Salatiga Carnival Center

Salatiga Carnival Center
Sebuah event akbar tahunan WORLD CULTURE FASHION CARNIVAL..

Profil Saya

Foto saya
Salatiga, Jawa Tengah, Indonesia
I was born in Solo, December 25, 1987 from the father of Drs. Luke Suroso and Mrs. Sri Puji Lestari Hantokyudhaningsih. I grew up in a city full of culture that is the city of Solo. as the descendants of the solos even have blood from a stranger. I was born like a tiny man, weighing> 4 kg. the second child of three brothers that I tried to be a pioneer and a child who was always proud of my extended family. trained hard in terms of education and given the religious sciences until thick. I am standing upright in my life the 19th to voice the aspirations of the marginalized of LGBT in the city of Salatiga. as a new city that will be a starting point toward change and transformation that this country is a country truly democratic. soul, body and all of my life will always fight for rights of the marginalized is to get our citizen rights. Ladyboys no rights, no gay rights, no rights of lesbian, but there's only citizen rights regardless of sexual orientation and gender.

08 April 2010

A Jihad For Love, Film Dokumenter Tentang Islam dan Homoseksualitas

Ketika seorang muslim menyadari bahwa dirinya menyukai sesama jenisnya dan ia tidak berdaya dengan keadaannya namun tetap ingin memegang teguh agamanya, apa yang kita pikirkan? Bila memang Islam mengharamkan homoseksualitas (dan lebianisme), bagaimana kah posisi dan perasaan mereka sebagai muslim?

“A Jihad For Love“, film dokumenter karya Parvez Sharma ini mengungkap perasaan dan perjuangan kaum muslim di berbagai negara yang berjuang untuk tetap mempertahankan keyakinan mereka di tengah pandangan negatif tentang orientasi seksual mereka, bahkan terhadap ancaman hukuman rajam hingga mati.

Saya membaca postingan Titiw dan tertarik untuk menontonnya. Saya pengen tau bagaimana perasaan dan pandangan para gay dan lesbian mengenai Islam, agama yang mereka yakini dan mereka pegang teguh.

Mengharukan. Menjadi gay dan lesbian bukan lah keinginan mereka. Mereka bahkan berusaha agar “kembali normal” dengan menikah, namun rupanya itu tidak menyelesaikan masalah.

Berkunjung ke ulama, bukannya mendapat pencerahan, mereka justru “dihajar” dengan ayat-ayat yang menyebutkan bahwa perbuatan mereka seperti umat Soddom dan Gomorah itu haram dan bisa dihukum mati. Mereka sama sekali tidak mendapatkan solusi bagaimana mereka bisa “diterima” atau “kembali normal”.

Amir, seorang gay yang mengungsi dari Iran menuju Turki, bahkan sempat mendapat hukuman cambuk. Dia bahkan tidak berani menampilkan mukanya di film karena khawatir keluarganya yang di Iran akan mendapat masalah.

Secara keseluruhan, film ini memberikan wacana baru buat saya. Homoseksual itu rumit dan tidak semudah itu untuk dihakimi. Hukum Islam selama ini mengharamkan “perbuatan” homoseksual (melakukan hubungan seksual sesama jenis), namun untuk perasaan dan orientasi seksual, perlu kajian lebih dalam tentang ini.

Mereka percaya, hanya Tuhan yang berhak menghakimi. Mereka yakin Tuhan menjadikan mereka seperti itu karena Tuhan mempunyai rencana lain.

Sebuah film yang memberikan wacana dan wawasan mengenai homoseksual yang menarik! Sesuai dengan judulnya, film yang berdurasi sekitar 1 jam 20 menit ini mengangkat tentang jihad (perjuangan) untuk mendapatkan cinta (dari-Nya dan sesama muslim).

Tidak ada komentar: