Salatiga Carnival Center

Salatiga Carnival Center
Sebuah event akbar tahunan WORLD CULTURE FASHION CARNIVAL..

Profil Saya

Foto saya
Salatiga, Jawa Tengah, Indonesia
I was born in Solo, December 25, 1987 from the father of Drs. Luke Suroso and Mrs. Sri Puji Lestari Hantokyudhaningsih. I grew up in a city full of culture that is the city of Solo. as the descendants of the solos even have blood from a stranger. I was born like a tiny man, weighing> 4 kg. the second child of three brothers that I tried to be a pioneer and a child who was always proud of my extended family. trained hard in terms of education and given the religious sciences until thick. I am standing upright in my life the 19th to voice the aspirations of the marginalized of LGBT in the city of Salatiga. as a new city that will be a starting point toward change and transformation that this country is a country truly democratic. soul, body and all of my life will always fight for rights of the marginalized is to get our citizen rights. Ladyboys no rights, no gay rights, no rights of lesbian, but there's only citizen rights regardless of sexual orientation and gender.

29 September 2009

Beswan Djarum, Meraih Dedikasi Insan-insan Berpotensi



JAKARTA, KOMPAS.com - Pemberi beasiswa sebaiknya tidak berperan hanya untuk mencapai prestasi akademik yang tinggi semata kepada para penerimanya.

Lebih dari itu, harus dapat memberikan pendidikan yang turut membuka peluang mengembangkan diri di bidangnya masing-masing. Karena ribuan, bahkan jutaan orang Indonesia, tentu masih berharap bisa memeroleh beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya.

Maka, jika hanya terfokus pada prestasi akademik, hal itu rasanya hanya "pemberian" yang sia-sia. Tak kurang, pemberi beasiswa harus bisa menghasilkan insan-insan potensial. Merekalah yang kelak menjadi awal lahirnya cendekiawan-cendekiawan baru yang arif menyikapi berbagai perubahan di sekitarnya.

Untuk itulah, proses pembelajaran yang diberikan oleh si pemberi beasiswa harus bisa mengarahkan para generasi muda pada pembelajaran yang inovatif, yang bisa memunculkan ide-ide baru sebagai respon atas perubahan lingkungan sekitar.

Proses pembelajaran yang diberikan melalui program Djarum Bakti Pendidikan, misalnya. Hasil dari segenap aspek pembelajaran yang diberikan melalui program ini berhasil dibuktikan lewat dedikasi para penerima Beasiswa Djarum atau biasa disebut Beswan Djarum yang berkiprah di bidang pendidikan dan sosial.

Mohtarom, contohnya, seorang Beswan Djarum yang telah menamatkan pendidikan pascasarjana. Mohtarom mengaku, menjadi Beswan tidak semata memberi peningkatan pada pencapaian prestasi akademik. Baginya, beasiswa tersebut juga memberinya kesempatan berkontribusi pada masyarakat sekitar.

Membuktikan ucapannya itu, Mohtarom membentuk Lembaga Pendidikan Profesi Guru (LPPG). Bersama lembaga yang dibidaninya itu, dirinya bergabung dalam kegiatan Djarum Peduli Madrasah (DPM) di Kudus untuk berupaya meningkatkan profesionalisme guru-guru madrasah.

Selain itu, dia juga merintis pembangunan kebun penghijauan berbasis sekolah. Upayanya tersebut kini telah diimplementasikan di sembilan kecamatan di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.

Pembelajaran Kreatif

Selain inovasi, pembelajaran kreatif juga sangat penting ditekankan. Karena dengan hal itulah penerima beasiswa bisa mengembangkan kegiatan yang tidak hanya bermanfaat bagi dirinya sendiri, melainkan juga untuk orang lain.

Sementara itu, aspek pembelajaran yang mencerdaskan perlu diusung untuk mendukung program pembelajaran kreatif tersebut, sehingga mahasiswa penerima beasiswa mampu menyelesaikan studi untuk memenuhi kebutuhannya dalam mencapai prestasi yang tinggi.

Dante Darmawangsa adalah satu contoh lain Beswan yang mampu menunjukkan partisipasi konkret di bidang pendidikan. Dia mengaku sangat bersyukur terpilih menjadi penerima beasiswa tersebut.

Kini, Dante adalah sosok yang selalu tampil penuh percaya diri. Pelatihan soft skills yang diterimanya, berbagai latihan pengembangan kepribadian yang ditawarkan kepadanya, telah "mengubah" pribadinya begitu berbeda. Pemegang gelar Magister Bahasa Perancis itu kini bukan lagi sosok Dante yang pendiam. Sekarang ini, ia adalah sosok yang aktif menjadi pendidik profesional di Pusat Kebudayaan Perancis CCF di Bandung, Jawa Barat.

Tak ubahnya Dante, Mala Ekayanti pun mengaku memiliki keberuntungan sama. Alumnus Universitas Indonesia yang berkarya di bidang kehumasan di sebuah hotel bertaraf internasional di Jakarta ini mengakui, pelatihan dan pengalamannya menjadi peraih Beswan telah memperkaya dan membantu dirinya dalam bekerja.

“Kemampuan menulis siaran pers yang saya miliki merupakan sebagian hasil dari materi lomba karya tulis yang saya ikuti di sini. Selain itu, yang lebih penting lagi, saya juga belajar banyak untuk berdisiplin, bertanggung jawab, serta menjadi pemimpin atas diri saya sendiri,” ungkap Mala, Sabtu (26/9).

Lebih jauh, perempuan kelahiran 21 Oktober 1984 itu mengatakan, dari berbagai kegiatan pelatihan seperti leadership training dan outbound, ia belajar untuk percaya atas kemampuan dirinya sendiri. Ia percaya, dirinya bisa mengembangkan berbagai potensi dalam dirinya.

Dia mengatakan, selain menerima uang beasiswa, program pembelajaran yang diterimanya di sini telah mendorongnya berinisiatif mengikuti berbagai kegiatan bersama organisasi pemberi beasiswa tersebut. Dari sinilah ia belajar berorganisasi dan bertanggung jawab dalam menyelenggarakan event yang digagas oleh para penerima beasiswa lainnya.

“Saya sangat bersyukur akan hal ini, oleh karena itu gunakan segala kesempatan yang ada untuk belajar dan mengeruk ilmu sebanyak-banyaknya dari pelatihan maupun dari para pemberi beasiswa," ujar pehobi menulis dan menggambar ini.

Pemberdayaan Masyarakat

Kreatifitas dan inovasi ternyata masih belum cukup jika tak disertai pembelajaran yang menekankan pada aspek-aspek yang mampu mencerahkan langkah di masa depan. Yaitu, program pembelajaran yang bisa dijadikan batu loncatan para penerima beasiswa untuk menjadi pribadi lebih baik dan berguna bagi masyarakat di sekelilingnya.

Adapun, semangat kepedulian untuk memperhatikan lingkungan sekitar itu telah dicontohkan oleh Ujang Ruhliana. Beswan asal Universitas Lampung itu kini aktif sebagai pekerja sosial. Konsentrasi bidangnya adalah memberdayakan anak-anak jalanan (anjal) dengan pendanaan swadaya dari berbagai usaha mandiri yang dilakukannya.

Setali tiga uang, upaya yang dilakukan oleh Ujang pun dilakoni oleh Dewi. Ia meniti karier di bidang pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan PNMPM Mandiri. Di situ, ia bertugas menjadi fasilitator pemberdayaan masyarakat.

Tidak ada komentar: