29 Agustus 2009
Sensasi Bercinta Kaum Gay
ANDRE, 32 TAHUN
Seks bumbu utama
Kaum homoseksual di Indonesia umumnya belum berpikir untuk menikah sejenis.Yang penting, happy bercinta dan tak terusik. Ada yang tobat, banyak pula yang maju terus. Beberapa gay dan lesbian bicara blak-blakan.
Bagi lelaki bertampang Oriental ini, pacaran berarti eksplorasi seks. Kasih sayang juga mesti diekspresikan dengan seks. Itulah sebabnya, ia bersama pasangan gay-nya menggeber aktivitas seksual. Dua kali sehari, tujuh kali sepekan. Tanpa absen. Ruaarr biasa! "Gue sangat menikmati hidup ini," katanya ketika berbincang dengan GATRA di foodcourt Sarinah Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa lalu.
Andre, nama samaran, mengaku selalu berperan sebagai lekong alias laki-laki. Ia tak pernah mau berganti peran sebagai pewong atawa perempuan. Ia pun ogah "menafkahi" pasangannya, sebagaimana lazimnya lekong. Malah, ia melulu disantuni pasangannya. Maklum, Andre belum punya pekerjaan tetap, sedangkan sang pacar, sebut saja Ruli, karyawan bank. Pasangan ini tinggal di rumah kontrakan di Pluit, Jakarta Utara. "Kalo pewong gue mau sama gue, ya, begitulah risikonya. Ternyata, ia sayang banget sama gue," kata Andre, sumringah. Mungkin sang pacar klepek-klepek lantaran kepiawaian Andre bermain seks. Kata Andre pula, ia menetapkan peraturan tak boleh mengekang. Ruli sering dibuatnya cemburu karena petualangannya dengan gay lain. "Kalo gue, nggak mau cemburu-cemburuan," tutur lelaki urakan ini.
Andre punya perasaan suka terhadap lelaki sejak kelas II SD. Makin lama, perasaan aneh itu kian subur. Untuk mengelabui orangtuanya, ia berusaha jadi bocah bandel dengan merokok, berkelahi, dan menggoda teman wanita. Di belakang mereka, tetap saja Andre berdesir-desir menampak bocah lelaki, apalagi menyentuhnya.
Pas kuliah di perguruan tinggi di Jakarta Selatan, Andre merasa uenak tenan ketika untuk pertama kalinya berhubungan seks dengan cowok sekampus. Toh, ia masih berusaha menjadi lelaki normal. Berpacaran dengan perempuan, berhubungan seks normal, dan gonta-ganti pasangan. Tapi, ia segera menyadari, gairahnya lebih menggebu terhadap lelaki.
Dan ia tak mau berpura-pura lagi. Sebelum nempel dengan Ruli, sejak tahun lalu, ia kerap berganti pasangan gay. "Akhirnya gue putuskan menikmati hidup lebih santai sebagai gay," katanya lagi. Kendati begitu, ia tetap menjaga "rahasia" ini dari orangtuanya.
RONI, 30 TAHUN
Peran ganda
Seperti Andre, Roni (nama alias) mengaku aktivitas seks sangat penting dalam berpacaran. Bedanya, ia dan pasangannya, sebutlah Alex, bisa berperan ganda: lekong dan pewong. "Itu sih fleksibel, tergantung siapa yang duluan ngangkang," ujarnya sembari ngakak. Diakuinya, peran pewong lebih sering.dilakoninya.
Tiga bulan ini Roni, karyawan hotel, menjalin cinta dengan Alex, pegawai swasta. Mereka tinggal di rumah sederhana di Kalibata, Jakarta Selatan, yang disewa Rp 600.000 sebulan. Sebelum berpacaran dengan Alex, bungsu dari lima bersaudara ini sering gonta-ganti pasangan gay. Ketertarikan terhadap cowok dirasakan Roni sejak di SD.
Hidup serumah bersama pasangan, bagi Roni, adalah mutlak. Dengan begitu, mereka lebih leluasa melampiaskan "ser-seran" dengan meong alias beraktivitas seksual, meski tak selalu harus begitu. Sentuhan tangan dan kecup mesra juga mewarnai keseharian pasangan Roni-Alex. Setiap hendak pergi bekerja, keduanya saling mengecup kening. Roni amat menyayangi Alex. Sebaliknya, kata Roni pula, Alex amat mencintainya. Tahu dari mana? "Kelihatan nafsunya gede kalau lagi meong" begitu alasan Roni. Busyet, ada-ada saja. Aktivitas meong biasanya ngesong (oral) dan tempong (anal).
Roni mengatakan, hubungan cinta mereka dilakoni tak atraktif. Mereka juga tak punya niat mengeksposenya, apalagi sampai menikah. Mereka menyambut dingin keberanian pasangan gay lokal yang secara terbuka menyatakan menikah, atau akan menikah. "Kalo gue, nggaklah. Secara budaya, masyarakat kita belum bisa menerima itu. Biarlah seperti ini saja," kata Roni.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar