29 September 2009
Masalah Seksual Umum Laki-laki Gay yang HIV+
Hampir separuh laki-laki gay dengan HIV memiliki beberapa masalah seksual. Hal itu dilaporkan para peneliti Australia dalam Journal of Sexual Medicine edisi Mei 2009. Kemungkinan laki-laki gay yang HIV+ melaporkan kesulitan seksual adalah lebih tinggi secara bermakna dibandingkan laki-laki gay yang HIV-, dengan penyebab yang berbeda-beda berdasarkan status HIV-nya.
Kemampuan secara seksual dapat mempengaruhi kesehatan fisik, mental dan sosial. Namun, hanya ada sedikit informasi tentang disfungsi seksual pada laki-laki gay. Sedikit penelitian yang dilakukan pada populasi tersebut memberi kesan bahwa masalah seksual pada laki-laki gay mungkin memiliki beberapa penyebab. Hal itu termasuk faktor sosial, misalnya usia dan status pekerjaan; faktor kesehatan fisik, terkait dengan infeksi HIV dan penyakit kronis lain; masalah psikologis, misalnya depresi dan homofobia; serta faktor perilaku, termasuk penggunaan narkoba dan alkohol.
Lebih lanjut, hingga saat ini penelitian hanya berpusat pada dua ukuran disfungsi seksual: masalah ereksi dan masalah ejakulasi. Penelitian terdahulu juga tidak pernah secara langsung meneliti hubungan antara disfungsi seksual pada laki-laki gay yang HIV-positif dan kesehatan mental. Lebih lagi, penelitian yang ada belum meneliti apakah masalah seksual yang dialami oleh laki-laki gay yang HIV-positif berbeda dengan yang ditemukan pada laki-laki gay yang HIV-negatif.
Oleh karena itu, para peneliti dari Australia melakukan penelitian yang melibatkan 542 laki-laki gay yang dilibatkan dari klinik umum yang memiliki banyak pasien HIV+. Sejumlah 217 laki-laki (40%) yang terlibat dalam penelitian itu adalah HIV+.
Laki-laki itu ditanyakan apakah mereka pernah mengalami salah satu dari tujuh masalah seksual yang berlangsung paling sedikit selama empat minggu dalam 12 bulan terakhir.
Kemungkinan laki-laki HIV+ mengalami setiap bentuk disfungsi seksual dibandingkan laki-laki HIV- : masalah ereksi (52% banding 39%); kesulitan ejakulasi (31% banding 22%); ejakulasi dini (21% banding 17%); kehilangan libido (60% banding 40%); ketiadaan kenikmatan seks (32% banding 26%); cemas terhadap kemampuan secara seksual (47% banding 42%); dan nyeri saat berhubungan seks (8% banding 7%).
Tidak hanya kemungkinan laki-laki HIV+ melaporkan satu masalah seksual lebih tinggi secara bermakna dibandingkan laki-laki HIV- (81% banding 67%, p < 0,001), mereka juga lebih mungkin mengalami lebih dari satu masalah (48% banding 35%, p = 0,002).
Selanjutnya, para peneliti meneliti penyebab lebih dari satu masalah seksual pada laki-laki HIV+dan HIV-.
Pada laki-laki HIV+ dan HIV-, depresi berat terkait secara bermakna dengan masalah seksual (laki-laki HIV+, p < 0,05; laki-laki HIV-negatif, p < 0,001).
Namun, faktor lain berbeda berdasarkan status HIV laki-laki. Pada laki-laki HIV-positif, pengobatan dengan antidepresi (p < 0,05), strategi penyesuaian yang buruk (p < 0,003) dan seks dubur tanpa kondom dengan pasangan yang tidak tetap dalam enam bulan terakhir (p < 0,001) juga bermakna. Pada laki-laki HIV-negatif faktor yang bermakna adalah kesehatan umum yang buruk (p < 0,05), dan ketiadaan dukungan sosial (p < 0,01).
“Tingkat masalah seksual yang dilaporkan sendiri tinggi di antara laki-laki gay di Australia,” para peneliti menulis. Mereka menambahkan, “Laki-laki gay dengan HIV lebih mungkin mengalami masalah seksual dibandingkan laki-laki tanpa HIV. Selain depresi berat, faktor terkait dengan beberapa masalah seksual berbeda di antara kedua kelompok.”
Para peneliti menekankan temuan mereka bahwa disfungsi seksual pada laki-laki HIV+terkait dengan seks dubur tanpa kondom dengan pasangan tidak tetap. Mereka menyimpulkan “pendidikan pencegahan HIV adalah hal yang perlu diutamakan.”
Ringkasan : Sexual problems common in HIV+ gay men - Spiritia
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar