Sebuah kontroversial kembali terjadi di beberapa daerah. Banyak hal yang mungkin kita tidak mengetahui. Tetapi banyak pula yang kita lupakan tentang sanak saudara kita. Sebuah kontroversial yang terlupakan dan hanya sebuah masalah kecil. Coba kita lihat kebudayaan dan seni yang terjadi di Bugis, Jawa timur ataupun Aceh. Mereka mempunyai sebuah kebudayaan yang penuh dengan controversial tetapi bagi masyarakat itu adalah biasa saja.
Kebudayaan dan seni merupakan sebuah hal yang tidak dapat terpisahkan. Mereka saling berkaitan dan saling ketergantungan. Jika dan seni tidak dibumbui kebudayaan, itu hanya seni yang hampa. Misalnya, seni tari modern. Seni tari ini merupakan sebuah hal yang biasa tetapi kalau kita lihat secara teliti seni ini merupakan akar dari kebudayaan yang mereka bawa dari daerah asal. Banyak juga seni – seni sekarang yang telah terkontaminasi dengan banyaknya adat-istiadat baik dari dalam maupun dari luar daerah yang terlalu banyak dan menjenuhkan. Misalnya seni bela diri, sebenarnya bela diri itu digunakan untuk melindungi diri dari serangan yang orang jahat. Tetapi yang terjadi dengan perbedaan daerah, maka bela diri digunakan untuk membunuh atau menyakiti orang lain.
Sebenarnya apa yang mengakibatkan sebuah seni itu berbeda dengan kebudayaan asli dari seni itu sendiri. Secara langsung penulis pernah meneliti pada salah satu seni yang sangat diminati oleh banyk orang, yaitu seni tarik suara atau sering disebut dengan seni vocal atau suara. Bailah kita akan spesifikkan seni suara yang penulis maksud adalah budaya yang baru marak adalah budaya idol, sampai ada juga yang bilang kalau Indonesia juga sedang terjadi bencana idol. Entah kenapa setiap orang berbicara seperrti itu. Banyak anak muda yang mengikuti Indonesia Idol, tetapi tahukah anda bahwa yang terjadi di Indonesia sama dengan Akademi yang lainnya. Setelah selesai dari kompetisi itu hanya sebuah pengangguran yang terjadi. Ini berbeda dengan idol yang terjadi di luar negeri. Tetapi yang perlu diketahui bahwa idol – idol yang ada di luar negeri itu mempunyai prospek yang cemerlang setelah mereka menyelesaikan dan merampungkan kompetisi tersebut.
Seperti halnya banyak juga budaya yang berbeda dengan etika yang terjadi di Indonesia. Seperti contohnya seni bela diri atau seni tari di Jawa Timur, yaitu tentang warok pada kesenian reog. Secara manusia warok-warok itu sebenarnya biasa disebut sebagai homoseksual. Bagaimana tidak, kalau setiap warok yang ingin menambah kesaktian. Maka dia harus menyodomi atau meniduri anak laki-laki di bawah umur. Secara perasaan dan tanpa logika, pasti warok sering disebut sebagai homoseksual, dikarenakan mereka harus bersetubuh dengan anak laki-laki di bawah umur. Itu sebuah controversial kecil. Di satu sisi banyak orang yang tidak setuju dengan homoseksual tetapi ada juga yang setuju dan melakukan perbuata itu secara tertutup ataupun terang-terangan.
Controversial homoseksual sudah mulai pada puncak. Saat ini mereka banyak melakukan advokasi untuk dapat diakui di dalam masyarakat. Tetapi mereka tidak mampu untuk menembus ke pemerintahan yang lebih serius dikarenakan banyak birokrasi yang telah membuat mereka harus memeras keringat mereka. Sekarang ini sedang terjadi perombakan di undang-undang perkawinan, secara gentar-gentarnya homoseksual terus meluncurkan aksinya untuk dapat di akui dan dimasukkan di dalam undang-undang bahwa perkawinan sesame jenis bisa dilakukan di Indonesia. Sebuah tulisan dari seorang doktor dari Universitas Airlangga Surabaya Dede Oetomo mengatakan bahwa bukan Negara demokrasi jika tidak mengakui perkawinan sesama jenis . Mungkin itu hanya sebuah kata yang benar benar menyinggung hati nurani Indonesia. Jika sebuah Negara demokrasi belum mau menerima homoseksual dalam kehidupan, maka mereka sama-sama dengan Negara adidaya yang maunya semenang-menang menguasai Negara ini sendiri.
03 Mei 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar