KOMPAS.com - Ribuan masyarakat Yogyakarta, Sabtu (17/0) memenuhi ruas Jalan Malioboro, Ahmad Yani, Trikora, dan Alun-Alun Utara Keraton Yogyakarta untuk menyaksikan pawai Jogja Java Carnival. Kegiatan yang diikuti sekitar 1.400 peserta itu dilakukan dalam rangka puncak hari ulang tahun Yogyakarta ke-253.
Pawai dengan tema "Dahulu, sekarang, dan akan datang" ini bergerak dari Taman Parkir Abu Bakar Ali menuju ke Alun-Alun Utara yang berjarak sekitar 1,5 kilometer. Pawai diawali oleh rombongan pelajar berprestasi yang membawa beragam piala dan plakat yang dibawa oleh para pelajar, di antaranya piala sebagai juara umum Pekan Olahraga Provinsi ke X tahun 2009 yang baru saja diraih Yogyakarta, sejumlah penghargaan yang menambah predikat Yogyakarta sebagai kota ramah anak, dan 34 prestasi yang diraih Yogyakarta lainnya dalam berbagai bidang.
Berturut-turut di belakangnya antara lain prajurit bergada yang merupakan replika dari prajurit Keraton Yogyakarta. Mereka berfungsi sebagai cucuk lampah atau pembuka jalan, diikuti kelompok yang menggambarkan prosesi jumenengan dengan menampakkan figur sultan diiringi p rajurit dan abdi dalem bedoyo.
Di belakang mereka menyusul kelompok perias pengantin, aneka tari dari padepokan Bagong Kusudiharjo, angguk dan badui kesenian dari Kabupaten Kulon Progo, perwakilan dari Solo Batik Carnival dengan kostumnya yang memukau penonton, dan mahasiswa internasional dari Universitas Gadjah M ada, serta tarian dari Korea Selatan.
Selain menampilkan mobil hias yang ikut pawai, JJC juga meriahkan tari kreasi baru di bawah koordinasi Didik Nini Thowok. Tarian yang dibawakan oleh 100 penari itu dilakukan depan panggung Kehormatan yang mana Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X, Walikota Yogyakarta Herry Zudianto, dan sejumlah tamu dan wisatawan mancanegara .
Dalam sambutanya, Herry Zudianto mengatakan dalam dinamika perjalanan ke-253 Yogyakarta telah berubah menjadi kota yang maju dengan aura budaya. Aura ini menjadi magnet bagi wisatawan untuk datang ke Yogyakarta. "Terkait dengan itu kita berharap ada suatu ikon yang bisa sebagai predikat sebagai kota pariwisata berbasis budaya. Dan Jogja Java Carnival ini kiranya menjadi jawabannya," ujar Herry.
Sedangkan Sultan Hamengku Buwono X mengatakan memasuki usia ke-253 Yogyakarta telah mengalami interaksi tradisional modern yang lokal dan mondial. Hadirnya JCC sebagai hiburan spektakuler membawa banyak simbol, di antaranya faham multikultural yang selalu berkembang. Ada dialog imajiner kota yang didirikan 2,5 abad yang lalu oleh para pendiri. "Pawai menunjukkan perubahan kota yang antik dan anggun menjadi kota yang dinamis dalam beraktivitas. Itu semua ditunjukan oleh penjaga martabat kota yaitu seniman," katanya.
Diusianya yang ke-253 Yogyakarta, lanjut Sultan makin mengokohkan diri sebagai kota yang dulunya agrari s menjadi kota semi industri. Sultan menunjuk pada tumbuhnya industri kreatif dengan perkembangan teknologi informasi yang marak di beragam lini kehidupan. Sultan berharap Yogyakarta bisa menjadi kota tujuan utama wisatawan dan menjadi kota yang nyaman bagi semua warganya.
21 Oktober 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar