengan demikian tidak ada pola seksual alamiah, oleh karena yang ada adalah pola pemuasnya yang dipelajari dari adat istiadat lingkungan sosial. Lingkungan sosial akan menunjang atau mungkin menghalangi sikap tindak dorongan seksual tertentu. Seseorang menjadi homoseksual oleh karena pengaruh orang-orang sekitarnya. Sikap tindaknya yang kemudian menjadi pola seksualnya, dianggap sebagai sesuatu yang dominan, sehingga menetukan segi-segi kehidupan lainnya.
Ada lebih banyak hubungan dalam homoseksualiti dari pada sekedar dari level seksual yang serta diperbolehkan. Secara psikologi, demi untuk kebahagian, perkawinan antar sex yang sama itu mungkin saja terjadi. Bagaimana dua orang lelaki atau dua orang wanita, yang sama secara biologikal, menemukan karakter yang berbeza di dalam diri mereka dan akhirnya merasa sesuai antara satu dengan yang lain. Dua lelaki atau dua wanita, dimana yang satu berperanan sebagai sisi maskulin sedangkan yang satu berperan sebagai feminin. Mereka berinteraksi dalam secara romantik seperti pasangan normal.
Pada kalangan lesbian, dorongan utamanya adalah pada kasih sayang. Lagi pula , karena faktor kasih sayang itu, lesbianisme cenderung terjadi secara sementara, oleh karena sama sekali tidak memberi perubahan peranan pada diri wanita yang bersangkutan. Oleh karena itu dapat dikatakan, bahwa lesbianisme terjadi dalam konteks interpersonal.
Sehingga pertengahan tahun 50-an study mengenai penyimpangan seksual memang tidak begitu dikenali. Tentang homoseksualiti yang memang ada hubungan erat dengan agama ini juga belum dibahas. Kaum gay-lesbian lebih banyak berhubung secara sembunyi-sembunyi.
Waktu itu seluruh dunia mendakwa bahwa perilaku homoseksual yang sudah menjalar itu disebut sebagai perilaku kejahatan/kriminal. Pandangan mengenai homosexual sebagai mental disorder telah berubah. Banyak ahli psikolog barat menyatakan kalau perilaku homosexual itu bukan perilaku menyimpang, akan tetapi perilaku normal, alami dan merupakan orientasi seksual.
Pada tahu 1973, APA (American Psychiatric Association) memindahkan homoseksual dari klasifikasi sebagai psikiatric disorder dan menjelaskan homosexual bukan lagi mental disorder. Hal ini juga diikuti oleh organisasi-organisasi internasional yang lain.
Diantaranya adalah American Law Institute dan WHO. World Health Organization. Ini menghapus tanggapan homoseksual dari daftar penyakit mental sekitar 1981. Dan yang paling terbaru adalah The American Psychological Association yang mengeluarkan pernyataan tentang masalah homoseksual pada bulan Julai 1994.
Pernyataan itu ialah : Homoseksualiti bukanlah sakit mental ataupun kerusakan moral. Itu jelas merupakan suatu cara dimana kaum minoriti itu mengungkapkan rasa cinta dan seksualitinya. Penelitian tentang penilaian, stabiliti, reliabiliti dan vocasional adaptiviti, semuanya menunjukkan gay-lesbian berfungsi sama halnya dengan kaum heteroseksual. Homoseksualiti juga bukan masalah tentang pilihan individual. Riset menyatakan kalau homosexual orientasi berada ditempat yang paling awal dari lingkaran kehidupan, kemungkinan sudah ada sebelum lahir.
Ada beberapa macam jenis Homosexual :
Blatant homosexuals : homosexual jenis ini dengan kaum gay sejati, dimana laki-laki dengan personaliti seperi wanita atau feminin. Sedangkan kaum lesbian, wanitanya berkepribadian seperti laki-laki atau maskulin. Termasuk juga "Leather boy" yang memakai jaket kulit, rantai dan sepatu boots.
Desperate homosexual : biasanya kaum homosexual ini sudah menikah akan tetapi tetap menjalani kehidupan homosexualnya dengan bersembunyi dari isterinya.
Secret homosexual : kaum homoseksual ini terdiri dari bermacam-macam jenis dan dari tingkat sosial yang berbeza-beza, walaupun kebanyakan dari mereka itu termasuk golongan menengah yang berkemampuan. Sering juga mereka itu ada yang sudah menikah dan beranak. Kaum homosexual ini pandai sekali menyembunyikan identiti sehingga tak seorangpun tahu yang mereka homoseks. Hanya beberapa teman dekat atau kekasihnya saja yang tahu sebenarnya.
Situational homosexuals : ada kalanya seseorang berada pada situasi sehingga individu itu bertingkah laku seperti homoseks. Karena keadaanlah yang memaksa mereka berbuat demikian. Misalnya seperti dalam penjara, sekolah-sekolah berasrama dan institusi sejenis lainnya. Setelah mereka keluar, tingkah laku sexual mereka akan kembali normal, tapi tak kurang juga yang meneruskan pola homosexual itu. Atau juga karena alasan ekonomi, misalnya mencari duit....
Bisexuals : adalah individu yang "engage" dengan kehidupan homoseks dan juga heteroseks. Biasanya yang termasuk golongan ini adalah kaum homoseks yang sudah menikah lama. Mereka sama-sama menikmati kedua kehidupan itu, baik sebagai homoseks maupun heteroseks. Agak serupa juga dengan golongan desperate homosexual yang mereka lebih enjoy dan menikmati hidup mereka sebagai homoseks secara diam-diam.
"Namun kadar "perceraian" antara pasangan homosex lebih tinggi berbanding dengan heterosex. "
Adjusted homosexuals : golongan homosexual ini lebih berterus terang hidup diantara sesama mereka. Dengan mudah menyesuaikan dirinya. Banyak kaum homosexual hidup dalam tingkat keintiman yang tinggi dari pada heterosexual. Namun kadar "perceraian" antara pasangan homosex lebih tinggi berbanding dengan heterosex. Dan antara gay dengan lesbian, tingkat keintiman lesbian lebih tinggi karena lesbian lebih menggunakan emosi dalam menjalin hubungan."
Homoseksual dan Kehidupan sosial
Homoseksual sudah dikenal sejak dulu kala, misalnya pada zaman Nabi Luth. Dalam Al-Qur'an di surat Huud, diceritakan bahwa Nabi Luth merasa susah dengan kedatangan utusan-utusan itu (malaikat), Nabi Luth bimbang kalau tamunya diganggu oleh kaumnya yang gemar melakukan homoseksual. Azab yang dijatuhkan oleh Allah pada kaum Luth sungguh hebat. Karena sesungguhnya hubungan sejenis itu adalah dosa besar.
Ada beberapa faktor penyebab seseorang menjadi homoseksual.Yaitu :
Genetic & hormonal factors : ada beberapa ahli sains yang menyatakan homosexual itu karena faktor keturunan ( gay are born not made ) tapi ada juga yang juga menyangkal pernyataan itu dengan alasan "teori" itu tidak manusiawi dan terlalu sempit.
Pengalaman homosexual dan reinforcement positif mereka : biasanya menjelang adolescence atau pada peringkat awal adulthood, pengalaman homosexual sering berlaku. Dan jika individu menikmati pengalaman tersebut maka kebiasaan itu akan berlanjutan.
Keadaan negatif dari perilaku heterosexual : larangan kepada anak laki-laki dan perempuan untuk mengadakan perhubungan diantara mereka juga dijadikan alasan mengapa suatu individu lebih "memilih" homosexual dari pada heterosexual. Hal ini berlaku karena sejak kecil mereka hanya diberi kebebasan bergaul diantara mereka sahaja seolah-olah perilaku heterosexual itu begitu jahat.
Family patterns : biasanya keluarga yang mempunyai jenis ibu yang seductive dan ayah yang apatis (absent father). Ayah bersikap menolak kehadiran anak, karena dianggapnya sebagai rival, sehingga anak memendam sifat maskulinnya yang dianggap dapat merosak hubungan antara ayah dan ibunya. Dan akhirnya kepribadian anak terbentuk, menjadi pemalu, takut terluka, lemah, penyendiri dan merekapun jarang melakukan aktiviti adventures serta sukan yang keras.
General sosiocultural factors : berbagai macam budaya-culture, membuat berbagai macam faktor sosial-budaya pula. Bagaiman perilaku yang diharapkan oleh masyarakat juga berpengaruh. Penekanan sosial juga membuat terjadinya insiden homosexual ini. Banyak ilmuwan barat mengatakan bahwa orientasi seksual sudah mulai terbentuk sejak usia muda melalui hubungan atau intereksi yang kompleks atau secara biologi dan psikologi dan karena faktor-faktor sosial.
Ahli psikologi tadi tidak mempertimbangkan bahwa orientasi seksual itu merupakan pilihan dalam keadaan sedar dan boleh diubah. Banyak para psikologi barat tetap menyatakan homosexualiti itu bukan sakit mental ataupun masalah emosi.
Homosexual
Salah satu bentuk penyimpangan seksual atau biasa disebut disfungsi seks adalah Homosexualiti pada lelaki. Iaitu keadaan dimana seorang lelaki memiliki daya tarik dengan pada pasangan sejenis. Sebenarnya keadaan merupakan masa peralihan atau transisi pada masa remaja. Tapi apakah peralihan ini sihat atau tidak, tergantung dari individu yang bersangkutan. Peralihan biasanya bersifat sementara akan tetapi kalau pola homosexual ini kekal maka itulah yang tidak sihat dan harus diubah.
Bagi yang bener -bener ingin sembuh, kembali ke heterosexual, kesungguhan motivasi untuk berubah sangatlah menentukan. Pemulihan hendaknya difokuskan pada 4 perkara:
* Pengurangan ketakutan terhadap hetersoseksual.
* Peningkatan respon heteroseksual.
* Mengembangkan rasa puas pada tingkah laku heteroseksual.
* Mengurangkan minat atau interest pada penyimpangan sexual ini.
Kesimpulan
Salah satu jalan yang mudah untuk menyembuhkan homoseksualiti adalah dengan tidak memulakannya. Walaupun kini masih ada kontradiksi apakah homoseksualiti adalah biological atau merupakan kebiasaan yang dipelajari.
27 Agustus 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar