Salatiga Carnival Center

Salatiga Carnival Center
Sebuah event akbar tahunan WORLD CULTURE FASHION CARNIVAL..

Profil Saya

Foto saya
Salatiga, Jawa Tengah, Indonesia
I was born in Solo, December 25, 1987 from the father of Drs. Luke Suroso and Mrs. Sri Puji Lestari Hantokyudhaningsih. I grew up in a city full of culture that is the city of Solo. as the descendants of the solos even have blood from a stranger. I was born like a tiny man, weighing> 4 kg. the second child of three brothers that I tried to be a pioneer and a child who was always proud of my extended family. trained hard in terms of education and given the religious sciences until thick. I am standing upright in my life the 19th to voice the aspirations of the marginalized of LGBT in the city of Salatiga. as a new city that will be a starting point toward change and transformation that this country is a country truly democratic. soul, body and all of my life will always fight for rights of the marginalized is to get our citizen rights. Ladyboys no rights, no gay rights, no rights of lesbian, but there's only citizen rights regardless of sexual orientation and gender.

27 Oktober 2010

Letusan Merapi Bersifat Eksplosif, Sebabkan Banyak Korban Tewas



Yogyakarta - Jumlah korban tewas akibat awan panas (wedhus gembel) Gunung Merapi, sedikitnya 19 orang, kemarin lebih besar dibandingkan peristiwa letusan Merapi 2006 lalu. Sebab letusan 2010 lebih besar daripada 2006 yang menewaskan 2 orang.

"Dulu 2006 letusan Merapi masih tergolong normal. Sedangkan 2010 kemarin letusan Merapi berjenis eksplosif," kata kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK), Subandriyo, saat berbincang dengan detikcom, Rabu (27/10/2010).

Indikasi letusan eksplosif, dia melanjutkan, sudah terlihat dengan fenomena gelombang awan panas yang mengarah ke dusun sekitar Merapi. Ditambah lagi dengan dentuman yang beberapa kali terdengar saat erupsi terjadi.

"Jalur ke Kali Kuning itu yang paling rawan meski selama ini di situ relatif aman," tutur Subandriyo.

Dia menampik jika korban tewas tersebut dikarenakan tidak ada peringatan dari pihak berwenang kepada masyarakat. "2-3 hari sebelum letusan sudah disosialisasikan ke warga dan meminta mengungsi, karena sudah diperkirakan berbahaya dengan status awas," sanggahnya.

Menurut Subandriyo, kondisi Merapi saat ini relatif aman dibandingkan dengan hari kemarin. Proses evakuasi masih dilakukan tim SAR di Desa Kinahrejo, Cangkringan, Sleman. Desa ini merupakan kampung Mbah Mardjan. Di desa ini sekitar 16 jenazah ditemukan hingga semalam, belum termasuk Mbah Maridjan yang ditemukan tadi pagi.
(ahy/nrl)

Tidak ada komentar: