Salatiga Carnival Center

Salatiga Carnival Center
Sebuah event akbar tahunan WORLD CULTURE FASHION CARNIVAL..

Profil Saya

Foto saya
Salatiga, Jawa Tengah, Indonesia
I was born in Solo, December 25, 1987 from the father of Drs. Luke Suroso and Mrs. Sri Puji Lestari Hantokyudhaningsih. I grew up in a city full of culture that is the city of Solo. as the descendants of the solos even have blood from a stranger. I was born like a tiny man, weighing> 4 kg. the second child of three brothers that I tried to be a pioneer and a child who was always proud of my extended family. trained hard in terms of education and given the religious sciences until thick. I am standing upright in my life the 19th to voice the aspirations of the marginalized of LGBT in the city of Salatiga. as a new city that will be a starting point toward change and transformation that this country is a country truly democratic. soul, body and all of my life will always fight for rights of the marginalized is to get our citizen rights. Ladyboys no rights, no gay rights, no rights of lesbian, but there's only citizen rights regardless of sexual orientation and gender.

08 April 2010

Filter Rokok di Kudus Bebas Hemoglobin Babi

Kudus, 8/4 (ANTARA) - Produk filter rokok kretek PT Djarum bebas kandungan hemoglobin (darah merah) dari babi, mengingat bahan dasar yang digunakan berasal dari serat tumbuhan (cellulose acetate tow) tanpa tambahan bahan lain.

"Kami pastikan, filter rokok yang kami produksi tidak ada campuran apa pun karena seluruhnya berbahan alami dari tumbuhan," kata Staf Engineering PT Djarum, Iswanto S., didampingi Staf Bagian Operasional, Paul P. dan Publics Affairs Manager, Hardi Cahyana, Kamis.

Bahan dasar pembuatan filter rokok yang digunakan selama ini, kata dia, cukup untuk menyaring zat tar dan nikotin yang terkandung dalam rokok saat dihisap oleh para perokok.

"Kami juga kebingungan munculnya isu filter rokok mengandung hemoglobin dari babi. Demikian halnya fungsi untuk menangkal tar dan nikotin yang ada dalam rokok, juga disangsikan kebenarannya," ujarnya.

Pasalnya, kata dia, filter dari "cellulose" juga mampu mengikat zat tar dan nikotin rokok. "Lantas untuk apa harus memakai bahan hewani seperti itu, apalagi bahan yang berfungsi sebagai pengikat zat berbahaya dalam rokok sudah terpenuhi," katanya.

Bahan filter rokok, kata dia, hanya ada dua jenis, yakni "cellulose" dan kertas. Produsen pembuat bahan baku filter rokok dari "cellulose acetate tow" yang berasal dari luar negeri pun dipastikan tidak akan gegabah menggunakan unsur hewani.

"Pasalnya, sudah ada kesepakatan supaya spesifikasinya sesuai permintaan," katanya menegaskan.

Menurut dia, pemasok bahan baku pembuat filter rokok tidak akan ambil risiko mencampuri bahan-bahan di luar ketentuan.

Selain itu, proses penambahan bahan tertentu justru akan menghilangkan rasa khas kretek yang sudah menjadi ciri khasnya. "Hal ini, tentu tidak akan dilakukan perusahaan rokok kretek sebab nilai jual kretek ada pada rasa tersebut," ujarnya.

"Hampir seluruh perusahaan rokok kretek kami menggunakan bahan 'cellulose acetat tow'. Demikian halnya pemasok filter rokok dari Jawa Timur atau daerah lainnya juga mendapat pasokan bahan baku yang hampir sama," ujarnya.

Hardi mengatakan bahwa kretek merupakan "heritage" atau warisan yang dimiliki Indonesia. "Industri ini merupakan penyangga perekonomian nasional dan perekonomian rakyat," ujarnya.

"Semua pihak tentu perlu mewaspadai jika upaya tersebut merupakan bagian dari upaya menghancurkan rokok kretek. Sekaligus mematikan usaha perekonomian masyarakat Indonesia," tukasnya.

Tidak ada komentar: